MAJELISAN SRAWUNG KAWRUH PERDANA LKMS

Alhamdulillah, kemarin Sabtu 14 Januari 2023 (start 21:00WIB) telah terselanggara Majelisan Srawung Kawruh LKMS (Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat) edisi Januari.

Mohon izin kami wartakan, bahwa Majelisan Srawung Kawruh (MSK) ini adalah media sekaligus wahana silaturahmi, sesrawungan, tukar kawruh, dan penggalian ide gagasan ke depan. 

Tentu tetap dengan asas kekeluargaan, maka siapapun (jamaah Maiyah DIY) yang hadir adalah otomatis menjadi anggota baru keluarga LKMS. Tanpa syarat apa-apa kecuali menikmati cinta-mencintai dan keikhlasan berkeluarga. 

Weh, kok sepertinya berat itu syarate Lik? 

Ah tidak juga. Supaya tidak berat, ya kita jinjing bersama-sama. Sip to?

Lihat juga

Lho kok dijinjing, bukane nek berat itu dipikul Lik? 

Nah itu dia. Simbah mengajarkan kita untuk mau, berani, dan terus melakukan dekonstruksi pemahaman. Jika berat kita jinjing bersama, apakah itu tidak bisa dan boleh? 

Termasuk dalam tulisan (yang mungkin masuk kategori reportase giat-gerak LKMS) kali ini, merupakan gabungan dari 3 subjek (Mas Nur Ali, Mas Tri Reman, dan saya) yang kami jadikan satu. Dengan gaya tulisan masing-masing, dan semoga menjadi “kekayaan” sekaligus kesegaran bagi pembaca. 

Clemut siji. 

Clemut loro. 

Clemiut telu.

Clemut papat. 

Clemut lim…..tanganku serasa ada yang menampel untuk tidak mengambil mendoan anget lagi. Wasemik. 

Selanjutnya saia pura-pura tidak kaget dan mendengarkan teman-teman yang lagi membahas gentingnya negara. Gentingnya pada bocor dan pecah. Kasihan yang kena imbas. Pasti njuk imbas-imbis, termasuk saia atau malah njenengan juga.

Ingatan saia kok melayang pada masa lalu. Saat kaum ningrat dan terdidik mulai menyadari siapa “dirinya”. Bisa juga memang doanya para leluhur yang tenaga dan penghidupannya disedot habis-habisan akibat politik tanam paksanya Van den Bosch. 

Nedherland makmur sakmakmur-makmurnya karena jasa dari oost indisch. Pasti osst indisch lebih makmur dan penduduknya kaya raya….

Pplaaak…! 

Sirah saia serasa ada yang ngeplak ning raketok lan keprungu suoro tanpo wujud.

“Koe ki mikir opo le?  Konco koncomu ki lagi mikirke negoro ben rakyate ora kaliren pie carane”.

“Lagi mikirke LKMS ben iso urip. Ora mung urip- uripan”.

“Lagi mikirke le seduluran, kekeluargaan sak lawase tekan modyar ki pie?”.

“Lhaa kok malah koe mikir Londo!”, 

Terdengar suara yang hanya saia dengar sendiri, teman lain ternyata tidak mendengar.

Sambil tingak-tinguk saia memberanikan diri untuk menjawab dengan tanpa suara.

“Nyuwun pangapunten Mbah, mboten ateges kulo kuwantun. Sejatosioun tasih wonten sambungan babagan meniko Mbah.” 

“Wontenipun rudapeksa nandur. Nukulaken Politik Etis lan tiyang bumiputra saged sinau wonten sekolahan walandi. Para kaum mambu sekolahan meniko ingkang dados motor penggerak kesadaran berbangsa dan bernegara ingkang merdika saking cengkeremanipun walandi.”

“Lhaa para penggerak meniko kulo ibarataken kaliyan 21 rencang ingkang saweg rembagan meniko. InsyaAllah tambah ngrembaka Mbah!” 

Pokok-pokok bahasan yang muncul dan mengemuka di Majelisan Srawung Kawruh Perdana LKMS, sebagai berikut : 

Pertama, Sejarah singkat LKMS. 

– LKMS lahir oleh sebab runtutan dari ketika NM (Nadhlatul Muhammadiyyin) membantu Maiyahan Mocopat Syafaat. 

– Putu Simbah yang dipetakan NM kemudian berkumpul, berembug, dan bersepakat untuk melahirkan LKMS (Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat) yang coba dipikirkan Sedulur Songo (7 putu + 2 NM). 

– Sifat LKMS tidak untuk “ngendhas-ngendhasi” komunitas jamaah Maiyah DIY yang sudah ada, tetapi lebih kepada akomodatif dan nyengkuyung. 

Kedua, Posisi LKMS terhadap Simpul Maiyah. 

– Simpul Maiyah di luar Yogyakarta rutin dan aktif menyelenggarakan majelis ilmu sebagai bagian dari aktivitas pokok di luar aktivitas lainnya. 

– Harapannya, LKMS terhubung dan koordinatif dengan Simpul Maiyah Nusantara + Eropa + Korea, dengan menunjuk Nara Hubung dan Penanggung Jawab yang baru. 

– Komunikasi dan “njawil” yang lain (komunitas-komunutas jamaah Maiyah yang telah ada di DIY) merupakan hal yang penting dan harus terus dilakukan demi kesinambungan ke depan. 

Ketiga, Kemandirian  Ekonomi Jamaah Maiyah DIY. 

– Sangat perlu dipikirkan bagaimana keberlangsungan MSK ini dengan tidak lupa mengupayakan aman ekonomi masing-masing anggota. 

Keempat, Rumah Singgah Jamaah Maiyah. 

– Mengingat Yogyakarta sebagai Simpul Induk, kehadiran teman-teman jamaah Maiyah lain daerah adalah keniscayaan. Maka jika ada semacam rumah/tempat singgah yang kondusif akan lebih baik. 

Kelima, Kas LKMS.

– Sebagai bahan bakar teru menyalanya giat-gerak LKMS, ada usulan kas bersama.

– Kas ini masih terbuka lebar metodenya, apakah mau seperti “celengan cagak pring” zaman dulu, atau sedekah bantingan setiap MSK. 

Keenam, Majelis Ilmu tetap harus ada dan dipertahankan, menginduk pada ngendikan Simbah yang diceritakan kembali oleh Dhe Maskun. 

Ketujuh, Keikhlasan menyaudara, tanpa pamrih, asah-asih-asuh, dan mundur selangkah sama dengan kafir. 

– Bekal utama setiap anggota keluarga LKMS adalah keikhlasan menyaudara dan tanpa pamrih pribadi 

– Sifat Asah-Asih-Asuh dalam sebuah keluarga dimanifestokan LKMS melalui 3 Divisi yakni Kepengasahan Kepengasihan, dan Kepengasuhan. Di mana masing-masing divisi berisi 3 anggota “think-thank” LKMS. 

– Dipaparkan oleh Lik Nuri Pentjak Jawi, jika menggunakan analogi pentjak silat, maka semboyan yang wajib dimiliki seluruh anggota keluarga LKMS adalah mundur selangkah sama dengan kafir. 

Dahsyat dan melebihi bayangan saya. Kopi, teh wedang seger, dan mendoan sudah tandas. Tepat jam 24:30 kami akhiri. 

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Semoga Majelisan Srawung Kawruh Perdana LKMS ini dapat menjadi tonggak kebaruan yang terus diupayakan sekuat tenaga. 

Yogyakarta, 17 Januari 2023.

Lihat juga

Back to top button