“KOEMUNIRASA”, MENGIKAT TUJUAN BERSAMA

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan, 20 Mei 2023) 

Dinginnya malam bersama angin yang menderu mengantarkan semangat penggiat untuk menghadiri Maiyahan Sulthon Penanggungan (SP) Pasuruan di malam minggu itu (20/05/23). Sebelum acara dimulai pada pukul 20:00 WIB, beberapa penggiat sudah berdatangan mengambil posisi duduk dalam ruangan yang telah tersiapkan di sore harinya. Sungguh tergambarkan antusias para penggiat dalam tema “Koemunirasa” (Kamu Bunyikan Rasa). Mungkin karena tentang sebuah rasa yang mulai terasa dalam hati hingga membakar lakunya. Bahkan Mas Dafis dan Mas Aji antusias datang dari Waru Sidoarjo setelah membaca poster di medsos. Begitu juga Mas Ajisaka dari Sukun Malang yang datang berempat bersama kedua anak dan istrinya.

Diawali dengan pembacaan Tawashshul yang dipimpin Cak Luqman kepada para orang tua dan guru yang masih berjuang dan yang telah meninggalkan perjuangan, lalu disambung membaca Al-Qur’an Surat Ar-Rahman oleh Cak Luthfi. Selanjutnya pembacaan shalawat yang diiringi oleh teman-teman penggiat yang pada malam hari itu mampu kompak semarak, selaras dengan tempo yang senada. Pada sesi ini dilantunkan juga Wirid Padhangmbulan sebagai dasar Ilmu Maiyah dan ditutup Doa Khotmil Qur’an untuk para pasukan pembaca yang sudah istiqamah membersamai pembagian juz hingga sampai serial 147 (sudah berjalan lebih dari 6 tahun).

Sesi berikutnya mulai diambil alih oleh moderator, Cak Hasan, yang langsung menyapa sekaligus memberikan waktu untuk memperkenalkan diri bagi beberapa rekan yang baru pertama kali menghadiri Maiyahan SP.

Lihat juga

Selanjutnya pemateri pertama diisi oleh Cak Feri yang mempersambungkan antara tema dan tagline SP yaitu “Menjalin Kebersamaan, Menebar Kasih Sayang”. Bagi beliau perjuangan penggiat SP termanifestasi dari tagline tersebut. Hanya tinggal perjuangan istiqamah dan terus-menerus belajar menata hati dan menjernihkan pikiran. Karena hati adalah sarang sebuah rasa yang akan terus berkelut untuk mengantarkan kita pada laku kebaikan atau keburukan.

Dilanjutkan oleh Cak Umar sebagai pemateri kedua yang memaparkan tentang dasar-dasar komunikasi interpersonal. Karena alat pengantar rasa yang paling efektif adalah komunikasi. Beliau juga memberi penekanan pada tujuan komunikasi yaitu “Kesamaan Pemahaman” karena jika sudah satu keutuhan pemahaman, maka akan mudah membangun sebuah ikatan.

Sebelum menginjak sesi diskusi, Cak Luthfi diminta moderator untuk memberikan informasi terkait email dari Koordinator Simpul yang bertujuan untuk merapatkan kembali mengenai database simpul official, nama-nama penggiat, kegiatan, dan juga cashflow operasional simpul yang akan termonitor by email oleh Koordinator Simpul.

Kemudian barulah jeda sebagai pengantar diskusi “Sinau Bareng”. Kali ini Cak Sule feat Cak Ulum mempersembahkan sebuah lagu yang berjudul “Singkong dan Keju” dari Bill & Brod membuat para jamaah bernostalgia ke era keemasan pada tahun 80-an.

Pada sesi diskusi, sangat padat dan gayeng karena ada banyak pertanyaan dan pernyataan dari jama’ah yang hadir. Mulai dari menceritakan hal-hal empiris mengenai sebuah rasa, hingga mem-break-down makna rasa yang telah hinggap di hati untuk dirawat dan ditumbuhkan. Pada sesi diskusi Cak Luthfi juga menambahkan bahwa pengantar sebuah rasa adalah komunikasi. Beliau mencoba memperdalam bahwa komunikasi diawali ide atau gagasan yang tertuang dalam kata-kata kemudian dirangkai menjadi kalimat untuk disampaikan kepada komunikan (audiens). Maka dari itu kita harus punya ruang akal seluas dan sedalam mungkin untuk menampung ide-ide kita dan memfilter serta memprioritaskan ide supaya menjadi manfaat, tidak sekedar sampah informasi. Beliau juga menambahkan terkait jenis-jenis komunikasi manusia antara lain komunikasi vertikal dengan cara berdoa, komunikasi horisontal karena kita saling membutuhkan dengan sesama manusia, serta komunikasi antara horizontal dan vertikal, sebut saja komunikasi serong dengan makhluk-makhluk selain manusia.

Terakhir sebelum kegiatan dipungkasi, Cak Luqman dan Cak Ulum membersamai para jama’ah untuk melantunkan nomor Wakafa dari album terbaru Mbah Nun dan KiaiKanjeng untuk menambah kepekaan rasa Ilahiah kita untuk tunduk pada keadilan Allah Swt. atas apapun yang terjadi. Kemudian ditutup doa oleh Cak Taufiq kemudian dipersilakan para jamaah untuk berdiri, bergembira foto bersama sebagai jejak dokumentasi.

(Redaksi Sulthon Penanggungan) 

Lihat juga

Back to top button