TAWASHSHULAN DAN HALAL BI HALAL MASYARAKAT MAIYAH CIRREBES

Lalu-lalang kendaraan arus balik dan gegap gempita suasana lebaran masih terasa di wilayah Cirebon dan Brebes, khususnya daerah Pantura. Masih terdapat titik macet dan beberapa ruas perempatan dan arah putar balik yang masih diportal sehingga lumayan agak jauh jika berputar balik dari arah Cirebon ke Brebes atau sebaliknya.

Tetapi pada hari Jumat 28 April 2023 suasana itu tak menyurutkan niat para jamaah simpul Maiyah Cirrebes (Cirebon dan Brebes ) untuk berkumpul  Maiyahan di sanggarnya Mba Nani topeng Losari di Astanalanggar, Cirebon. Pertemuan kali ini diniatkan untuk Tawashshulan dan Halal bi Halal setelah merayakan Idul Fitri. 

Pembacaan Tawashshulan dipimpin oleh mas Gandi. Jamaah yang hadir khusyuk mengikuti sampai selesai pukul 22.00 WIB. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Mas Iib Ubaidillah.

Sebelumya, Mas Iib menjelaskan tentang makna Tawashshulan sebagai ikhtiar kita secara mendalam dan pribadi agar dapat ‘mengemis’ kepada Allah Swt. karena ada beberapa hal yang tidak bisa lakukan dengan sendiri.

Setelah itu mas Iib mengingatkan tentang pesan Mbah Nun pada saat menyambangi anak cucunya dalam rutinan Maiyahan di bulan Februari kemarin. Mbah Nun menginginkan masyarakat Maiyah Cirrebes memiliki semacam tagline, jargon, atau motto. Dalam pertemuan kali ini mas Iib ingin sekali mendapatkan ide dan masukan dari semua yang hadir.

Lihat juga

Mas Dany mengawali sumbang ide dengan membacakan pesan khusus Mbah Nun pada 2019 untuk anak cucunya di Cirebon dan Brebes yang berbunyi; “Insya Allah Para Mukhlishinal Maiyah dibangunkan oleh Allah di Fajar Pagi ketika Matahari dipancarkan kembali oleh Qudroh Allah Swt. di hari dekat ke depan”. Pesan itu diharapkan menjadi dasar untuk merumuskannya menjadi motto atau tagline agar mudah diingat dan menjadi visi ke depan untuk lebih baik lagi. 

Mas Iib merespons pesan tersebut dengan mengatakan Simbah berarti menginginkan kebangkitan dari setiap jamaah Maiyah, bangkit moralnya dan bangkit akidahnya, kita disuruh bangun dari keadaan sekarang yang melemahkan kita semua dari ‘gelap’ menuju ‘terang’.

Kang Ridwan meyambung dengan menilik pesan Simbah di kalimat terakhir yang menyebutkan sebuah gambaran bahwa matahari yang dipancarkan atau terbit adalah sebuah harapan tentang sesuatu yang dirindukan. Kalau kita mengartikan matahari yang terbit sebagai sesuatu yang dirindukan bahwa sangat perlu kita mengisyarati bahwasannya Mbah Nun memberikan atensi yang lebih terhadap keberadaan masyarakat Maiyah Cirrebes. Matahari yang terbit dari timur adalah awal dari bertumpunya harapan.

Lain lagi dengan Pak Latief. Beliau menangkap pesan inti Mbah Nun adalah kita sebagai seorang muslim harus ikhlas. Ini merupakan poin yang sangat penting dan bagian yang sangat sulit karena sangat gampang sekali kita berucap di mulut tetapi pada peraktiknya tidak semudah itu. Makanya peringkat Mukhlisin adalah tingkatan para wali. Walaupun sangat sulit menggapainya, diharapkan minimal para jamaah Maiyah untuk meng-upgrade kualitas iman dan spiritualnya untuk lebih berkualitas dan lebih baik dari sebelumnya. Melalui Tawashshulan ini kit berusaha mendalami Islam dengan sepenuhnya dan tidak setengah-setengah. 

Adanya silaturahmi saat ini adalah bagian dalam rangka menyambung hati dengan satu rasa sebagai  awal peningkatan kualitas.

Salah seorang jamaah bernama Mas Ahmad Nurseha mengusulkan agar tagline nantinya bermuatan filosofis bahwa hidup itu jangan berakhir ‘titik’, tapi harus banyak ‘koma’ karena manusia harus haus dengan pencarian dan pengetahuan yang tidak akan ada ujungnya atau selesai. Diharapkan Maiyah menjadi wadah untuk mendapatkan itu semua menuju kepada Allah Swt. dan syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Saw. 

Di akhir sesi ada penampilan pembacaan puisi oleh Oak Lebe Penyair (Pak Agus Tarjono), dan kemudian sebelum acara ditutup dengan doa dan shalawat, Mas Gandi berpesan bahwa walaupun malam ini belum disimpulkan sebuah tagline tetapi masukan dan sumbang ide akan menjadikan formula kedepan untuk kawan-kawan penggiat mewujudkan pesan dan harapan Mbah Nun tersebut.

Tepat pukul 00.50 WIB para jamaah yang hadir pulang ke rumah masing-masing dengan masih membawa kerinduan untuk berhimpun kembali di waktu yang akan datang.

(Redaksi Maiyah Cirrebes)

Lihat juga

Back to top button