Aurat Kepemimpinan
Majelis Masyarakat Maiyah Ma'syar Mahamanikam Samarinda
(Mukadimah Majelis Maiyah Ma’syar Mahamanikam Samarinda Edisi ke–38, 19 Agustus 2022)
Sudah jelas aurat itu jika ditampakkan akan mengundang syahwat dari yang melihatnya. Maka jangan ditampakkan selain kepada mahramnya. Ini berlaku pada apapun, juga kepemimpinan. Pada kepemimpinan melekat kekuasaan, hak, dan tanggung jawab, juga keadilan. Merupakan aurat kepemimpinan yang tidak boleh ditampakkan, diumbar sembarangan.
Silih berganti kepemimpinan dengan segala macam karakternya telah menjadi bagian sejarah dari setiap zaman. Sudah banyak pula contoh bagaimana kepemimpinan yang mengumbar auratnya berakhir dengan kepayahan, bahkan hancur sebagai bagian sejarah kelam dunia. Bagaimana dengan nasib manusia yang hidup di zaman itu layak untuk dipelajari bersama.
Sebagai contoh dari yang telah diabadikan Allah Swt. Ramses II (memerintah 1279 – 1213 SM) adalah firaun terbesar dari dinasti ke–19 kepemimpinan Mesir kuno. Menjadi manusia tersukses di zamannya yang pernah dilahirkan di muka bumi. Segalanya di bawah kekuasaannya. Dipuja pengikutnya ditakuti lawannya. Menentangnya adalah kehinaan mengikutinya adalah kemuliaan. Pada masanya, Mesir memasuki zaman keemasan. Memenangkan berbagai pertempuran, arsitekturnya terbaik, ekonominya stabil, masyarakatnya makmur. Tak ayal membuatnya digadang sebagai leluhur terhebat oleh kepemimpinan setelahnya.
Celakanya karunia Tuhan ini ditampakkan kepada yang tidak tepat. Nabiyullah Musa As. didatangkan bukan sebagai penentang yang hendak menggulingkan apalagi merebut kekuasaan Ramses II. Malahan Musa didatangkan sebagai juru selamat, mahram bagi aurat kepemimpinan yang tepat. Tapi Ramses II telah salah, ia malah menuding Musa sebagai yang bersyahwat terhadap apa yang ada digenggamannya. Setelahnya kita semua sudah tau, ada di dalam surah Asy–Syu’ara’ dan Ta–Ha.
Sebagai yang tidak hidup di zaman Nabiyullah Musa dan Ramses II harus benar dalam menempatkan ketaatan terhadap kepemimpinan yang sedang berlangsung, sebagai pribadi apalagi sebagai pemimpin keluarga. Pun sebagai pribadi manusia sangat tidak patut untuk meniru gaya Ramses II dalam mengabaikan Nabiyullah Musa as. Mari belajar bersama agar tidak mengundang syahwat dari yang bukan mahram kepemimpinan. Sekarang dan kelak ketika Tuhan menganugerahkan kepemimpinan tidak menjadi penerus Ramses II.