DAMAR KEDHATON GRESIK MENYAMBUT DOA DAN WIRID “OJO GELUT REK!”
Umpama air bersambut gayung, demikian yang dilakukan oleh dulur-dulur Maiyah Damar Kedhaton Gresik. Melalui tulisan Cak Zakki berjudul “Ojo Gelut Rek!” https://www.caknun.com/2024/ojo-gelut-rek/, beberapa dulur Damar Kedhaton wilayah Kidul (meliputi wilayah Kecamatan Menganti, Driyorejo, Kedamean, dan Wringinanom – red ) berinisiatif dan bersepakat menggelar doa bersama untuk Mbah Nun.
Bertempat di rumah Cak Jemi, di Perumahan Graha Puncak Anom Sari, Desa Wedoroanom, Kecamatan Driyorejo, doa bersama yang diniatkan untuk mendoakan Mbah Nun berlangsung dengan khusyu’ dan khidmat.
Pelantunan doa yang dipandu langsung oleh Kamituwa Wak Syuaib dimulai tepat pukul 00.00 WIB, pada Minggu (11/02/2024). Sebelumnya, sejak pukul 22.00 WIB, Sabtu (10/02/2024), beberapa dulur sudah tiba di rumah Cak Jemi. Seperti biasa, mereka melakukan ngobrol ngalor-ngidul dengan berbagai topik pembahasan.
Kamituwa Damar Kedhaton Gresik, Wak Syuaib mengajak dulur yang hadir untuk memantapkan hati, serta menguatkan niat ketika membaca ijazah tersebut untuk meniti-menjalani kehidupan ini.
Mulanya, dalam wirid atau ijazah yang diberi oleh Mbah Nun, tidak dituliskan jumlah atau berapa kali masing-masing surat maupun ayat Al-Qur’an harus dibaca. Kemudian, dulur-dulur yang hadir bersepakat untuk membaca sebanyak tiga kali Surat Al-Ikhlas, tiga kali Surat Al-Falaq, tiga kali Surat An-Naas, tiga kali Surat Al-Hasyr ayat 21, tiga kali Surat Al-Baqarah ayat 286, serta tiga kali Surat At-Taubah ayat 128-129.
“Sebelum kita awali wirid ini, nanti pertama kita kirim Al-Fatihah sebanyak sembilan kali yang dikhususkan kepada Mbah Nun,” kata Wak Syuaib.
“Nanti ketika membaca Ihdinash shirotol Mustaqim, kita berusaha untuk mengingat dan membayangkan wajah beliau (Mbah Nun-red). Semoga, Allah meridhoi,” tandasnya.
Do’a dan wirid diawali dengan pembacaan wirid Padhang Mbulan, Maulan Siwallah, dan Sholawat Tibbil Qulub. Dulur-dulur yang hadir menikmati atmosfer saat berlangsungnya pembacaan doa dan wirid tersebut. Kemudian berlanjut pembacaan ijazah doa dan wirid yang diberikan oleh Mbah Nun, dan dipungkasi HasbunAllah serta doa penutup oleh Cak Tedjo.
Sekitar kurang lebih 30 menit, dulur-dulur yang hadir begitu menikmati, menghayati, dan meresapi ayat demi ayat yang dibaca pada pertengahan malam hari itu. Selanjutnya, dulur-dulur secara merdeka menikmati obrolan dengan ragam topik pembahasan.
Karena saya hadir ikut dalam rombongan bersama Wak Syuaib, Cak Fauzi, Cak Arief, dan Cak Irul, jadinya tidak bisa ikut terus-menerus ngobrol hingga Subuh. Sekitar pukul 02.00 WIB, saya beserta rombongan pamit undur diri.
(Redaksi Damar Kedhaton/Febrian Kisworo)