MAIYAHAN SEBELUM BERLEBARAN
(Suasana Majelis Ilmu Maiyah Kenduri Cinta Jakarta, Jumat, 14 April 2023)
Kenduri Cinta edisi April 2023 kali ini diselenggarakan seminggu sebelum kita berlebaran. Sebagian jamaah yang reguler datang sepertinya sudah memilih mudik terlebih dahulu. Tetapi ada juga jamaah yang datang dari luar Jakarta untuk ikut Maiyahan di Taman Ismail Marzuki, Cikini semalam (14/4).
Setelah malam sebelumnya Mbah Nun bersama KiaiKanjeng Sinau Bareng di Kalialang, Gunung Pati, Semarang, tadi malam Mbah Nun berada di Kenduri Cinta, bersama Mas Ian L. Betts yang juga beberapa waktu lalu ikut dalam Maiyahan di Lumajang. Suasana Kenduri Cinta selalu semarak, membahagiakan. Tadi malam, seperti edisi-edisi sebelumnya, banyak orang tua yang membawa serta anak-anaknya yang masih kecil. Membiarkan mereka menikmati sendiri atmosfer forum. Anak-anak itu asyik berlarian di sekitaran area Plaza Teater Besar TIM.
Seperti biasanya, di forum Kenduri Cinta diskusi diawali dengan sesi Mukadimah untuk mengupas tema yang diangkat. Tema EVAKUASI KEFITRIAN menjadi tema Kenduri Cinta kali ini. Ada banyak pandangan mengenai tema ini. Jamaah pun terlibat aktif dalam merespons tema ini. Beberapa respons jamaah semalam di antaranya dari Jagat. Menurutnya bulan Ramadhan ini adalah momen pelatihan diri kita untuk mampu melakukan evakuasi. Ada juga Rido, jamaah Maiyah Dualapanan Lampung yang datang dari Lampung sejak kemarin menggunakan sepeda motor bersama temannya, selama perjalanan darat itu ia memaknai suasana perjalanan dengan tema Kenduri Cinta kali ini. Menurutnya, perjalanan juga salah satu metode untuk evakuasi.
Di sesi pertama, Mas Ian L. Betts didapuk menjadi narasumber bersama Mas Ali Hasbullah dimoderatori oleh Tri Mulyana. Pada sesi ini, Tri menggali wawasan dan pengetahuan Mas Ian dan Mas Ali, terutama terkait isu-isu terkini. Mas Ian mengupas isu geopolitik global, yang salah satunya sedang mengemuka saat ini adalah De-Dolarisasi yang digaungkan oleh BRICS (Brazil, Russia, India, China and South Africa). Kemudian juga ada proyek Indo-Pacific yang dibangun oleh Amerika untuk mengganggu hegemoni OBOR (One Belt One Road) yang digagas oleh China.
Mas Ali kemudian menyoroti kondisi masyarakat saat ini yang sangat masif terpapar media sosial dan tidak mampu memfilter informasi yang sampai kepada mereka. Dalam hal ini, menurut Mas Ali, Maiyah memiliki concern tersendiri, sehingga secara tidak langsung Mbah Nun sudah menanamkan kepada kita mengenai kepekaan dalam menerima informasi dari luar diri kita.
Setelah jeda musik, Mbah Nun bergabung di panggung. Beberapa hal yang bisa disarikan dari apa yang disampaikan oleh Mbah Nun semalam di Kenduri Cinta, diantaranya; Tadabbur Surat Ar Rahman ayat 33; yaa ma’syaro-l-jinni wa-l-insi inistatho’tum an tanfudzuu min aqtoori-s-samaawaati wa-l-ardli fanfudzuu laa tanfudzuu illa bisulthoon.
Menurut Mbah Nun, Maiyah ini adalah salah satu jenis dari sulthon itu. Maiyah adalah sebuah sulthon yang Allah anugerahkan untuk membawa perubahan dan memperbaiki keadaan. Maka Mbah Nun semalam juga mengingatkan kepada Jamaah yang hadir bahwa setiap Jamaah Maiyah harus mampu berpikir kritis, memiliki kedaulatan diri, juga kreatif dan inovatif sehingga mampu hidup secara merdeka.
Mbah Nun tadi malam kembali menegaskan bahwa di Maiyah kita memiliki kelengkapan pandang, sehingga kita mampu berpikir secara komprehensif dalam setiap merespons persoalan yang dihadapi. Kita terbiasa memahami hulu, hilir, vertikal, horizontal dan semua sudut pandang dari setiap persoalan.
Seperti di Maiyahan sebelumnya di Gunungpati Semarang, Mbah Nun tadi malam juga membikin workshop sederhana yang melibatkan Jamaah Maiyah di Kenduri Cinta. Workshop Takbiran dan juga tanya jawab dan diskusi secara langsung mengenai tema Kenduri Cinta edisi ini.
Maiyahan Kenduri Cinta dipuncaki dengan Takbiran bersama menjelang pukul 01.00 dinihari. Tadi pagi, selepas Subuh, Mbah Nun bertolak kembali menuju Yogyakarta untuk nanti malam beracara di SastraEmha, di Rumah Maiyah, Kadipiro, Yogyakarta.
(Redaksi Kenduri Cinta)