IKHTIAR MENCAPAI BABAK FINAL RAMADHAN
Puasa Ramadhan telah memasuki hari ke delapan. Angka 8 menjadi salah satu nomor favorit saya. Kenapa? Karena 8 itu angkanya tidak putus. Alias nyambung terus. Berputar. Secara nilai, angka 8 juga lebih dari cukup. Tidak sempurna mungkin. Tapi bisa dibilang baik. Nah, di malam ke-8 bulan Ramadhan ini, saya berdoa semoga nikmat keberkahan dari Allah Swt untuk seluruh penduduk bumi tak putus-putus (ghoiru mamnuun).
Bulan Ramadhan, bulan yang mulia. Di bulan ini Allah Swt jor-joran melimpahkan rahmat, pahala, dan ampunan atas segala dosa-dosa. Dengan iming-iming tersebut, reaksi kita umat muslim pun berbeda-beda. Dan dalam kurun 30 hari bulan Ramadhan, banyak fenomena yang lazim kita saksikan di lingkungan masyarakat kita. Biar gampang, kita bagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama, tanggal 1-10 Ramadhan. Bagian kedua, tanggal 10-20 Ramadhan. Dan bagian ketiga, tanggal 20 hingga akhir Ramadhan.
Sebagai pecinta bola, saya ingin coba mengelaborasi ketiga bagian bulan Ramadhan tersebut ke dalam istilah sepakbola. Supaya lebih cair dan mudah dimengerti.
Bagian pertama, tanggal 1 hingga 10 Ramadhan. Dalam istilah sepakbola bagian ini bisa disebut sebagai babak penyisihan. Atau putaran pertama. Yang namanya babak penyisihan pastinya diikuti oleh banyak peserta. Rasa-rasanya semua orang ingin ikut tampil dan ambil bagian dalam “turnamen” (Ramadhan) tersebut. Di pekan pertama (tanggal 1-10 Ramadhan), masjid dan musholla full. Jamaah membludak. Mereka antusias menunaikan salat Isya, disambung tarawih, dan dilanjutkan tadarus. Pun demikian dengan salat Subuh. Intinya putaran pertama selalu ramai dan meriah.
Bagian kedua, tanggal 10-20 Ramadhan. Bagian ini boleh disebut dengan babak semifinal. Di masa ini gairah puasa perlahan mulai mengendur. Tidak seantusias layaknya pekan pertama. Pesertanya pun kian berkurang. Dan tampak barisan salat jamaah di masjid mengalami kemajuan yang pesat. Maksudnya shaf salat semakin maju. Kalau di awal Ramadhan (babak penyisihan) shafnya penuh hingga belakang, maka di fase semifinal ini shaf salat hanya tersisa tiga atau dua shaf saja. Suara orang ngaji (tadarus) pelan-pelan tak terdengar lagi. Sesiapa yang mentalnya tidak tangguh, maka besar kemungkinan akan tumbang di babak semifinal.
Adapun bagian ketiga, yakni tanggal 20 hingga akhir Ramadhan. Bagian ini sama halnya dengan babak final. Putaran terakhir Ramadhan. Ya, karena sudah partai puncak pesertanya tidak banyak. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Periode 10 hari menuju lebaran, fokus dan pikiran orang sudah bercabang. Yang ada di perantauan bergegas untuk persiapan mudik ke kampung halaman. Orang-orang berburu barang, pakaian, sepatu, sendal, hingga asesoris baru untuk “bekal” berhari raya. Konsentrasi ibadah jadi menurun. Kendur. Dan pudar.
Padahal, Rasulullah Saw menganjurkan kita untuk getol memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan. Iktikaf, tadarus, zikir, salat malam, sodaqoh, dll. Barangsiapa yang lolos sebagai “finalis-finalis” Ramadhan, Allah akan berkenan (atas izin-Nya) memberikan “piagam penghargaan” berupa jaminan ampunan atas dosa-dosa yang pernah diperbuat. Ghufiro lahu maa taqoddama min dzanbih. Mereka yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Sesiapa saja yang memperoleh “piagam penghargaan” istimewa tersebut, maka mereka keluar dari bulan Ramadhan dan masuk satu Syawal laiknya bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Bersih. Suci. Fitrah. Kembali fitri tanpa dosa karena telah dibersihkan oleh rentetan ibadah (wajib dan sunah) selama bulan suci Ramadhan. Wallahu a’lam.
Muncul pertanyaan sederhana. Di bulan Ramadhan kali ini, kita mau bertanding di babak penyisihan saja, atau ingin melaju tembus ke babak semifinal, atau ikhtiar paling maksimal agar sampai di partai final? Karena puasa ialah ibadah rahasia, tak terdeteksi, dan sunyi (setiap menulis/ mendengar kata “sunyi”, ingatan saya selalu tertuju pada Mbah Nun. Sehat dan panjang umur nggih Mbah, Alfatihah), lantaran hanya Tuhan dan diri sendiri yang tahu, maka jawabannya pun sederhana. Ada di relung hati masing-masing pribadi.
Gemolong, Malam ke-8 Ramadhan 1445 H/ 18 Maret 2024