KENDURI CINTA MEMBACA RANJAU ZAMAN

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Kenduri Cinta, Jakarta, Jumat, 10 Februari 2023)

Jum’at kedua telah tiba. Tandanya Kenduri Cinta akan diselenggarakan. Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki menjadi venue reguler gelaran Kenduri Cinta yang memasuki tahun ke-23. Tema “RANJAU MIN HAITSU LA YAHTASIB” adalah tema yang diusulkan oleh Mbah Nun sendiri untuk edisi Februari ini.

Sedari siang, langit Jakarta tampak menggelap. Awan mendung menggelayuti menemani penggiat Kenduri Cinta mempersipakan hal-hal teknis seperti proses pendirian tenda dan panggung dan penataan sound system. Dan akhirnya, teman-teman Letto pada edisi kali ini bisa ikut bergabung di Kenduri Cinta. Hujan gerimis menyambut kedatangan Mas Patub dan teman-teman Letto yang lain. Begitu tiba di Taman Ismail Marzuki, langsung melakukan check sound di panggung. Memang, Letto tidak full band, hanya dengan keyboard dan 2 gitar saja yang akan dimainkan. Namun tentu saja tetap memberi warna di forum Kenduri Cinta kali ini.

Menjelang maghrib, hujan turun cukup deras, merata di seluruh wilayah Jakarta. Beberapa jama’ah menanyakan informasi cuaca melalui DM akun Instagram Kenduri Cinta mengenai cuaca di Cikini. Padahal, akun Kenduri Cinta tidak berafiliasi dengan BMKG, kenapa harus ditanyakan mengenai informasi cuaca? Agaknya teman-teman juga perlu menyadari hal itu. Dan juga perlu belajar untuk bertanya pada pihak yang tepat tentang sebuah pertanyaan. Maka, sudah pasti pertanyaan semacam itu tidak akan dijawab oleh admin akun Kenduri Cinta. Begitu juga dengan pertanyaan-pertanyaan seperti; “Mbah Nun datang nggak, min?”, padahal admin Kenduri Cinta sudah memposting foto Mbah Nun di Instastory sore kemarin. Memang, hidup penuh ranjau ternyata. Informasi yang sudah diinformasikan oleh pihak yang terpercaya, masih saja dipertanyakan validitasnya. Ruwet!

Tapi, itulah kemesraan kita bersama. Meskipun memang kita perlu untuk terus belajar dalam menyusun pertanyaan. Ketika forum Kenduri Cinta berlangsung, tidak jarang ada yang DM juga di akun Instagram mengenai kuaitas sound system yang dianggap kurang memadai, karena tidak terdengar hingga barisan belakang. Padahal, seharusnya pertanyaannya adalah bukan tentang apakah kualitas suara bisa dimaksimalkan agar terdengar hingga baris belakang, melainkan seharusnya yang disampaikan adalah; apakah saya bisa ikut membantu menyediakan sound system yang lebih layak?

Karena memang forum Maiyahan Kenduri Cinta dan juga forum-forum Maiyah di Simpul Maiyah lainnya adalah sebuah forum yang sangat mandiri. Kita sebagai Jamaah Maiyah yang nyengkuyung keberlangsungan forum ini. Dan sudah sangat biasa bagi Kenduri Cinta mengawali forum dengan saldo 0 rupiah. Uang bantingan kencleng dari jamaah sendiri yang kemudian digunakan untuk mebiayai sewa tenda, panggung, sound system juga ubo rampe lainnya. Tapi, itulah yang kemudian membuat kita gagah dengan Kenduri Cinta. Forum yang sudah berlangsung lebih dari 2 dekade di Jakarta, di pusat Ibukota, kita selenggarakan secara swadaya, mandiri dan mampu eksis hingga hari ini.

Tadi malam, seperti Kenduri Cinta biasanya, forum dimulai sejak ba’da Isya’. Setelah nderes Al Qur`an, dilanjut dengan beberapa wirid dan sholawat, diskusi diawali dengan sesi mukadimah. Penggiat Kenduri Cinta yang bertugas, satu per satu melambari forum ini dengan beberapa wacana yang sebelumnya sudah dirilis melalui naskah mukadimah Kenduri Cinta.

Sekitar jam 21.00, Mbah Nun sudah tiba di Taman Ismail Marzuki, bersama Bung Rocky Gerung, Mas Ian L. Betts dan tentu saja Mas Sabrang. Dalam beberapa edisi terakhir Kenduri Cinta, Mbah Nun sendiri yang merasa sangat kangen dengan teman-teman Jamaah Maiyah, sehingga Mbah Nun pun selalu hadir di forum lebih awal. Biasanya, Mbah Nun akan hadir setelah lewat jam sepuluh malam, bahkan sering kali menjelang tengah malam baru kita menyimak paparan ilmu dari Mbah Nun. Tapi, sekarang kita bisa lebih awal menyimak paparan Mbah Nun.

“Mohon maaf Bung Rocky Gerung, tema KC malam ini ada Arab-arabnya,” Mbah Nun sedikit bercanda mencairkan suasana sekaligus menyambut kedatangan Bung Rocky Gerung di Kenduri Cinta. “Al-Qur`an yang kita baca itu Al-Qur`an qouliyah Qur`an yang literer kognitif dari Tuhan dengan verifikasi berpuluh-puluh abad, tetapi ada Al-Qur`an yang lebih luas yaitu Al-Qur`an kauniyah Al-Qur`an yang ada pada alam semesta, situasi-situasi sosial dan di dalam diri manusia. Teman-teman sekalian, Rocky Gerung ini adalah salah satu Al Qur`an kauniyah, maka malam ini kita baca sebanyak-banyaknya dari Surat Rocky Gerung ini,” Mbah Nun melanjutkan dengan menyegarkan suasana dengan lontaran-lontaran.

Menyambung paparan awal, Mbah Nun menyampaikan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus kita upayakan agar menghasilkan manfaat semaksimal mungkin dan menghindari terjadinya mudharat sekecil mungkin. Menurut Mbah Nun, kita hidup di hutan belantara yang dipenuhi dengan ranjau-ranjau. Apa yang kita sangka baik, justru ternyata adalah ranjau yang membahayakan bagi kita. Hal ini pun yang disadari oleh Mbah Nun dengan banyak peristiwa yang dialami, ada beberapa hal yang ternyata setelah terjadi, justru lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Banyak tulisan-tulisan Mbah Nun yang diniatkan untuk sesuatu yang sifatnya konstruktif, namun ternyata justru menjadi destruktif. “Kita belajar kepada Bangsa yang aneh ini, kita belajar kepada rakyat yang unik ini, dan kepada nasib Bangsa ini yang penuh loro lopo dan naik turun yang luar biasa ini,” lanjut Mbah Nun.

Sejalan seperti yang disampaikan Mbah Nun sebelumnya di Padhangmbulan dan Mocopat Syafaat, bahwa Mas Sabrang mulai awal tahun ini didapuk Mbah Nun untuk memimpin Sinau Bareng di setiap Simpul Maiyah. Bagi Mbah Nun, Mas Sabrang memiliki kepekaan yang lebih landep, memiliki pemetaan yang lebih komprehensif, dan juga kemampuan untuk meneliti sesuatu hal dengan pandangan yang sangat detail. Tadi malam di Kenduri Cinta pun, Mbah Nun menyatakan hal serupa, meminta Mas Sabrang untuk mengeksplorasi hal-hal yang dirasa perlu untuk disampaikan kepada teman-teman jamaah Kenduri Cinta.

“Saya ini kan orang jadul, saya mengalami pergantian era dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Orde Reformasi ini yang serba wallahu a’lam bishshawwab itu, sehingga saya tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan sebagaimana Sabrang mampu melihat itu, sehingga saya memutuskan bahwa akselerasi Maiyah ke depan ada di tangan Sabrang untuk berperan ing ngarsa sung tuladha, karena Sabrang lebih mengerti tentang Al-Qur`an kauniyah hari ini, meskipun nantinya tetap mengacu pada Al-Qur`an qouliyah. Dan Sabrang lebih tahu dari apa yang saya tidak tahu, Sabrang lebih meneliti apa yang tidak saya teliti, Sabrang lebih mengerti pemetaan apa yang tidak bisa saya petakan,” lanjut Mbah Nun. 

“Kita tidak bernafsu apa-apa, kita tidak mengejar apa-apa, namun melalui forum Maiyah ini kita memiliki tujuan agar supaya kita meningkat kualitasnya sebagai manusia” Mbah Nun melanjutkan sembari menjelaskan bahwa apa yang dilakukan kita bersama-sama di Maiyah ini adalah dalam rangka memperbaiki kualitas individu setiap kita. Sehingga, jika suatu saat nanti anak-anak Maiyah mendapat peran yang penting di suatu tempat, maka anak Maiyah akan memperlihatkan kualitas yang berbeda dan lebih baik dari yang ada sekarang. Itulah harapan kita bersama di Maiyah.

Ditambahkan oleh Mbah Nun, bahwa apa yang kita asah bersama di Maiyah adalah dalam rangka menghindari 3C; Ciut, Cethek, dan Cekak, yang kesemuanya bersifat destruktif terhadap kualitas individu manusia saat ini. Mengidap 3C yang dimaksud oleh Mbah Nun adalah; Ciut maksudnya adalah agar kita tidak berpikir sempit. Cethek maksudnya adalah agar kita tidak berpikir dangkal. Dan Cekak, maksudnya adalah agar kita tidak memiliki kepekaan sumbu pendek yang mudah terprovokasi terhadap hal-hal yang remeh temeh.

Rocky Gerung: Saya Berinduk Pada Grammar Cak Nun 

Sebelum Mas Sabrang, Mbah Nun mempersilakan Bung Rocky Gerung untuk menyapa jamaah Kenduri Cinta. Kehadiran Bung Rocky Gerung menambah warna pada forum Kenduri Cinta tadi malam. Dan ini adalah momen pertama kali Bung Rocky Gerung hadir di forum Kenduri Cinta. Bung Rocky Gerung mengakui bahwa ia sudah sejak muda mengikuti sepak terjang Cak Nun. Baginya, Cak Nun adalah salah satu referensi yang sangat kuat, terutama dalam urusan politik.

“Di sini saya menyaksikan orkestrasi dengan irama kegembiraan. Irama itu hanya dimungkinkan jika ada perbedaan nada. Demikian juga dengan kehidupan kita. Kemajemukan artinya ada banyak irama, jangan diseragamkan. Jadi kegembiraan kita malam ini menghalau kecemasan kita tentang politik, menghalau kecemasan kita tentang pemberangusan pikiran. Dan kita membuktikan malam ini bahwa Indonesia harus diasuh dengan keragaman irama itu dasarnya,” Rocky Gerung menyapa jamaah Kenduri Cinta.

“Ini generasi yang saya nggak ngerti… Bagaimana mungkin ada satu generasi yang terpelihara puluhan tahun dengan kimia yang sama; cinta dan kenduri itu. Dan di sini kita melihat satu harapan bahwa Indonesia bisa diatur ulang dengan berbagai irama,” Rocky Gerung mengungkapkan rasa nyaris tak percayaan terhadap generasi anak-anak Maiyah yang ternyata sudah terpelihara lebih dari 3 dekade, jika kita menarik titik awalnya adalah Padhangmbulan di Jombang 30 tahun lalu. Rocky Gerung kemudian sedikit menceritakan bahwa di area tempat Kenduri Cinta dihelat ini dulunya adalah salah satu area tempat peredaran ganja di Jakarta. Namun siapa mengira kalau saat ini area Teater Arena yang kini menjadi Plaza Teater Besar menjadi sebuah tempat dilangsungkannya Kenduri Cinta.

“Saya senang berada di sini. Kita akan berdiskusi semua hal dengan tuntunan akal sehat. Karena, itu yang hilang dari kita saat ini. Dari dulu yang saya tangkap dari Cak Nun, tema yang diusung tetap; kritisisme dengan literasi yang kuat. Kalau kita ringkas dari politik Indonesia hanya ada dua; yang diucapkan oleh Pemerintah dan diucapkan oleh Cak Nun. Jadi Anda tinggal pilih, grammar mana yang mau Anda pakai? Dalam hal ini saya berinduk pada grammar Cak Nun, yang kadangkala berbahaya” Rocky Gerung menyampaikan dengan lugas di forum tadi malam.

Sangat gayeng diskusi bergulir di Kenduri Cinta tadi malam. Mbah Nun dengan paparan-paparan ilmu yang mendalam, Rocky Gerung dengan paparan yang lugas dan tegas, namun juga diimbangi oleh Mas Sabrang dengan giringan tema yang dibedah dengan penjelasan dan pemahaman yang komprehensif dan lengkap.

Pemimpin yang Efektif Mampu Memanage Dualitas 

Sebelum Mas Sabrang memaparkan pandangannya mengenai tema Kenduri Cinta, 2 nomor Letto dimainkan secara akustik; Permintaan Hati dan Ruang Rindu. Dua nomor lagu yang merupakan dua dari sekian nomor andalan Letto, meskipun dibawakan secara akustik namun sama sekali tidak mengurangi kegembiraan untuk bernyanyi bersama di Kenduri Cinta tadi malam. 

“Ranjau ini tema menarik, saya bisa menarik ke belakang, saya bisa menentukan secara jelas dimana pin point kebodohan Indonesia, termasuk saya dan kalian, karena kita mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali,” Mas Sabrang mengawali paparannya.

“Saya akan mulai dari Dzulqornain. Dzulqornain ini artinya dua tanduk, tapi saya punya interpretasi yang berbeda, mungkin juga sudut pandang yang berbeda. Menurut saya yang membuat adanya realitas ini adalah adanya dualitas; ada tinggi-rendah, panas-dingin, dan seterusnya, selalu ada dualitas seperti itu. Orang yang bisa me-manage dualitas itu secara efektif itulah pemimpin yang sebenarnya. Bahkan baterai pun tidak akan bergerak tanpa adanya dualitas positif-negatif,” lanjut Mas Sabrang.

Ketika ada sesuatu yang diinginkan oleh dua pihak atau lebih pasti terjadi pergesekan. Ketika ada sesuatu yang sama diinginkan, pasti terjadi pergesekan. Jika hal yang diinginkan itu tidak bisa dibagi, tidak ada yang namanya kompromi. Jadi mereka harus rebutan satu sama lain,” dilanjutkan oleh Mas Sabrang dengan menjelaskan bahwa ada beberapa konsep rebutan. Ada rebutan yang berlangsung dengan adanya peraturan, namanya adalah kompetisi. Jika ada rebutan yang tidak ada aturannya, maka yang terjadi adalah perang. Dan ketika yang dipilih adalah perang, maka yang ada urusannya adalah menang dan kalah. Siapa yang membunuh lebih banyak, dia yang menang dan dia yang mengambil sesuatu lebih banyak dari musuhnya yang kalah.

Mas Sabrang kemudian melempar pertanyaan; Kita ini seluruh Bangsa Indonesia menginginkan hal yang sama atau tidak? Mas Sabrang mencontohkan, dalam dunia politik, visi misi semua partai politik adalah sama. Tetapi, perilaku para pelaku politik di Indonesia adalah perilaku peperangan. Mereka saling bunuh-bunuhan satu sama lain. “Kalau kamu tujuannya sama, kenapa kamu membunuh satu sama lain?,” lanjut Mas Sabrang.

Dari gambaran kecil ini saja, Mas Sabrang sudah memperlihatkan fakta yang ada di Indonesia bahwa keinginan yang awalnya bersifat sama untuk semua orang, keinginan yang sama itu tetapi tidak bisa dibagi satu sama lain, akhirnya menghasilkan peperangan yang berakibat pada saling bunuh-membunuh satu sama lain. Maka bisa dipastikan bahwa yang ada di kepala mereka bukan kompetisi melainkan peperangan.

***

Semakin malam, diskusi yang berlangsung di Kenduri Cinta ssemakin gayeng. Ada sesi tanya jawab yang juga menjadi satu sesi dialog yang dinikmati oleh semua yang hadir. Kenduri Cinta menghadirkan atmosfer tatap muka yang nyata, dengan tata letak panggung yang sangat minimalis, memungkinkan orang untuk secara langsung menyatakan setuju atau tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh narasumber.

Tetapi, kita di Maiyah sudah ditanamkan kemerdekaan berfikir oleh Mbah Nun sejak awal. Kita dibebaskan dari belenggu-belenggu doktrin dan dogma. Maka sejak awal Maiyah menyatakan diri untuk tidak menjadi padatan. Maiyah tidak akan menjadi madzhab, tidak akan menjadi partai politik, tidak akan menjadi ormas dan lain sebagainya. Seperti yang disampaikan oleh Mbah Nun di awal, Maiyah adalah satu arena dimana kita semua, secara mandiri dan berdikari berani untuk menentukan sikap, bahwa melalui Maiyah kita akan berjuang untuk meningkatkan kualitas manusia pada diri kita masing-masing.

Lihat juga

Back to top button