BATAS SUCI

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Lingkar Sedulur Maiyah Pasuruan Edisi Agustus 2024)

Di ujung pelataran masjid dan musholla, kita menemui Batas Suci. Bukan sekadar tulisan, batas kasat mata berada di tangga lantai dimaksudkan untuk memisahkan dunia dengan ruang ibadah yang suci dan damai. Orang yang memasukinya akan berhenti, melepaskan sandal atau sepatu, sejenak berdoa supaya dibukakan pintu rahmat Tuhan.

Batas adalah pengingat, bahwa di dunia ini ada ruang-ruang suci yang harus dihormati. Memasuki ruang-ruang suci perlu kesucian badan, hati dan pikiran. Segala kekotoran pikiran, kesombongan, serta ego diri, ditanggalkan bersama alas kaki, di bawah batas suci. Menurut Mbah Nun, jamaah Maiyah belajar, menanam, dan meneguhkan dalam hatinya, jiwanya, siang-malam perjalanan hidupnya bahwa Allah-lah Shohibu Baiti-nya, Maha Tuan Rumah satu-satunya. Oleh sebab itu, setiap kita yang memilih menghidupi nilai Maiyah perlu memiliki batas suci yang dimulai dari hati dan pikiran.

Dari Maiyah kita belajar, kesucian tidak terbatas hanya pada definisi hukum fiqih. Kesucian bisa secara sederhana dipahami sebagai kejujuran diri, sikap apa adanya, tidak ada yang dipalsukan, tidak dicitrakan untuk tujuan sesaat, dan tidak ditutupi dengan kemunafikan. Metafora batas suci adalah pengingat bahwa dalam hidup ini ada batas-batas yang perlu dijaga oleh manusia supaya kondisi jiwa, pikiran, dan sikap hidupnya selalu berada pada tujuan penciptaan yang sudah ditentukan oleh Tuhan.

Pada bulan kemerdekaan ini, sejenak kita mengingat perjuangan leluhur yang tak sempat panen cita rasa menjadi merdeka. Kita mesti bersyukur atas banyak hal termasuk kesadaran akan batas suci. Mari belajar bersama memahami batas suci, berjuang nyicil keteguhan hati memasuki area-area kesucian. Berani karena suci, supaya kita punya keberanian untuk menegakkan kebenaran hari ini dan di masa depan.

(Redaksi Lingkar Paseduluran Maiyah Pasuruan)

Lihat juga

Lihat juga

Back to top button