NGUMPUL, NGEMPEL, NGAMBIL
“Kewan-kewan ora nang papan panggonane, owah adate. Cecak sabane nang njogan, tekek awan bengi muni, asu ora tau sliwar-sliwer opo meneh mbaung. Sajake kalah awu karo polahe menungso. Iki ki jane eneng opo yo Pak?” (Hewan-hewan tidak berada di habitatnya, berubah kebiasaannya. Cicak berkeliaran di lantai, tokek berbunyi siang dan malam, anjing tak pernah lagi mondar-mandir, apalagi melolong. Seperti kalah wibawa dengan perilaku manusia. Ini sebetulnya ada apa ya Pak?),” begitu keluh saya via WA pada Dulur Sepuh tadi malam.
“Kabeh wes ngasu Lik. Mung do nggugu karepe dewe, ora kono ora kene jebul asu kabeh. Serba ra pas, ra pener kabeh iki (Semua manusia sudah menjadi anjing Lik. Hanya menuruti ego sendiri, di sini atau di sana ternyata anjing semua. Serba tidak pas, tidak tepat semua),” jawab Dulur Sepuh saya.
“Makane asu asli kewan podho ndhelik yo Pak. Mbaung wae ora tau kok (Makanya anjing asli (hewan) sekarang bersembunyi ya Pak. Menggonggong saja tidak pernah lagi kok),” jawab saya.
“Iyo Lik. Saben bengi tak resepi, tak sinaoni, jagadte koyo umup, koyo omah tawon mubal (Iya Lik. Setiap malam saya resapi, saya pelajari, semesta ini seperti mendidih. Seperti sarang tawon dan tawonnya beterbangan marah),”, respons beliau.
“Lakone lagi pring apus Pak. Kabeh mung do apus-apus. Tur do percoyo apus-apuse kui, kan goblig Pak (Lakonnya sedang Bambu Apus Pak. Semuanya muter-muter soal bohong dan kebohongan. Dan anehnya, semua percaya dengan kebohongan tersebut. Kan bodoh Pak),”jawab saya.
“Karo pring petung Lik. Opo-opo sarwo petung. Anane mung do golek bathi dewe-dewe, mbuh piye carane (Bambu Petung juga Lik. Apa-apa serba dihitung. Semua serba mencari keuntungan sendiri-sendiri, entah bagaimana caranya),” timpal beliau.
“Wahiyo Pak, bener sampean. Asemigh malah dadi tambah jeru (Wahiya Pak, Anda benar. Jadi makin dalam saja ya, asemigh),” jawab saya.
***
Tanpa sengaja, kami sama-sama sedang berada di teras rumah masing-masing. Ngudut, njagong, bersama suara jangkrik, menjelang tengah malam. Bedanya, saya di Yogya-Barat, beliau di Yogya-Timur. Hihi..nggemeske.
Paginya, di beranda medsos saya lewat pemberitahuan UFC: Islam Makhacev vs Charles Olievera. Welha..haini, yang saya tunggu sejak seminggu yang lalu. Klik, cari posisi duduk nyaman, nonton sedetail mungkin apa yang dijuruskan Islam Makhacev.
Maklum, sebelum mereka tanding, saya ini penggemar Islam Makhacev. Bagi saya beliau sabar, jitu, teges, dan thas-thes. Charles Olievera juga jitu, banyak jurus, tahan banting.
Dhess..satu pukulan tangan kanan Islam Makhacev membuat Charles Olievera “nggledag“. Meski kemudian Charles Olievera masih sempat melawan dengan merebahkan diri plus kaki berusaha menendang dagu Islam Makhacev, tetapi Islam Makhacev langsung mengunci dengan 2 teknik kuncian “khas”. Charles Olievera mentepukkan tangan tanda menyerah. Horeee, kata batin saya. Top pokmen, Islam melumpuhkan Charles. Alhamdulillah.
Satu menit kemudian saya ingat 3 poin piweling Mbah Nun di Mocopat Syafaat bulan Oktober ini. (1). Menabung dan kesadaran menabung. (2). Swasembada pangan. (3). Memohon Keajaiban Tuhan dengan tawashshulan.
Ya, kita sama-sama tahu dan berupaya sekuat tenaga melaksanakan “dhawuh” Simbah.
Entah kenapa kemudian saya condong untuk memperkuat gagasan 5 hari yang lalu. Ngumpul, Ngempel (huruf e dibaca seperti pada kata selamat), Ngambil.
Ngambil adalah meng-kambil, meng-kelapa. Memposisikan diri layaknya pohon kelapa. Di mana pun tempat ia berada, tetap berdiri kokoh dan semua unsur (akar, batang, daun, pelepah, buah) kelapa memiliki manfaat dan dapat dimanfaatkan manusia dalam hidupnya di bumi yang sementara ini.
Ngempel adalah meng-kempel, menjadi satu ikatan yang kuat, tidak mudah bercerai, atau tercerai. Jika itu suatu lingkaran, maka “kempelnya” menghadap ke dalam dan ke luar, bermanfaat untuk yang ada dalam lingkaran maupun yang di luaran.
Ngumpul adalah berkumpul, mengasosiasikan diri, berjejaring, nyrawung, baik itu balung baru ataupun balung pisah (oleh sebab hal tertentu berpisah sekian waktu).
Alhasil, karena saya adalah jamaah Mocopat Syafaat (khususnya), maka ngumpul-ngempel-ngambil yang saya maksud adalah ajakan kepada jamaah Mocopat Syafaat. Tentu lintas Putu Mocopat Syafaat (Mbarep, Tengah, Ragil) sebagaimana teman-teman NM mempetakannya 4 bulan yang lalu.
Lalu, apakah tulisan ini juga berarti undangan rembug? Bisa. Undangan ngumpul? Bisa. Undangan Ngadiluhung? Betul. Undangan mengkreasi sebuah keluarga jamaah Mocopat Syafaat? Sangat mungkin itu kita bicarakan lebih dalam dan serius.
Bismillah, sebagaimana pesan Mbah Nun bulan lalu, bahwa kita mesti bersungguh-sungguh berbuat baik atau melakukan kebaikan, maka mohon izin saya mengutarakan tawaran kami (Nahdlatul Muhammadiyyin) ini untuk menjadikan perhatian dan periksa kita bersama.
Pring apus pring petung iso ambruk yen dibendho, diarit, digraji, lan dikampak (Bambu Apus Bambu Petung bisa roboh jika ditebang menggunakan parang, clurit, digergaji, atau dikampak). Islam Makachev bisa ngunci Charles Olievera oleh sebab kesungguh-sungguhan. Mbok menowo krono ngumpul ngempel ngambil lan tawashshulan sing tenanan, awakdewe iso luwih siap ngadhepi “ambyare ndunyo”, trus kanugrahan Keajaiban Gusti Kang Akarya Jagad (Barangkali lantaran ngumpul ngempel ngambil dan tawashshulan secara sungguh-sungguh, kita semua dapat lenih siap menghadapi “ambyarnya dunia”, kemudian mendapat anugerah beruapa keajaiban dari Gusti Kang Akarya Jagad).
Bismillah, mekaten maturnuwun. Mugia dados kawuningan sedaya ingkang sampun maos. Aamiin.
Yogyakarta, 24 Oktober 2022