MBAH NUN INGATKAN, SELURUH MANUSIA DI MUKA BUMI ADALAH SATU UMAT

Semalam, Sabtu 5 November 2022, dalam Sinau Bareng yang berlangsung di Perumahan Bumi Mojopahit Asri Mojokerto, Mbah Nun mengingatkan semua jamaah dan masyarakat untuk menyadari kembali bahwa sesungguhnya manusia seluruhnya adalah satu umat. Mbah Nun menyitir al-Qur’an surat Al-Baqarah 213 di mana Allah menegaskan bahwa asalinya manusia itu adalah satu ummat untuk memastikan jamaah dan masyarakat tidak lupa akan ketentuan Allah ini.

Itulah sebabnya, Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. sebagai rahmatan lil ‘alamin yang di antaranya dalam sejarahnya Nabi membawa orang-orang atau masyarakat untuk melampaui suku-suku, kelompok-kelompok, atau golongan-golongan dengan nilai sosial yang lebih baru yang lebih universal. Dengan kenyataan ini, Mbah Nun kemudian menyitir ayat yang sangat terkait dengan ayat Al-Baqarah 213 tadi yaitu Surat Ali Imron ayat 103 di mana beliau menafsirkan kata ’wa la tafarraqu’ yang biasa diterjemahkan dengan ‘janganlah bercerai berai’ oleh Mbah Nun dipahami sebagai ‘janganlah membuat kelompok-kelompok atau firqah-forqah’. Tafarraqu dan firqah satu rumpun kata.

Sejarah perkembangan umat Islam sendiri dalam pandangan Mbah Nun sedari awal telah diwarnai oleh berkembangnya firqah atau golongan-golongan yang potensial memancing ketidakbersatuan antar orang Islam sehingga tanpa disadari mereka suka berpecah belah. Sehingga, dengan menukik, Mbah Nun menafsirkan wa la tafarraqu dengan :jangan suka membuat firqah-firqah’. Langsung ke pangkalnya.

Tidak bisa dipungkiri dalam praktiknya mungkin karena proses sejarah kita tiba-tiba sudah berada dalam posisi-posisi identitas tertentu yang berbeda-beda, semisal bangsa, di mana bangsa kita berbeda dengan bangsa orang lain. Belum lagi dari sisi agama, budaya, politik, dan kepentingan. Kesemuanya menjadi identitas yang membedakan kita dengan orang atau kelompok lain. Maka, Mbah Nun semalam mengajak semua jamaah mensyahadati bahwa kita adalah bangsa Nusantara tetapi kenusantaraan ini harus dibawa kepada kesadaran dan komitmen ‘seluruh manusia di muka bumi sebagai satu ummat’.

Karenanya, semalam Mbah Nun meminta jamaah dan semua hadirin bersama-sama membaca Proklamasi Nusantara dengan dipimpin oleh Gus Lutfi Bangbang Wetan Surabaya. Semua jamaah dengan lantang mengikutinya. Proklamasi Nusantara yang disusun oleh Mbah Nun tersebut berbunyi:

PROKLAMASI NUSANTARA

  1. PUNCAK KESADARAN NUSANTARA MENEMUKAN DAN MENYATAKAN BAHWA BSELURUH PENDUDUK BUMI ADALAH SATU UMMAT DI DUNIA, DAN BANGSA NUSANTARA ADALAH BAGIAN YANG SEIMBANG DAN AKTIF DARI KESATUAN ITU.
  1. BANGSA NUSANTARA MULAI HARI INI BERJUANG UNTUK MENJUNJUNG KESATUAN SATU UMMAT MANUSIA, MEMPERINDAH KEHIDUPAN DUNIA SERTA SALING MENYEJAHTERAKAN BERSAMA SATU UMMAT MANUSIA DI BUMI.
  1. BAHWA SATU UMMAT NUSANTARA MENYATU DAN BERGANDENG TANGAN DENGAN SELURUH UMMAT MANUSIA DI BUMI UNTUK SALING MENGHORMATI,  MENYAYANGI, MELINDUNGI DAN MENYEJAHTERAKAN DI DALAM KESATUAN ITU.

5 Nopember 2022

Masyarakat Maiyah Nusantara

***

Dengan kesadaran manusia sedunia adalah satu umat, Mbah Nun sungguh-sungguh meminta agar jamaah Maiyah tidak menjadikan Maiyah sebagai golongan. “Maiyah adalah mentaati Allah untuk mempersatukan ummat manusia,” tegas Mbah Nun.

Inilah salah satu muatan paling inti dari Sinau Bareng tadi malam dalam rangka pembukaan kawasan Perumahan Bumi Mojopahit Asri di Desa Ngastemi Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto yang sekaligus menjadi dasar dalam semua menu Sinau Bareng bertema “Sandang, Pangan, Papan, Syukur” khususnya ketika Mbah Nun menjelaskan bahwa wilayah ini adalah tempat lahirnya Nusantara yakni merupakan wilayah kerajaan Majapahit.

Dalam kesempatan sebelum acara, Mbah Nun bahkan menambahkan motivasi tak kalah penting tentang urgensi membangun kesadaran ‘satu umat’ tersebut yaitu bahwa yang dilakukan Kanjeng Nabi adalah mempersatukan umat manusia, maka rasanya Kanjeng Nabi akan sakit hati kalau umatnya suka membuat-buat firqah yang berpotensi menyulitkan terciptanya manusia penduduk bumi sebagai satu umat atau ummatan wahidah.[]

Lihat juga

Back to top button