SINAU MENJADI GENERASI YANG TELITI, WASPADA, DAN BERMARTABAT

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Paseban Majapahit Mojokerto edisi Januari 2024)

Lima belas purnama telah berlalu ketika sedulur Paseban kembali melingkar di tempat yang spesial dalam perjalanan rutinannya. Suasananya tetap sama: akrab, nyedulur, dan gayeng.

Gus Irhamni, Ustadz Junaidi, Cak Wawan, dan semua keluarga besar Gubug Tsani senantiasa menjadi teladan bagi kami “adik-adiknya” di Paseban Majapahit. Beliau-beliau adalah para “pejuang nilai” dengan napas perjuangan yang khas. Yang tak mudah dicari padanannya.

Alhamdulillah, di rutinan edisi awal tahun 2024 ini kami kembali dipertemukan oleh Allah di “gubuk” istimewa yang berada di Ds. Tambakagung, Kec. Puri, Kab. Mojokerto. Seperti biasa, penyambutan yang istimewa sudah menanti dulur-dulur yang hadir. Tak hanya suasananya yang istimewa, ubo rampenya pun juga. Matur nuwun dulur-dulur Gubug Tsani. 

Cak Isa mengawali nderes Al-Quran. Cak Anas melanjutkannya sampai sekitar jam 9 malam.

Setelah itu Cak Zahid membuka rutinan dan mempersilakan semua yang hadir untuk menata kembali duduknya masing-masing. Noto lungguhé, noto atiné, noto niaté. Semua fokus dan khusyuk mengikuti sesi puncak Pasebanan: Tawashshulan. Cak Sobbirin, Cak Ryan, dan Cak Isa, bergantian memandu lantunan bait demi bait Tawashshul hingga akhir. Diiringi alunan rebana yang ditabuh oleh Cak Irul, Cak Agus, Cak Wildan, dan Cak Arry. 

Lihat juga

Cak Ronny melanjutkan kebersamaan malam itu dengan memandu sesi sinau bareng. Tema kali ini: “Kesadaran WaliRaja”. “Tema yang dipilih bukan karena gaya-gayaan, apalagi demi gagah-gagahan. Tetapi sebagai ikhtiar bersama untuk sinau istiqomah ngoncèki nilai-nilai Maiyah yang sudah diajarkan oleh Mbah Nun dan para Marja’ Maiyah selama ini. Khususnya yang terkait dengan situasi dan kondisi di Paseban,” ungkap Cak Ronny menjelaskan. 

Lalu disambung Cak Adi Kupret yang membacakan prolog tema. Sekaligus mengungkapkan beberapa pesan Simbah yang dipahaminya lewat pementasan teater “Mlungsungi” sampai pementasan teater “WaliRaja RajaWali” di tahun 2022 silam.

Cak Huda mengawali merespons tema dengan mengingatkan lagi betapa banyaknya istilah dan idiom yang sudah disampaikan oleh Simbah dalam pitutur dan piwelingnya selama ini. Mlungsungi; WaliRaja RajaWali; Satriya Pinandhita Sinisihan Wahyu; Manunggaling Kawula Gusti; Wedhus dipupuri, Bedhès diklambèni; dan masih banyak lagi yang lainnya. 

“Semua itu menjadi penegas, bahwa anak cucu Maiyah diminta Mbah Nun untuk bisa lebih teliti dan waspada dalam menentukan pilihan ketika Pemilu,” tegas Cak Huda.

Cak Wawan Murtadho berbagi pengalaman ketika dulu pernah ikut nyaleg, “Saya waktu itu ikut mencoba menjalankan amanah undang-undang. Sebagai warga negara yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Alhamdulillah, sudah pernah dua-duanya.”

Tentang kepemimpinan, Cak Wawan menambahkan, “Kalau dulu, caleg dan calon pemimpin digodok dari tahapan paling bawah. Sistem kita saat ini tidak ada yang bisa diharapkan.”

Menyitir dhawuh Mbah Nun dalam mukaddimah teks Tawashshulan nomor 3- alenia ketiga, Gus Irhamni mengatakan bahwa memang itulah realitas yang terjadi dan sedang kita alami. “Setiap upaya kemaslahatan kita, justru berakibat menjadi kemudlaratan. Ketidakberdayaan masyarakat Nusantara, khususnya Masyarakat Maiyah, akan disambut oleh datangnya satu peradaban yang ada di zaman keemasan,” terang Gus Ir dengan penuh semangat.

“WaliRaja adalah dua hal dalam satu kesatuan,” kata Ustadz Junaidi melengkapi cakrawala tadabbur malam itu. Mengajak semua yang hadir untuk memuhasabahi, merasakan kembali, serta menyadari, betapa pancaran asma Allah “Al-Waliy” dan “Al-Malik” selalu meliputi di dalam setiap gerak langkah kehidupan kita sehari-hari.

“Maka ‘Kesadaran WaliRaja’ bisa kita maknai sebagai suatu kesadaran diri bahwa Allah Yang Maha Melindungi (Al-Waliy), serta Allah Sang Maha Raja (Al-Malik), senantiasa menguasai segala sesuatu dan melindungi seluruh urusan makhluk-Nya,” pungkas Ustadz Junaidi.

Sinau bareng makin gayeng. Cak Sobbirin ikut merespons tema dengan mengatakan bahwa melalui naskah pementasan teater-teater tersebut Mbah Nun tidak sedang mengkritik apa yang sedang terjadi, tetapi beliau khusnudhdhon atas masa kejayaan yang akan datang.

Lebih jauh lagi, Cak Sobbirin juga mentadabburi Q.S. Al-Qashash ayat 5. Tentang kaum yang tertindas di muka bumi, yang dihendaki Allah untuk dijadikan pemimpin dan pewaris bumi. Sebuah optimisme tentang kepemimpinan di masa yang akan datang. Yang tentu harus kita maknai dengan skala kepemimpinan yang lebih luas. Mulai lingkup terkecil, kepemimpinan dalam keluarga, sampai pemimpin bangsa dan negara, bahkan pemimpin umat manusia.

Ragam kisah sepak terjang para tim sukses untuk menarik simpati para pemegang hak pilih menjadi satu kisah tersendiri yang diceritakan oleh Cak Isa, Mbak Azizah, dan Mbak Wiwik.

Bagaimana seorang ketua RT atau RW menjadi jujugan para timses, sekaligus sebagai ujung tombak dan pintu utama keluh kesah dari warganya. Tentang politik uang, kampanye hitam, atau tentang janji-janji yang nggak jelas jluntrungnya. Semua adalah potret nyata berbagai macam ketidaktepatan praktik perpolitikan yang terus terulang di setiap Pemilu. 

Beberapa topik perbincangan di WAG Tim Litbang Medsos malam itu digethok tularkan oleh Cak Rachmad kepada warga Paseban. Tentang ajakan untuk menjadi generasi yang memiliki kriteria untuk memilih calon pemimpin, dan berupaya menghadirkan hakim Tuhan di dalam Pemilu tahun ini. Menjadi generasi dan rakyat yang bermartabat. Yang tidak mudah dibujuk oleh baliho dan janji-janji yang tidak ada jejak. Generasi yang berani menyuarakan narasi: “Golput salah di mata demokrasi, tetapi memilih ngawur (berjudi) salah di mata Tuhan”.

Beberapa nasihat disampaikan oleh Ustadz Junaidi sebelum menutup perjumpaan malam itu dengan doa bersama. Beliau berpesan agar dulur-dulur jangan berhenti untuk amar ma’ruf nahi munkar, dan tidak ngawur ketika menentukan pilihan di pemilu tahun ini.

Pasebanan paripurna, semua sedulur bergembira bersama menikmati aneka hidangan yang sudah disiapkan oleh dulur-dulur Gubug Tsani. Alhamdulillah, wasysyukrulillah.

(Redaksi Paseban Majapahit)

Lihat juga

Back to top button