Persiapan Mocopat Syafaat 17 Oktober 2023

(Liputan Majeska LKMS edisi Oktober 2023) 

Rutinan Majeska dibuka oleh Tri Reman selaku moderator. Saudara kita yang sepekan lagi akan ijab qobul ini masih berupaya meluangkan waktu untuk ngrumat ikhtiar kebersamaan. Semoga akad nikah dan resepsinya diberi kelancaran, dan menjadi sepasang kekasih yang dengan bekal mawaddah wa rohmah kelak diperjalankan ke dalam sakinah.

Pakdhe Maskun memberi lambaran untuk rutinan bulan Oktober 2023. Beliau zoom out meneropong laku perjalanan LKMS hingga bulan ke-10 ini. Bahwa laju gerak dan giat LKMS kadang cepat, kadang melambat. 

“Itu merupakan realita yang ada, kita tidak bisa selak (menghindar), memang dinamika wajar kehidupan suatu organisme. Perihal itu mari kita bahas di lain kesempatan,” ujar Pakdhe. 

Sebagai sesepuh keluarga besar penggiat, Pakdhe Maskun meminta agar rutinan ini berfokus pada persiapan Mocopat Syafaat (MS). Sesi kedua dilanjutkan oleh Angga dengan mengajak para jamaah yang baru pertama kali hadir di Majeska untuk memperkenalkan diri. 

Lihat juga

Mas Ghofur dari simpul Maiyah Mafaza mengawali perkenalan. Usai menempuh pendidikan pertanian di Belanda, kini beliau bermukim di Sewon, Bantul. Sehari-hari beliau menerapkan ilmunya di Pusat Studi Pedesaan UGM. 

Bagi Mas Ghofur, Majeska ini sarat kemewahan. Bukan dalam urusan materi, melainkan pada wilayah ruang-waktu, batin dan mental. Kemudahan para penggiat LKMS untuk berjumpa dan berkumpul merupakan kemewahan bagi para pelajar dan pekerja Indonesia yang menggiati Mafaza nun jauh di Eropa sana. Betapa tidak, untuk dapat bertemu perlu perjuangan yang tidak selesai dengan bensin sepuluh ribu atau sesepele chat minta boncengan. 

Sindrom kerinduan tanah air dan tanggungan akademis semakin terasa kala menghadapi musim dingin yang tentu tak mudah dilalui bagi penduduk negeri tropis seperti saudara-saudara Mafaza. Apa yang disampaikan Mas Ghofur ini tentu menjadi bahan refleksi bagi penggiat LKMS. Kemewahan harus disyukuri dengan senantiasa berupaya istiqomah merawat apa yang telah dibangun dan dijalin bersama. 

Sembari melanjutkan bincang perkenalan, para penggiat yang hadir menyajikan kudapan yang dibawa dari rumah masing-masing. Chef Yoga kali ini menyuguhkan pizza tempe. Nah, tempe ini bukan dalam rangka campaign pem-vegan-an kuliner. Tidak sejauh itu. Namun bila hendak dipotret sebagai akulturasi budaya dalam bidang kuliner ya boleh saja, toh tidak akan mengubah kesepakatan kami malam itu bahwa pizza tempe ini bukan main! 

Giliran Mas Budi mengenalkan diri. Mas Budi berdomisili di Jombor, Sleman. Sudah lama sering hadir di Mocopat Syafaat dan ingin berkumpul di LKMS. Namun baru kali ini dapat ikut melingkar bersama. Beliau sehari-hari mengelola usaha di bidang pariwisata. 

Kemudian dilanjutkan oleh Mas Darain. Pemuda asli Tangerang ini relatif nekad. Mengambil sastra Jawa sebagai studinya di Yogyakarta. Kini sedang menempuh semester 5. 

Ada pengantin baru, Taufan Satyadarma, penggiat Maneges Qudroh ini pun ikut dalam sesi perkenalan. Meski sudah saling familiar, tetap wajib memperkenalkan diri karena baru pertama hadir di Majeska. 

Memasuki sesi kedua, pembahasan persiapan MS diawali dengan konfirmasi ulang kepada setiap perwakilan lingkar atau gugus jamaah MS yang akan memperkenalkan lingkarnya di Mocopat Syafaat empat hari lagi. Menurut rencana akan hadir perwakilan dari Nadhlatul Muhammadiyyin, Gerbang DIY, Sorjem, Martabat, Rebo Legi, dan Kahuripan. 

Dari pengamatan kami selama beberapa bulan ini di Mocopat Syafaat, rata-rata yang hadir adalah wajah-wajah baru dan berusia relatif muda (kelahiran 2000-an ke atas). Untuk itu penting kiranya bagi jamaah Mocopat Syafaat untuk mengetahui dan mengenali keberadaan lingkar atau gugus jamaah maiyah yang ada di Yogyakarta. Agar kemudian dapat mengakses, terlibat, dan bertumbuh bersama dalam lingkar-lingkar tersebut sesuai kecocokan dan minat masing-masing.

Setiap lingkar jamaah memiliki kekhasan corak pemikiran, langgam giat dan jalan tempuh. Tidak semuanya lantas berbeda sama sekali. Ada banyak hal yang menjadi persamaan di antara gugus-gugus jamaah Mocopat Syafaat, salah satunya yakni: menerapkan skema segitiga cinta. Tidak ada perkumpulan yang tidak bersholawat, tidak membawa serta Rasulullah saat mengetuk pintu pertolongan Allah dan mengupayakan solusi untuk setiap persoalan yang dihadapi bersama.

Berlanjut ke diskusi persiapan Pasar 17-an. Tri Reman mengajak para peserta baru untuk menampilkan sample produknya (jika ada). Pasar 17-an tidak memberlakukan syarat apapun kepada jamaah maiyah yang berminat menampilkan produknya di meja display. Siapa saja bisa buka lapak, menampilkan barang dan jasanya. Angga menyampaikan bahwa di Mocopat Syafaat kita tidak hanya membahas “langitan” tentang keselamatan kita di hadapan Allah, namun juga wajib berikhtiar untuk keberlangsungan hidup kita di dunia. Mbah Nun beberapa kali menyampaikan di maiyahan: Jika kamu berlimpah materi, kamu bisa bersodaqoh lebih banyak, lebih mudah.

Mari kita andum bungah dan katresnan di Mocopat Syafaat 17 Oktober 2023.

(Redaksi LKMS) 

Lihat juga

Back to top button