Tawashshulan Sekaligus Menyambut Kemerdekaan RI “Hati Yang Merdeka”
Mukaddimah Lingkar Maiyah Pasuruan
Bendera serta umbul-umbul terlihat semarak di sepanjang jalan, pemandangan yang sangat khas di bulan Agustus ini. Bentuk ekspresi sukacita dan kecintaan bangsa indonesia menyambut dan memperingati kemerdekaan Indonesia. Negeri yang dilahirkan dari kesungguhan dan totalitas pengorbanan mbah-mbah pejuang, demi kehidupan anak cucu yang merdeka dari tindasan penjajah. Apakah kita pernah berpikir, kita yang sedari lahir sudah menghirup atmosfer kemerdekaan ini, mau membangun apa didalamnya?
Ada satu pertanyaan reflektif yang sering ditanyakan Mbah Nun di Maiyahan “Awakmu iki ning Maiyah oleh opo, rek?”. Duduk khusyuk tanpa beranjak, lewat tengah malam dan bahkan hujan masih jalan terus. Forum yang tanpa ikatan sebagaimana tarikat mursyid-salik. Padahal kita tidak mendapat uang saku di Maiyah, tapi kita ikhlas hati disana. Apa itu karena Maiyah merupakan jalan pembebasan? Dekonstruksi banyak hal yang ruwet juga silang-sengkarut di pikiran juga hati. Ditempatkan secara adil sesuai dengan maqom-nya. Masing-masing dari kita berdaulat mengambil keputusan dari ilmu yang diurai dengan bekal kemerdekaan berpikir, cinta, dan kejujuran hati. Merdeka memilih dan memilih merdeka.
Mana yang tepat, pikiran yang merdeka atau hati yang merdeka?
Merdeka berpendapat pada konteks sosmed saat ini, bukankah itu memicu chaos?
Bonus demografi saat ini, mampukah kita manfaatkan sebagai energi membangun yang dasyat?
Nafsu muthmainnah, apakah itu sebuah panggilan mesra untuk hati yang merdeka?
Mari melingkar maiyahan sambil agustusan, berdiskusi “Hati Yang Merdeka”. Bersyukur sembari gembira-merdeka untuk terus belajar dan memandang segala sesuatu dengan keluasan pandang.
Sabtu, 12 Agustus 2023