SINAU ILMU, KETERAMPILAN, DAN TATA KRAMA
(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Galuh Kinasih Bumiayu Edisi Desember 2023)
Maiyah Galuh kinasih kembali melaksanakan forum diskusi Limalasan, setelah bulan kemarin dengan tema Mlungsungi, bulan ini dengan tema Dinasti Abrakadabra. Biasanya rutinan digelar di halaman depan terminal Bumiayu, namun kali ini rutinan digelar di angkringan Saestu, Pagojengan, Bumiayu.
Ditemani malam yang merona dengan cerah tidak seperti bulan kemarin yang ditemani oleh hujan lebat. Sekitar pukul 20.30 acara dimulai dengan pembacaan Tawashshulan untuk Mbah Nun dipimpin oleh Mas Wakhidin. Kemudian dilanjutkan dengan Mahallul Qiyam bersama.
Mas Yuni Suprapto berperan sebagai moderator. Pada bagian awal, ia mengalasi dengan menjelaskan dan menceritakan tentang dinasti dan juga Fir’aun.
Bapak Wahono, pensiunan camat Bumiayu, turut membersamai kita dan memberikan pemantik dengan mengemukakan, “Dalam diri manusia ada tiga hal yang seyogianya kita raih. Pertama, ilmu. Kedua, ketrampilan. Ketiga, attitude/tata krama.”
Lanjut Bapak Wahono menyampaikan bahwa hiduplah dengan saling asah, saling asih, dan saling asuh. Sebagai upaya untuk menghidupkan nilai-nilai budi pekerti dalam masyarakat sehingga masing-masing perbedaan yang kita miliki bisa disatukan dalam satu majelis yang dirahmati oleh Allah ini.
Hadir pula Mas Afgan. Ia menyampaikan, “Sudah menjadi rahasia umum bahwa proses demokrasi memerlukan modal yang besar sehingga sistem yang kita adopsi sekarang menghasilkan output yang mengharapkan 15% atau 20% dari nilai proyek. Karenanya kita perlu mengoreksi itu semua bersama-sama.”
Turut membersamai dengan bernyanyi Mas Agung Senjaya untuk menghangatkan suasana malam hari ini dengan membawakan dua lagu dari karangannya sendiri, yang katanya sudah bisa didengarkan di Spotify.
Lalu dilanjut teman mahasiswa dari universitas peradaban mengungkapkan pendapatnya, “Sistem apapun yang ada di suatu negara tidak masalah selama masyarakatnya sejahtera.”
Lalu dia menceritakan juga tentang Mbah Nun yang kemana-mana melakukan sedekah kepada Indonesia sehingga kita semakin dekat dengan Allah sehingga Allah tidak tega kepada kita.
Turut terlibat juga malam hari ini yakni Bapak Iksan Utomo sebagai pengurus Muhammadiyah Bumiayu memberikan penjelasan, “Tema dinasti abakadabra merupakan suatu respons atas terjadinya suatu peristiwa. Allah tidak mungkin langsung turun ke bumi untuk mengurus Indonesia sehingga Allah mengirim walinya yaitu pemimpin yang seharusnya dipilih dengan sistem yang diiringi cara & kriteria yang islami seperti shiddiq, amanah, tabligh, fatonah.”
Pak Teguh berpendapat, “Arep sapa bae presidene sing penting masih bisa majelisan, masih bisa maiyahan, maka semua aman.”
Lalu sebelum acara ditutup Gus Mudrik memberikan tanggapannya, Sistem apapun yang akan kita terapkan pasti memiliki kekurangan karena itu merupakan produk manusia.
Allah menciptakan Khalifah di muka bumi melalui proses, maka yang harus kita pahami sebagai manusia adalah memahami proses tersebut seperti halnya proses penciptaan manusia. Untuk menjadi manusia yang sempurna maka kita perlu melalui proses yang panjang. Unik menjadi sempurna maka perlu ditopang sumberdaya manusia yang sempurna.
Pukul 23.30 acara ditutup dengan lantunan Hasbunallah oleh Mas Wakhidin dan diakhiri doa oleh Babah Lukman Arifin.
(Redaksi Galuh Kinasih)