ANGON ROSO

Dalam bahasa Indonesia Angon dapat diartikan Gembala/Penggembala, atau seseorang yang menjaga peliharaannya. Sedangkan Roso diartikan Rasa, yang berarti seseorang yang berusaha menjaga roso sebagai “peliharaanya”, mungkin dalam hal ini hati. Menjaga hati dari sifat-sifat tercela seperti iri, dengki,hasut dan lain-lain.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat hidup sendiri-sendiri, pasti memerlukan bantuan atau pertolongan orang lain, karena itu rasa toleransi, tenggang rasa, saling menghormati dan menghargai harus kita laksanakan.

Untuk rutinan Tasawuf Cinta Edisi ke-71 yang akan berlokasi di musholla Baiturrahman di lingkungan Bulakrejo gang 10/11 kelurahan Warujayeng akan  dibahas dan didiskusikan bersama-sama bagaimana caranya kita bertoleransi antar sesama makhluk, cara menempatkan posisi kita pada tempatnya agar tidak merugikan orang lain, dan lain-lain tentang rasa. Karena Nabi Muhammad saw pun pernah ditegur oleh Allah Swt. dalam surat Abasa 1-11. Sebegitu pentingnya rasa toleransi dan saling menghargai antar sesama dalam kehidupan ini.

Dalam sebuah hadits Nabi bersabda, “Berkatalah yang baik atau diam”. Jadi tidak selamanya diam itu emas karena sikap yang terbaik adalah tahu kapan harus diam kapan harus bicara. Tetapi dalam berbicara harus betul-betul hati-hati  karena suatu saat kita akan merasakan manfaat yang besar dari  menahan diri untuk mengutarakan sesuatu yang hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg tapi bisa menyakiti hati orang lain istilah sekarang gojlok-gojlokan.

Dalam sebuah kaidah ushul fiqih juga disebutkan “Dar’ul mafasid muqadamun ala jalbil mashalih” menghindari kemungkinan terjadinya keburukan lebih didahulukan daripada mengupayakan sebuah kebaikan. Maka menjaga rasa atau ” Angon Roso” sangat diperlukan dalam menjaga keharmonisan suatu hubungan. Untuk itu monggo pada rutinan Tasawwuf Cinta ini mari kita melingkar untuk saling tukar kawruh demi menjaga keakraban dan keharmonisan bersama.

(Redaksi Tasawwuf Cinta)