PENTINGNYA INTENSI SUPAYA TEPAT MENARUH ATENSI
(Liputan Majelis Ilmu BangbangWetan Surabaya edisi Oktober 2022)
Majelis Ilmu Bangbang Wetan edisi Oktober mengangkat tema “Karsa, Rasa, Asa”, yang berlangsung pada 28 Oktober 2022, bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Bertempat di Kayoon Heritage Surabaya, pada pukul 20.00 WIB jamaah sudah mulai memadati tempat yang disediakan.
Yasin selaku moderator memantik tema keberangkatan Sinau Bareng bahwa sekarang ini, pemuda ‘dibebani’ banyak hal, salah satunya tentang cita-cita bangsa dan agen perubahan.
Pak Darmaji yang hadir sejak sesi awal mbabar tema diminta Mas Yasin segera merapat ke panggung dan ikut menyampaikan pandangan dan pemaknaannya terutama soal resesi. Pak Darmaji mengutip pesan Mbah Nun untuk merespons perihal resesi ekonomi 2023, dengan membiasakan diri hidup mandiri, salah satunya menanam sendiri kebutuhan pokok sehari-hari.
Baca: Lima Pesan Mbah Nun dari Wonosalam Menghadapi Krisis Ekonomi Tahun Depan
Pak Darmaji juga sharing pemaknaannya terhadap tema “Karsa, Rasa, Asa”. Menurut beliau, Karsa itu krenteke ati ingin berbuat apa. Kalau Rasa itu respons kita terhadap keadaan yang ada di sekitar kita. Sedangkan Asa adalah cita-cita atau harapan kita ingin mencapai sesuatu. Kalau karsa-nya sungguh-sungguh dan dirasakan sungguh-sungguh, melahirkan upaya yang sungguh-sungguh, niscaya asa atau cita-cita akan terpacai.
Pada konteks agen perubahan, memang yang diajarkan Pak Darmaji di kampusnya adalah matematika. Gambaran besarnya, mahasiswa memang calon pemimpin masa depan. Pak Darmaji selain mengajar matematika, di sela-sela waktu mengajarnya juga nyangoni ilmu hidup yang bersumber dari Mbah Nun, Mas Sabrang, dan yang ditemukan di setiap Majelis Ilmu BangbangWetan. Tujuan Pak Darmaji nyangoni ilmu hidup mahasiswa sebagai generasi muda yang diajarkan supaya siap jika suatu saat menjadi pemimpin perubahan masa depan Indonesia.
“Mulai mandiri dari sekarang, menata niat bersungguh-sungguh supaya langkah kita dalam berdikari kuat, goal-nya mendapatkan sesuatu yang kita cita-citakan,” pesan Pak Darmaji mengakhiri pembicaraanya.
Lala dan Lily pelajar SMA Muhammadiyah Surabaya memainkan instrumen gitar dan biola, membawakan nomor Lathi dan Full Senyum Sayang. Gitar dan biola masing-masing dimainkan cukup apik dan mengundang tepuk tangan jamaah. Jamaah merespons permainan instrumen musiknya dengan menyanyikan lirik lagu sesuai nomor yang dibawakan.
Mas Gagas Aji dosen Unair dan Mas Sabrang malam itu juga hadir membersamai setelah Lala-Lily Perform. Mas Gagas menyampaikan pandangangnya bahwa daya juang rakyat Indonesia termasuk Jamaah Maiyah itu kuat secara mental dan iman. Sehingga mau ada resesi ekonomi atau kondisi sesulit apapun tidak berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia.
Mas Gagas mengajak jamaah untuk teguh dan yakin kepada Allah, bahwa resesi ekonomi 2023 mau berdampak buruk atau tidak, yang jelas kita mempunyai keyakinan bahwa Allah selalu mempunyai rencana yang baik bagi kita. Kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah dan berpikir positif. Berdasarkan pengalaman Mas Gagas, “Ketika kita memberikan afirmasi atau kata-kata yang positif terhadap diri kita, biasanya kita akan mempunyai semangat yang lebih dan daya juang yang tinggi. ”
Derajat Kebutuhan Manusia
Mas Sabrang berbagi pandangannya perihal resesi ekonomi. Menurut beliau ekonomi itu sistem yang sangat chaos yang terjadi crash pada setiap cicle carsh terus-menerus tetapi tidak bisa memprediksi kapan terjadinya. Mas Sabrang mengiyakan akan terjadi resesi, dan yang merasakan dampaknya pasti manusia. Malam itu, Mas Sabrang memulai membahas dari manusianya terlebih dahulu. Ada derajat kebutuhan manusia, jika inflasi ekonomi terjadi, kebutuhan hidup manusia apa yang terpengaruh utama?
Mas Sabrang menggunakan teori Maslow untuk menjelaskan derajat kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia yang paling dasar adalah bertahan hidup: makan dan minum. Mas Sabrang mengibaratkan derajat kebutuhan manusia yang berbeda dari hewan, misalnya jika anjing kebutuhan dasar makan dan minumnya terpenuhi sudah selesai. Sedangkan manusia jika kebutuhan dasar makan dan minum terpenuhi, akan muncul masalah baru.
Kebutuhan manusia berikutnya keamanan. Setelah kita butuh bertahan hidup, kita juga butuh aman. Keamanan itu penting supaya kebutuhan bertahan hidup yang kita miliki tidak dirampok tetangga atau orang lain. Pertanyaannya, kebutuhan keamanan itu bisa kita tangani tanpa intervensi dunia apa tidak? Dunia mau resesi atau seperti apa saja, apakah kita bisa menjamin keamanan satu sama lain? Mas Sabrang mangimbau kita bisa menjamin keamanan satu sama lain.
Pada urusan kebutuhan bertahan hidup: makan dan minum, menurut Mas Sabrang yang paling merasakan resesi ialah orang kota, sedangkan orang desa yang mempunyai kebun dan sawah, mau ada resesi seperti apa saja tidak merasakan dampak resesi yang serius terutama masalah pangan, karena bisa makan dari hasil kebun dan sawahnya sendiri. Semakin resesi, yang paling aman adalah orang desa.
Kebutuhan manusia berikutnya adalah kasih sayang. Bentuk kebutuhan kasih sayang pada tataran sosial dengan kasih sayang dengan sahabat dan teman kumpulan. Kebutuhan hidup manusia berikutnya adalah kebutuhan pengakuan. Kita diakui atau tidak di lingkungan, sosial dan keluarga. Kebutuhan manusia yang paling atas adalah aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri manusia misalnya di bidang seni.
Setelah kita mengetahui derajat kebutuhan manusia, ketika kita mengalami momen di mana mendapatkan uang susah, kebutuhan manusia apa yang paling susah kita dapatkan?
Mas Sabrang mengajak kita mem-breakdown kembali kebutuhan apa saja yang sulit kita dapatkan ketika ekonomi sedang sulit. Misalnya pada kebutuhan aktualisasi diri, pada masa ekonomi sedang sulit, bagi pekerja seni seperti gitaris menjual gitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedang keputusan itu tidak membuat kita mati karena menghalangi diri kita dalam aktualisasi diri. Asal kita mau terus berusaha, bukan tidak mungkin kita bisa membeli gitar kembali, untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Yang terpenting syarat utamanya adalah bertahan hidup. Selama masih hidup, masih ada harapan ke depan mau ke arah mana.
Kebutuhan kasih sayang juga tidak membutuhkan biaya besar untuk melakukannya. Mas Sabrang menggambarkan bahwa kebutuhan kasih sayang itu bisa dilakukan oleh kita sesama orang miskin. Misalnya ketika teman kita sedang mengeluh tidak bisa membayar utang, kita bisa tertawa bersama karena kita bernasib sama, sama-sama tidak bisa membayar utang. “Bersama dalam penderitaan itu mengurangi penderitaan. Istilahnya misery love company, penderitaan itu senang dengan teman sesama penderita,” jokes Mas Sabrang meneruskan topik saling menertawakan penderitaan, disambut tertawa lepas jamaah.
Kebutuhan keamanan ini yang tidak mudah dilakukan ketika kita mengalami resesi. Beranikah kita ketika lapar tetapi tetap tidak mencuri? Pada kebutuhan saling menjaga keamanan ini menurut Mas Sabrang, gunanya akhlak dan agama. Karena ketika satu orang yang kelaparan mencuri, orang lain yang kelaparan akan ikut mencuri juga, karena mempunyai alasan kepada satu orang itu yang mencuri demi bertahan hidup. Kalau akhlak agama kita lakukan, seharusnya kita tidak akan ada masalah dengan keamanan. Karena keamanan diselesaikan dengan kasih sayang.
Memang benar, Menurut Mas Sabrang pada akhirnya ketika tidak ada harapan apapun kita hanya berpegang teguh pertolongan Tuhan, tetapi bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa. Tuhan telah menyediakan ilmu dan bahan-bahan untuk kita olah, dan oleh Tuhan dikembalikan kepada kita untuk mempertanggungjawabkannya kelak.
Project dan Maintenance
Pemahaman kepada Tuhan kita jaga sebagai area atau maintenance, pada konsep project dan maintenance. Jadi ada hal-hal yang kita lakukan buka karena project, karena maintenance. Misalnya pada bidang olahraga. Kita melakukan olahraga setiap hari, supaya sehat. Kalau kepengin sehat, bukan kalau kita ketika sakit, diatasi dengan pergi ke gym untuk olahraga sembilan jam. Bukan malah sehat tetapi bisa malah mati.
Project itu misalnya untuk menyelesaikan masalah sakit dengan meminum obat. Tetapi untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit, misalnya olahraga sedikit tetapi dilakukan setiap hari. Begitu juga dengan agama, untuk menjaga kesehatan mental dan kelurusan akal, dst, melakukan maintenance setiap hari dengan beribadah, dan ingat kepada Tuhan setiap saat. “Pentingnya kita terus menjaga sesuatu yang maintenance dari fisik maupun mental itu menjaga kita pada keadaan yang tidak normal,” tegas Mas Sabrang
Kembali ke topik resesi ekonomi, mungkin keadaan yang kita alami nanti ekstrem, untuk menjaga kita tetap sehat adalah maintenance yang kita jaga dari sekarang. Tetap dekat kepada Allah, bukan berarti kita menyuruh Allah menyelesaikan masalah kita. Tetapi kita tahu, yang menjaga kekuatan kita adalah kesadaran terhadap Tuhan, beribadah, ketajaman berpikir, dst, yang harus kita jaga setiap hari.
Di dunia ini masalah pasti datang. Tidak usah masalah resesi internasional, resesi terhadap diri kita terjadi terus menerus. Masalahnya tidak harus pada resesi juga. Kita tidak bisa buang air besar tiga hari sudah menjadi masalah. Masalah itu ada terus. Mari kita konsentrasi pada hal-hal yang primer, hierarkinya atau prioritasnya jelas, sebab energi kita tidak luar biasanya banyak untuk mengurusi semuanya.
Cukup urusi diri sendiri, prioritas diri kita apa? Apakah aktualisasi diri kita bermain TikTok atau makan, yang menghasilkan keputusan uang kita pakai untuk membeli paket internet atau beras? Karena kalau tidak mempunyai prioritas, kita akan bingung mau melakukan apa. Sejak sekarang kalau kita sudah jelas akan prioritas, kita akan bisa menyisir mana yang perlu dikhawatirkan dan mana yang tidak, dan kalau ada keadaan bagaimana antisipasi kita seperti apa?!
Poin kebutuhan manusia tentang keamanan, menurut Mas Sabrang tidak bisa dilakukan sendiri, harus dilakukan bareng-bareng. Kalau kita saling percaya menjaga keamanan satu sama lain, insyaAllah resesi seperti apa saja akan bisa kita lewati. Minimal ras manusia tidak akan punah. “Kalau kita bagian dari mati, bukankah itu rezeki karena tidak perlu membayar hutang dan cicilan lagi. Kalau kita bagian dari hidup, kita mempunyai tanggung jawab meneruskan peradaban. Hidup itu jika mati ya menyenangkan, jika hidup mempunyai tanggung jawab banyak sehingga saling menertawakan masalah yang dihadapi ya menyenangkan. Mari kita hadapi masa depan dengan tertawa, walaupun lapar dan kentut saja susah, tetapi masa depan menunggu kita untuk tertawa bersama,” pesan Mas Sabrang dengan penuh jokes yang mengundang tawa jamaah.
Di tengah-tengah jeda diskusi, The LUNTAS (Ludrukan Nom-noman Tjap Arek Suroboyo) turut menyumbang kegembiraan malam itu dengan kidungan dan lawakannya yang setiap segmen jokes-nya mengundang tawa jamaah.
“Ndukur baki ono bandeng, kari siji dipangan garangan
Bengi iki awakdewe longgo bareng, ngaji sinau golek seduluran
Mugo-mugo kabeh oleh berkahe
Tuku areng nang Kanda, jare bojoku aku ganteng koyok Rizal Armada
Urip ngunu mung sakdermo ngenteni timbalane Seng Kuoso
Mulo ojo disio-sio, seng apik karo tonggo kelawan konco
Urip ngunu kudu andarbeni, saling membantu yo saling berbagi
Nek ono masalah ayo golek solusi, ojo sampek karo emosi
Ojo sampek duweni sifat iri, opomeneh iku demi gengsi
Pengeran wes ngatur rezeki, titik akeh ayo disyukuri
Contoen aku iki, nang tonggo mesti gemati
Tonggoku repot mesti tak tulungi, supoyo lek aku gak duwe duwek iso diutangi ”
Setelah The LUNTAS selesai perform ludrukan yang mengundang gelak tawa jamaah, Pak Suko Widodo dosen Unair menceritakan kondisi mahasiswanya yang selama perkuliahan berlangsung, ada yang datang terlambat, tidak mengetuk pintu dahulu, langsung masuk ruangan saja. Ada juga mahasiswa telat masuk ruangan dengan tetap memakai headset yang connect dengan gadget, dan asyik bermain gadgetnya. Seperti tidak mempedulikan dosennya yang sedang mengajar di ruangan tersebut.
Kemudian, Pak Suko setelah itu bertanya kepada mahasiswanya yang tidak sopan itu, beliau menyimpulkan, ternyata mahasiswanya itu bukannya tidak sopan, tetapi tidak tahu cara bersikap sopan kepada guru dan kepada orang yang lebih tua. Ketidaktahuan itu berasal dari sekolah sebelumnya. Selama pandemi siswa itu tidak mengalami pembelajaran tatap muka bersama gurunya di ruang kelas, membuat siswa itu tidak sempat diajari sikap sopan santun kepada guru dan kepada orang yang lebih tua.
Cara Berinvestasi Kepada Diri Sendiri
Mas Sabrang merasa sedih terhadap apa yang disampaikan Pak Suko Widodo tentang kondisi mahasiswa sekarang. Kalau tadi melihat fenomena sikap mahasiswa sekarang dari sudut pandang dosen, Mas Sabrang mencoba melihat dari sudut pandang mahasiswa itu. Menurut Mas Sabrang mahasiswa melakukan hal yang tidak sopan itu karena tidak tahu cara menginvestasi dirinya itu bagaimana. Kata kuncinya mudah, kalau kita tidak mau berinvestasi kepada dirimu sendiri, jangan berharap orang lain mau bertinvestasi kepada kita.
Cara sederhana menginvestasi diri menggunakan roso maupun intelektual itu ada ibunya yang namanya atensi. Kalau kita berbicara ketika melakukan sesuatu ada energi tersampaikan atau terpisah, kuncinya ada pada atensi. Kita memberikan atensi kepada tanaman kita, hidupnya pasti akan lebih baik, karena ada energi yang tersalurkan.
Jadi, kalau kita mau berinvestasi kepada diri kita sendiri, hati-hati kepada atensi. Karena itu, dalam satu waktu kita hanya punya satu, memilih mau atensi kemana. Misalnya kepada semut saja kita beratensi sungguh-sungguh tanpa pikiran, ilmu semut akan masuk ke dalam diri kita.
Jadi, pesan Mas Sabrang, hati-hati terhadap atensi. Kenapa TikTok berbahaya? Karena kita tidak bisa mengontrol atensi. Problemnya adalah TikTok merebut atensi kita, tanpa kita mempunyai kontrol atas atensi kita sendiri. Terhadap resesi juga, sejak awal Mas Sabrang menjelaskan derajat kebutuhan manusia untuk mengajak kita mem-breakdown atensi kita sebenarnya mengarah ke mana.
Kalau tadi Mas Sabrang berbicara soal bertahap hidup, pada kondisi resesi ekonomi bisa juga untuk “diserang”, kita bisa memanfaatkan rasa lapar yang disebabkan kondisi resesi ekonomi dengan suatu hal yang positif. Dalam khasanah Jawa banyak diajarkan laku puasa. Pada hal kesulitan mendapat makan suatu saat bisa kita manfaatkan atau kita niatkan kondisi lapar sekaligus berpuasa. Eksplorasi kepada dunia menjadi sangat menarik. Memecahkan masalah sekaligus eksplorasi kepada dunia yang berbeda, merupakan atensi yang tepat.
Mas Sabrang mengajak kita supaya tidak mengambil langkah putus asa. Sebab kita masih mempunyai atensi dan energi yang bisa kita berikan untuk arah bangsa ke depan. Mengenai modal kita dalam memilih pemimpin, misalnya kalau kita petani, mencari pemimpin yang memiliki program tentang pertanian. Memilih pemimpin berdasar dari masing-masing yang kita butuhkan itu akan bertemu resultan dan keseimbangannya sendiri.
Pemimpin yang diperlukan negara akan muncul dengan sendirinya, jika masing-masing dari kita jujur dengan apa yang kita butuhkan. Jadi perihal memilih pemimpin bukan urusan kalah menang, melainkan mencari titik optimal arah kita mau kemana. Kita bisa menemukan titik optimal arah itu jika kita jujur paying attention kepada yang kita peduli dan kita tahu. Mulai sekarang kita harus hemat kepada yang namanya atensi!
Sungguh-sungguh itu sumberdaya terbatas yang kita miliki, yang selama ini tidak kita anggap sebagai sesuatu yang berharga. Perhatikan atensi kita kemana?! Mulai besok eksperimen, seberapa persen atensi yang menumbuhkan diri kita, seberapa persen yang hanya membuat kita tidak pengin mati besok? Mas Sabrang ingin menggarisbawahi bahwa pentingnya sumberdaya yang namanya atensi.
Kalau kita tidak mempunyai intensi (tujuan atau target hidup), kita tidak akan tahu arah akan ke mana. Sebab manusia adalah makhluk yang mempunyai tujuan. Kalau kita tidak mempunyai tujuan, kita tidak tahu harus atensi ke mana. Kalau kita mempunyai tujuan, kita tahu harus menaruh atensi di mana. Sebenarnya intensi atau tujuan tidak harus tercapai. Pentingnya intensi adalah supaya tepat menaruh atensi.
Surabaya, 29 Oktober 2022.