MEMILIH JALAN MAIYAH
Dalam suasana Maiyahan terutama pada simpul-simpul yang relatif kecil biasanya akan muncul becandaan seperti “ini pada dateng ke Maiyahan karena jomblo kan pasti?” Kemudian diikuti gelak tawa jamaah. Mungkin bentuk persetujuan atas kalimat yang disampaikan salah seorang penggiat di depan. Mungkin saja kalimat-kalimat demikian dilontarkan agar muncul kontrol dalam diri penggiat bahwa Maiyah tidak begitu penting bagi jamaah. Tujuannya bukan untuk mengecilkan kegiatan yang sedang diupayakannya melainkan sebagai garis batas hati untuk terhindar dari rasa telah berbuat sesuatu, rasa sombong.
Sementara dari jamaah sendiri mungkin saja ada yang mengamini, sebagian lain mungkin tertawa solidaritas semata. Pasti ada aneka alasan yang melatarbelakangi seseorang hadir pada lingkaran Maiyah dimanapun berada. Faktanya, tidak semua jamaah Maiyah yang hadir adalah warga sekitar lokasi diselenggarakannya Maiyahan. Artinya, jamaah yang datang butuh upaya untuk sampai pada lokasi di mana Maiyahan diselenggarakan.
Ini bisa jadi bentuk seleksi yang entah disengaja atau tidak sebab tidak mungkin orang dengan alasan gabut karena jomblo rela susah payah untuk hadir dalam lingkaran diskusi dan mikir. Bukan hanya diajak berpikir, jamaah juga diajak untuk solawatan dan membaca Alquran pada setiap acara Maiyahan. Dengan begitu bisa diasumsikan bahwa hadirnya jamaah pada lingkaran Maiyah dilakukan secara sadar.
Upaya yang dilakukan untuk sampai ke lokasi adalah wujud niat yang dimanifestasikan dalam bentuk kehadiran. Terlebih jika jamaah telah hadir lebih dari tiga kali, tentu bukan ketidaksengajaan ia berada pada lokasi tersebut. Tentu ada suatu dorongan yang membuatnya ingin kembali melingkar dan belajar bersama. Dorongan yang dibahanbakari kesadaran inilah yang kemudian akan menumbuhkan benih-benih perbaikan walaupun nir apresiasi.
Diskusi yang diusung meliputi apapun saja yang bersinggungan dengan kehidupan jamaah sehari-hari sehingga mudah untuk dicerna dan diimplementasikan dalam keseharian, terlepas apapun profesi dan latar belakangnya. Dengan menekuni sinau bareng di Maiyahan artinya jamaah telah menyiapkan kuda-kuda untuk misalnya tidak dilirik oleh apa dan siapapun di tengah masyarakat.
Pada situasi yang begitu sulitnya kita semua menaruh percaya, Maiyah tetap berjalan dan terus berjalan meski terpinggirkan oleh kepongahan zaman. Maiyah terkapar di tengah badai eksistensi, sembunyi-sembunyi menata hati pada pojok sepi kesunyian diri.
Memilih jalan Maiyah adalah sebuah pilihan sadar untuk merelakan diri pada kehidupan bersama. Membangun pesawat ulang-alik untuk melesat ke dalam diri agar bertemu Sang Sejati. Agar ketika melesat ke luar diri yang ditagih pada diri adalah kontribusi.
Memilih jalan Maiyah adalah rapalan doa-doa kepada anak cucu agar Rohman Rohiim Allah termanifestasi pada sendi-sendi hidup yang paling mikro. Memilih jalan Maiyah adalah pekerjaan mengukir sejarah Ilahiah karena mungkin saja manusia tak akan mampu menampung dan menghargai istiqamahnya ketulusan.
Aku dan kamu, kita semua yang memilih jalan Maiyah adalah sekumpulan manusia yatim yang mengemis belas kasihan Allah bersama-sama. Teruslah Maiyahan, pada lingkaran fisik maupun lingkaran hati yang saling terikat cinta Ilahi.