SAUDARA SEHATI, BERSAMA MEMBANGUN RUANG BAHAGIA
(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Ma’syar Maiyah Mahamanikam edisi 55, Sabtu 27 Januari 2024)
Bahagia. Itu rasa pada momentum maiyahan Masyar Mahamanikam di awal tahun 2024. Alhamdulillah. Allah SWT berkenan mempertaukan jalinan simpul persaudaraan tanpa ikatan darah. Fenomena berkumpulnya manusia yang merindukan dan mengharap syafaat Nabi Muhammad SAW.
Empat belas orang hadir melingkar membersamai. Dua diantaranya Embul (panggilan akrab) dan Melda dari Long Kali kabupaten Paser dan Samboja kabupaten Kutai Kartanegara. Setalah cukup lama baru kali ini kembali ikut melingkar membersamai. Jarak tempuh ke Samarinda tidak kurang 222 Km membuat keduanya jarang bisa membersamai maiyahan. Sebagai pegiat petani milenial keduanya rutin melingkar bersama rekan-rekan di tempat masing-masing, upaya merawat nalar dan persaudaraan.
Saudara sehati membuka ruang persaudaraan lebih luas. Ada hikmah dari sejarah saudara sedarah anak Nabi Adam AS, Habil dan Qobil ternyata tidak sehati. Dari hikmah itu, menjadi titik awal. Harus dimulai dari bagaimana kita bisa sehati walaupun beda nasab, beda budaya, dan perbedaan apa saja. Mencari landasan apa yang membuat persaudaraan ini tidak murah, remeh, berjangka pendek, dan jangan sampai didasari hal-hal bersifat materi duniawi.
Persaudaraan yang kuat diawali dengan kesamaan frekuensi. Bisa memahami satu sama lain. Menuju satu frekuensi dengan upaya mengontrol ekspresi berfikir yang luas dengan hati. Di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan satu frekunsi bersekala besar terbentuk. Momentum haul Abah Guru Sekumpul ke-19 telah menjadi monumen. Berkumpulnya tiga juta lebih manusia yang sama-sama mengharap syafaat Rasulullah SAW. Alhamdulillah Mas Tohir pegiat Mahamanikam bisa hadir dan menyaksikan langsung. Sebagai relawan dalam dalam haul yang terlaksana pada 5 Rajab 1445 H. Betapa kesamaan frekuensi menciptakan kontrol bagi pejalan haul dan penerima tamu haul. Pejalan mempersiapkan jasmansi dan ruhaninya, penerima menyediakan titik kumpul untuk beristirahat dan menyedikan kebutuhan perjalanan secara gratis. Titik istirahat diadakan dengan swadaya.
Rasulullah SAW, manusia yang tidak membatasi cinta. Cinta yang luas telah mewujud menjadi manusia yang paling dicintai. Menjadikan Rasulullah sebagai contoh utama manusia, untuk mampu memiliki kecerdasan emosional yang baik. Belajar dari Rasulullah bagaimana cara memperlakukan manusia, menjaga kemanusiaan tetap utuh bahkan di kondisi paling krisis untuk mempertahankan kemanusian.
Efek syafaat Nabi Muhammad awet dan luas. Mendasari meluasnya jaringan saudara sehati. Bertemunya dengan yang satu frekuensi merupakan awal. Frekuensi sebagai penyampai dan pendengar yang baik. Dengan kepekaan pendengaran dan kepatutan penyampai. Hingga alam secara alamiah merespon, dalam rupa terciptanya ruang teduh untuk bersaudara.
Saudara sehati menciptakan romantisme asli, bukan dicitrakan. Tidak lebay. Romantisme dengan radius energi kebaikannya sangat luas. Romantisme yang mengalir ke muara manusia paling luas cinta kasihnya, Rasulullah SAW.
Menjadi penutup prasmanan edisi Januari 2024, adalah Mas Panji. Salah satu yang dituakan juga yang membersamai maiyahan di Samarinda dari awal. Diawali dengan keasadaran, bahwa sejatinya Allah SWT mempersaudarakan manusia melalui hati. وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ (dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara | Ali Imran ayat 103). Karena hati bersifat bolak balik. Rasulullah mewasiatkannya dalam sebuah doa. يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ (“Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”). Suasana hati memicu perubahan sikap. Terjadinya perubahan sikap, bisa disebabkan perubahan fisik dan kondisi kebatinan, itu akan mempengaruhi persaudaraan. Namuan saudara sehati yang Allah SWT pertautkan, perubahan nuansa kebatinan tidak memberikan dampak.
Proses membersamai disemua kondisi saudara sehati. Membersamai dengan arahan. Arah kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Juga sabar dalam menerima perubahan. Di Kalimantan, membersamai manusia dengan tetap menjaga kemanusiannya ditemukan pada sosok Abah Guru Sekumpul. Ditemukan hikmah syafaat Rasulullah pada kehidupan Abah Guru. Efeknya dapat dirasakan tidak hanya semasa hidup beliau, namun juga dalam garis waktu yang panjang setelah wafatnya. Rasa cintanya dirasakan kendatipun sudah beda alam pengabdian.
اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ (Sesungguhnya Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan | Al Fath ayat 8). Menjalani kehidupan bersaudara sehati dengan semangat Rasulullah SAW dalam membersamai sahabat-sahabtnya. Menjadi saksi, membersamai dari awal hingga akhir. Memberikan berita gembira dengan perubahan yang terjadi dengan patut. Menjadi pengingat pada setiap kondisi dan situasi.
(Redaksi Ma’syar Mahamanikam/Suhartono)