UNTUK HIDUP LEBIH HIDUP

(Mukaddimah Majelis Ilmu Masyarakat Maiyah Cirrebes, 24 Juni 2023) 

Manusia disebut sebagai khalifah di muka bumi, artinya manusia sebagai wakil atau pemimpin di bumi. Tugas ini tidak mudah, sehingga setiap manusia harus memiliki kemampuan mengelola alam semesta sesuai amanat yang diemban.

Sedangkan makna khalifah sebagai pengganti, yaitu tugas manusia menggantikan orang-orang terdahulu yang selalu mengabdi kepada Allah Swt. Makna ini dapat diwujudkan dengan mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Dalam mengarungi perjalanan hidupnya, manusia pastilah akan megalami hal yang berbeda-beda namun tujuan akhirnya adalah keselamatan. Oleh karena itu untuk melakukan tanggungjawab tersebut manusia dilengkapi dengan berbagai potensi seperti akal pikiran.

Dalam menjalankan hal tersebut selain kita berpedoman kepada Al-Qur’an dan petunjuk Kanjeng Nabi, dalam praktik berkehidupan bersosial dengan manusia, alam dan berbagai jenis makhluk hidup di dalamnya. Sementara itu dalam memahami Al-Qur’an dan Petunjuk Kanjeng kita dilatih menggunakan cara berpikir Maiyah. 

Maiyah menjadi interpretasi terhadap ajaran-ajaran agama yang diperlukan dalam menjalani kondisi saat ini. Terutama dalam kaitannya dengan menghadapi keadaan yang tergerus oleh zaman yang bukan tidak mungkin keluar dari nilai-nilai Al-Qur’an.

Lihat juga

Pun Maiyah menjadi sarana belajar bersama, bertukar ilmu dan gagasan, menjadi ruang publik sampai ruang kekeluargaan. Dalam beberapa waktu lalu dalam rubrik tadabbur hari ini, Mbah Nun menulis tentang “Para Pembelajar Kehidupan”.

“Kita seumur hidup mencari ilmu dan mencakrawalai pengetahuan. Dan ujung atau puncak dari seluruh perjuangan mencari pengetahuan itu justru adalah ketidaktahuan. Dan sebaiknya, dan memang yang “an’amta ‘alaihim” memang begitu. Lebih safe, lebih aman, lebih selamat. Daripada kita sok tahu, sok pinter, daripada kita terjebak menjadi “keminter” dan “kemeruh”, akibatnya malah hidup kita menjadi memproduksi banyak kekonyolan, bahkan mungkin kehinaan.

Kita berterima kasih kepada hasil pengalaman peradaban leluhur-leluhur kita Bangsa Jawa yang wanti-wanti kita “Aja kagetan , aja gumunanaja dumeh”. Tempuh perjalanan hidup yang dititahkan oleh Allah Swt. ini dengan “bisa rumangsa”, bukan “rumangsa bisa”.”

Berkumpulnya kita sebulan sekali di Majelis Masyarakat Maiyah Cirrebes mudah-mudahan menjadi bentuk ikhtiar dalam menjalani proses ukuwah Islamiyah dan memproses segala jenis ilmu pengetahuan untuk kehidupan yang lebih ‘hidup’ lagi, berdaya guna untuk segala makhluk dan semesta alam.

Bismillah….

(Redaksi Maiyah Cirrebes) 

Lihat juga

Back to top button