Tadabbur Hari ini (38)
BISMI MAHA TAK TERHINGGA

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيم
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ
غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
(Al-Fatihah: 1-7)

Jamaah Padhangmbulan “sinau bareng” tentang Ar-Rahman ar-Rahim. Mereka saling menggali, saling menelusuri, saling menyelami, saling menghayati, saling mengejar, saling mencoba menemukan.

“Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang?”

“Ya amat sayang kepada kita, sangat cinta kepada hamba-hamba-Nya”

“Amat, sangat atau Maha?”

Lihat juga

“Amat atau sangat saja tidak bisa ditentukan batasnya, apalagi Maha.”

“Apakah seseorang yang kelaparan karena tidak punya makanan, maka Sang Rahman dan Sang Rahim pasti akan mendatangkan makanan kepadanya? Sehingga dipastikan bahwa tidak ada manusia di muka bumi ini yang kelaparan?”

“Kita hanya manusia, maka tidak punya kemampuan untuk memastikan apapun saja. Yang punya kuasa untuk memastikan hanyalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

“Apakah seekor harimau yang sudah tua, yang tidak lagi punya kekuatan untuk berburu dan kalah dari harimau-harimau yang lebih muda, sehingga harimau tua itu akhirnya mati kelaparan, namun tiba-tiba Sang Rahman Sang Rahim menciptakan kejadian ajaib yang membuat ia tidak mati kelaparan?”

“Seorang anak balita tiba-tiba berlari dari halaman rumah Bapak Ibunya ke jalan raya di depannya, sehingga muncul motor atau mobil menabraknya, namun Sang Rahman Rahim menurunkan Malaikat untuk menyelamatkan anak kecil itu dari kecelakaan yang mengambil nyawanya? Itukah pengertian makna Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?”

“Apakah pengejawantahan Maha Pengasih Maha Penyayang adalah Allah membatalkan gunung meletus, air laut menggerakkan tsunami, gempa mengguncang desa-desa dan kota-kota, membatalkan Perang Dunia, demi menyelamatkan nyawa ribuan manusia? Itukah aplikasi Ke-Maha-Pengasih-an dan Ke-Maha-Penyayang-an?”

“Apakah karena sifat Rahman Rahim maka Allah menghalangi Ibnu Muljam menghunjamkan pedangnya ke punggung Sayidina Ali bin Abi Thalib usai shalat Subuh? Kemudian juga menghalangi istri Sayidina Hasan bin Ali meracun suaminya? Serta menghalangi pembunuhan dan pemenggalan kepala Sayidina Husein bin Ali dari badannya lantas menguburkan kedua potongan tubuh itu di tempat yang sangat berjauhan?”

“Atau, apakah Invasi dan Penaklukan Mongol abad ke-13 dengan 60 juta hingga 100 juta korban, Great Leap Forward Tiongkok 1958 – 1862 dengan 55 juta hingga 60 juta korban Holocaust Nazi Jerman 1941 – 1945 dengan 7 juta hingga 11 juta korban, atau Bencana Kelaparan Ukraina 1932 – 1933 dengan 3,5 juta hingga 10 juta korban, serta Ladang Pembantaian Kamboja 1975 – 1979 – 1,5 juta hingga 2 juta korban – merupakan bukti bahwa Allah ternyata sejatinya tidak Maha Pengasih dan Maha Penyayang?”

“Banyak sekali peristiwa-peristiwa mengerikan dalam sejarah ummat manusia yang merupakan penggalan-penggalan kekejaman dan sadisme, yang membuat kita bingung memaknai Rahman Rahim.”

“Manusia hidup dan berada dalam batasan dan keterbatasan. Mustahil sanggup merumuskan skala agung ke-Maha-an. Manusia tidak punya alat, ruang atau cara pandang untuk mampu menyimpulkan apapun tentang Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

“Ada kekejaman atau kedhaliman dalam skala yang berlapis-lapis, yang kecil-kecil sehari-hari dalam kehidupan rumah tangga, antar tetangga di kampung, kantor, masyarakat, Negara dan pemerintahan atau dalam skala global. Bahkan ada yang samar, tidak kentara, bahkan ada pihak yang didhalimi tidak merasakan pendhaliman yang menimpanya.”

“Sampai batas dan ukuran tertentu manusia mungkin bisa mempersepsikan, menilai, menghitung dan merumuskan. Hitungan tidak bisa mengukur ketidak-terhitungan. Keterbatasan tidak bisa menilai ketidak-terbatasan. Seluruh contoh-contoh kekejaman di atas berada di skala ke-Maha-an Allah sehingga tidak bisa disimpulkan oleh ketidak-mahaan pikiran manusia.”

“Maka sebaiknya kita tidak usah mengukur luasan ruang semesta Rahman Rahim. Bisanya manusia hanya mempercayai, meng-husnuddhan-i dan menikmati saja optimisme bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kalau kita tidak terima oleh fakta hakiki tentang batas kemanusiaan itu, maka silakan menjadi Allah subhanahu wata’ala yang Rahman dan Rahim.

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْحَى اللّٰهُ تَعَالَى إِلَى مُوسَى بْنِ عِمْرَانَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ : يَا مُوْسَى مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِيْ وَلَمْ يَشْكُرْ نَعْمَائِيْ فَلْيَخْرُجْ مِنْ بَيْنِ أَرْضِيْ وَسَمَائِيْ وَلْيَطْلُبْ لَهُ رَبًّا سِوَائِيْ

Nabi Saw. bersabda: “Alloh Swt. telah memberikan wahyu kepada Musa bin ‘Imran As.: “Wahai Musa Barangsiapa yang tidak ridho dengan keputusan-Ku,tidak sabar dengan ujian-Ku dan tidak mensyukuri ni’mat-ni’mat-Ku. Maka hendaklah ia keluar dari antara bumiku dan langitku. Dan hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku”.

“Sinau Bareng” yang mereka lakukan itu akhirnya menyepakati: Daripada kepala kita pecah dan urat saraf kita putus berantakan, mending dengan landasan:

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ

Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 2)

Kita tanamkan di dalam kesadaran ruh dan jasad hidup kita pernyataan Allah ini tentang fakta-fakta yang kita saling paparkan dalam diskusi di atas:

ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَيۡسَ بِظَلَّامٖ لِّلۡعَبِيدِ

Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 182)

Emha Ainun Nadjib
6 Juni 2023.

Lihat juga

Back to top button