ARTI KEPENDEKARAN

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Juguran Syafaat Banyumas edisi Oktober 2024)

Acara Majelis Ilmu Maiyah Juguran Syafaat edisi Oktober 2024 dimulai jam 20.30 dan dibuka oleh Aang, kemudian dilanjut dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 25-35 oleh Mas Hedi. Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an, Mas Toto membawakan beberapa nomor shalawat untuk selalu mengungkapkan rasa rindu kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Abi dan Fadel menyapa jamaah yang sudah menyempatkan waktu untuk bisa hadir di gelaran Juguran Syafaat kali ini. Pada edisi kali ini Juguran Syafaat mengundang teman-teman dari Merpati Putih Cabang Purbalingga. Sebagai pengantar diskusi, Fadel dan Abi menceritakan bahwa di Purbalingga dan di Purwokerto fenomena gank motor itu sangat meresahkan masyarakat yang sedang berkendara di jalan. Motif pelaku ini hanya untuk kepuasaan serta untuk mencari tenar dengan cara yang salah. Tentu hal ini perlu kita sikapi bersama, sebelum korban bertambah banyak.

Mas Ajar selaku ketua Cabang Merpati Putih Purbalingga, Mas Agus Supriyanto selaku pengurus Cabang di bidang kepelatihan dan Pak Agus Sukoco selaku orang tua di Juguran Syafaat mendampingi kita semua di sesi diskusi malam ini.

Mas Ajar menceritakan pengalamannya di dalam keterlibataannya sebagai anggota Merpati Putih dari tahun 2000-an  hingga sekarang. “Merpati Putih adalah bela diri yang berasal dari keraton Jogja, dan hanya untuk para keluarga besar dan abdi dalem keraton. Kemudian seiring berjalannya waktu bela diri Merpati Putih ini diikuti oleh masyarakat umum hingga sekarang. Merpati Putih sendiri ada kepanjangannya yaitu “Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening” yang artinya dalam Mencari sampai mendapat kebenaran dalam keheningan,” ungkap Mas Ajar.

Lihat juga

Merpati Putih juga sangat Nasionalis sekali. Dari warna seragam saja sudah membawa warna Merah & Putih seperti bendera Negara Indonesia. Model seragam pada leher juga membentuk segi lima serta pola jahitan lima juga, hal ini merujuk pada Pancasila sebagai dasar Negara kita yang berjumlah lima butir sila. Merpati Putih anggotanya juga sangat universal, dimana tidak hanya satu ras, agama atau golongan tertentu saja. Merpati Putih itu sangat kompleks, bela diri pastinya untuk olahraga, budaya juga masuk, dan ada sisi ruhani juga dalam Merpati Putih. Keilmuan Merpati Putih ini murni dari olah nafas. Senam nafas yang dilakukan anggota ditujukan untuk menjadikan diri lebih bugar dan sehat.

Fadel menanyakan kepada Mas Agus Supriyanto tentang bab kependekaran yaitu apa sih pendekar sejati itu.Mas Agus merespons. “Menurut KBBI pendekar itu adalah orang yang gagah berani. Lah saya ini justru malah jauh dari gagah dan berani sembari tertawa. Merpati Putih itu embrionya 1950 tetapi disahkan kepada umum itu 2 April 1963. Pak Saring Hadi Purnomo selaku pendiri sekaligus sang Guru Merpati Putih kemudian dilanjutkan kepada 2 putranya yaitu Mas Poeng & Mas Budi dalam menjaga dan merawat apa yang sudah di berikan orang tuanya setelah 2 guru besar wafat (Mas Poeng & Mas Budi) Merpati Putih diwariskan kepada Mas Hemi putra Mas Budi dan Mas Amos putra dari Mas Poeng.”

Mas Agus Supriyanto menyampaikan 4 dasar sikap watak apa yang dipelajari dalam Merpati Putih: (1) Jujur dan welas asih; (2) Percaya pada diri sendiri; (3) Keserasian dalam gerak dan perilaku di keseharian; (4) Menghayati dan mengamalkan itu sehingga menimbulkan rasa rendah hati dan puncaknya taqwa.

Sebelum melanjutkan diskusi, Mas Toto membawakan satu lagu dengan judul “Love is on the way” sebagai break diskusi untuk relaksasi jamaah yang hadir. Alhamdulillah jamaah sangat banyak yang hadir pada edisi kali ini. Ada dari Merpati Putih, Mahasiswa UIN, dan yang lainnya.

Pak Agus Sukoco menambahkan untuk teman-teman yang mungkin pernah mendengar Mbah Nun menceritakan pada zaman Majapahit, di mana musuh-musuh itu menyerang dengan jarak jauh menggunakan meriam. Dan bangsa kita itu tidak punya pemikiran untuk menyerang pada jarak jauh/secara sembunyi yang artinya jiwa bangsa kita ini sebenarnya sangat pendekar dan tidak mempunyai mental pengecut. Mereka sebenarnya heran kok ada orang bertarung menggunakan senjata dan dilakukan dengan jarak jauh. Berarti bangsa kita itu sejatinya lebih hebat dari para penjajah tersebut yang menyerang dengan senjata jarak jauh.

Selaku anggota Merpati Putih Mas Coi juga menyampaikan opini bahwa pendekar sejati adalah orang yang bisa bersikap dengan baik dalam menyikapi banyak hal. Semua manusia adalah pendekar. “Kemudian Bagaimana cara meluruhkan nafsu?,” Sahut Anggi selaku jamaah yang hadir.

Pak Agus Sukoco merespons bahwa ada empat nafsu 1. Nafsu lawwamah 2. Nafsu ammarah 3. Nafsu Sufiah 4. Nafsu Mutmainnah. Barangsiapa bisa mengontrol 3 nafsu itu maka hasilnya adalah mutmainnah. Ayatnya juga sangat jelas “Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah. Irji’i ila rabbiki radiyatam mardiyyah. Fadkhuli fi ibadi. Wadkhuli jannati” Artinya: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku!” (QS. Al-Fajr: 27-30). “Maka kalau belum tenang jangan berani mati dulu,”ujar Pak Agus Sukoco sembari tertawa dan disambut tawa juga oleh para jamaah yang hadir.

Hadir juga saudara kita dari Batalyon 406 yaitu Mas Obet yang berasal dari Papua. Mas Obet menyampaikan bahwa agama itu bukan apa yang menjadi label atau apa yang kau utarakan tetapi agama itu ada di dalam diri kita masing-masing dan semua agama itu mengajarkan tentang kebaikan. Tidak ada agama yang mengajarkan untuk masuk Neraka. Mas Obet sendiri adalah putra seorang Pendeta dari tanah Papua tetapi sangat senang dengan adat dan budaya yang ada di Jawa. Bahkan ketika mendengarkan lantunan shalawat, Mas Obet ini tanpa di sadari sampai meneteskan air mata.

Apa yang disampaikan mas Obet barusan sekaligus mengakhiri sesi diskusi pada malam ini. Sebelum ditutup, seperti biasa Mas Aji memimpin Tawashshulan singkat dan Mahallul Qiyam sekaligus doa bersama untuk kesembuhan Mbah Nun serta keselamatan kita semua.

(Redaksi Juguran Syafaat)

Lihat juga

Back to top button