REPORTASE “KEMBANG KEMPIS”

(Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan edisi Desember 2023)

Akhir tahun yang selalu indah karena nuansanya mirip senja dengan kesadaran perenungan diri untuk kembali berpikir dan berevaluasi tentang apa saja yang sudah terjadi. Akhir tahun yang juga selalu memberi ruang berharap untuk tahun-tahun yang akan datang.

Bertepatan nuansa tersebut Majelis Masyarakat Maiyah Pasuruan Sulthon Penanggungan mengusung tema “Kembang Kempis” yang bermakna tentang kesetiaan menempuh satu tujuan kebaikan. Tepat pukul 20:00 kegiatan sudah dibuka dengan pembacaan Al-Quran Surat Ar-Rahman oleh Cak Lukman. Kemudian bersama ber-tawashshulan dan ber-shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. dengan iringan terbang Al-Banjari formasi minimalis ditambah penabuh solo darbuka oleh seorang anak bernama Muzakki, putra Mas Luthfi.

Setelah bershalawat dengan khusyuk duduk hingga Indal Qiyam sampai duduk bersila kembali untuk membaca doa Khotmil Quran dan disusul wirid Padhangmbulan sebagai pembuka Majelis ilmu sinau bareng Sulthon Penanggungan. Riuh rendah suasana saling sapa antar pegiat diiringi benturan piring jajanan yang mulai dihidangkan oleh Cak Rochman, dkk.

Cak Hasan sebagai pemangku acara mulai membuka dengan salam sapa hangat juga mempersilahkan audiens untuk mencicipi hidangan yang disediakan sembari mengelaborasi prolog yang sudah ditampilkan di layar proyektor.

Pemantik materi oleh Cak Umar sudah dipersilakan moderator. Beliau mengawali dengan membedah filosofi poster bertema Bunga Matahari yang perasan inti maknanya adalah sebuah sikap optimisme akan sebuah harapan. Cak Umar memberi poin tentang sebuah makna kata “Harapan” dalam konteks sebuah perasaan yang dibagi menjadi tiga. Pertama adalah perasaan saat ini atau yang sedang terjadi. Kedua adalah perasaan yang terikat masa lampau, dan yang ketiga adalah perasaan tentang masa depan. Beliau mengelaborasi bahwa perasaan itu bisa dituntun oleh alam pikiran untuk mengimajinasikan mimpi masa depan yang kita sebut sebagai “Harapan”. Oleh karena itu, reaksi semangat optimisme kita hari ini erat kaitannya dengan impian atau cita-cita tentang masa depan yang kita olah-pikirkan. Cak Umar juga menambahkan cara untuk merawat sebuah harapan dengan metode spiritual lewat syair Sunan Bonang berjudul “Tombo Ati” yang sangat populer di kalangan Muslim Jawa.

Lihat juga

Sebelum memasuki sesi diskusi, Sang Gitaris Cak Ulum dipersilahkan mengisi porsi waktu jeda dengan mengiringi Cak Irul menyanyikan lagu dari Dewa 19 berjudul Satu yang membuat nuansa semakin membiru merefleksi laku yang sudah berlalu. Kemudian dilanjutkan oleh Cak Ulum yang mencoba memetik gitar sembari melantunkan tembang pop jawa yang berjudul Nemen karya Gilga Sahid dan GildCoustic yang sungguh menggembirakan.

Memasuki sesi diskusi yang lumayan padat kalimat karena membahas tentang makna harapan yang sangat melekat di kehidupan sehari-hari. Ada yang bertanya tentang bagaimana mengatasi kekecewaan atas harapan, juga ada pula yang memberi dan menambahkan pernyataan yaitu Cak Lukman yang menekankan nilai dasar atas segala tingkah laku atau keputusan kita bersikap sangat bergantung pada bagaimana kita merumuskan niat Innamal a’malu binniyat. Kemudian dilengkapi Mas Luthfi yang lebih dahulu mendefinisikan kata “Harapan” agar menjadi seragam nilai maknanya. Karena menurut beliau akan sangat berbeda cara pandang jika definisinya saja tidak sama. Mas Luthfi juga menambahkan bahwa sandaran utama kita adalah Allah Swt. karena jika kita berharap sepenuhnya kepada manusia yang selalu ada peluang untuk berbalik hatinya, maka kecewalah kita. Namun jika kita bersandar pada Allah Swt. kita tidak perlu ragu atau gelisah apalagi kecewa berlebihan karena Allah Swt. pasti menjaga kita karena Allah-lah yang Maha mem-bolak-balikkan hati manusia.

Menuju tengah malam di sisa hari penutup tahun 2023 ini, kami tidak hanya memperkuat sebuah harapan, namun juga menumbuhkan dan merawat tujuan kebersamaan untuk berbahagia dengan jutaan harapan kebaikan yang kami sandarkan pada Allah Swt. Terakhir, penutupan wirid Hasbunallah untuk memohon ampun yang dipandu oleh Cak Sule, kemudian ditutup doa oleh Cak Lukman. Sekian.

(Redaksi Sulthon Penanggungan)

Lihat juga

Back to top button