KARSA, RASA, ASA

(Untuk 16 tahun BangbangWetan Surabaya)

Sementara, sebagian besar wong cilik saat ini mungkin sedang mengarungi badai ketidakmenentuan. Generasi usia produktifnya sedang berjibaku dengan ketidakpastian. Dan sebagian besar generasi usia mudanya sedang “kena mental”. Nun jauh di gedung kementerian, yang paling sedang mengurut dahi saat ini bisa jadi adalah Sri Mulyani, sang Srikandi Ekonomi. Dari tempatnya berada, beliau memandang badai besar ekonomi global menjelang, yang dingin anginnya sudah bisa dirasakan di negeri khattul istiwa’ ini.

Setidaknya IMF dan WEF — keduanya mengisi laporan outlook ekonomi ke depan dengan tidak menyenangkan. Era pertumbuhan ekonomi mungkin sudah harus menerima takdirnya. Bahwa pertumbuhan pasti akan ada batasnya. Sebab segala sesuatu, jika ia melampaui batas, sangat tidak disukai Tuhan. Dan Tuhan punya “bahasa-Nya yang dingin” untuk menyatakan ketidaksukaan-Nya.

Namun, dalam ironi dan paradoks yang indah, Tuhan jualah yang dengan “senyum-Nya” menawarkan kehangatan dan cakrawala keindahan tempat melabuhkan harapan. Sebagaimana Ia tidak menyukai ke-melampauibatas-an; Ia juga tidak memberi tempat bagi segala sesuatu yang menyiratkan keputusasaan atas ketakterhinggaan kasih-Nya, ketakterbatasan sayang-Nya.

Keadaan (baca: Dunia) boleh (atau pasti) sedang dan tidak akan baik-baik saja. Manusia saat ini mungkin sudah wajar untuk putus asa. Putus asa akan kahanan. Namun, Mbah Nun berujar, bahkan meneladankan: jangan pernah se-dzarrah pun kehilangan keyakinan dan harapan akan senyum Tuhan.

Pun di 16 tahun BangbangWetan, yang beberapa waktu lalu ditandai dengan “upacara” doa untuk bangsa Nusantara, WaliRaja RajaWali di tetenger Kota Surabaya, Tugu Pahlawan.

Lihat juga

Baca di antaranya: WaliRaja RajaWali Cara Lain Memaknai Indonesia 

Perjalanan 16 tahun yang masih sangatlah muda, namun merawatnya tak mudah. Bagaimana untuk bertahan dan terus berinovasi membagikan pengalaman serta pengetahuan kepada masyarakat luas. Konsistensi yang begitu kuat dari BangbangWetan perlahan mampu menghadirkan karsa, rasa, dan asa bagi mereka yang menyentuh dan tersentuh oleh BangbangWetan dan Maiyah pada umumnya.

Senada dengan arti kata “karsa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu: kekuatan. Sementara dalam bahasa Jawa berarti kemauan/niat. 

Sang Begawan Pendidikan Jawa, Ki Hajar Dewantara juga pernah berujar bijak: “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Semboyan yang tidak asing dan sering didengar, yang artinya kurang lebih, “Di depan memberikan contoh, di tengah membangun niat atau kemauan, di belakang memberikan semangat”.

Ketika kekuatan, niat, dan kemauan sudah terbentuk, maka akan ada pergerakan atau usaha untuk melangkah menuju cakrawala harapan. Langkah demi langkah yang telah dilalui jelas menyisakan rasa. Rasa dalam KBBI berarti: tanggapan indera terhadap rangsangan saraf. Misal indera pengecap merasakan manis, pahit, asam, dll. Indera perasa merasakan panas, dingin, nyeri, dll. Sementara dalam bahasa Jawa penulisannya adalah “roso” dan memiliki arti yang sama dengan bahasa Indonesia. Adapun istilah lain dalam bahasa Jawa yang pengucapannya hampir mirip, namun berbeda makna serta penulisannya yaitu “rosa” yang memiliki arti berani dan kuat.

Beragam rasa, baik suka duka, manis pahit, bahagia kecewa, atau rasa-rasa lainnya, sudah 16 tahun menemani dan mampu dipeluk erat Jamaah Maiyah (khususnya BangbangWetan) sembari terus menapaki jalan-Nya. Apapun rasa yang dirasakan bersama, para jamaah tetap berani melangkah dengan saling menguatkan.

Usaha telah dilakukan, kini saatnya menggantungkan asa kepada Yang Maha Kuasa. Doa dan harapan pasti terurai dalam setiap lini perjalanan dan perjuangan. Mulai dari yang tak punya harapan, sampai akhirnya yakin pada harapannya. Yang pikiran dan hatinya tertutup kabut tebal, perlahan mulai memudar. Semua terjadi adalah atas izin-Nya. Semua yang sudah tercapai juga tak pernah luput dari pantauan-Nya. Tetap pada jalur, makin bertambah umur, makin bertambah ilmu, maka makin bertambah pula kebijaksanaan. Sehingga dapat mampu merawat asa di setiap saat.

Masih dalam suasana pasca-pagelaran WaliRaja RajaWali dan milad ke-16 BangbangWetan, serta menggegapgempitai bulan Sumpah Pemuda, marilah kita merapat dan melingkar kembali (di Kayoon Heritage, Jl. Embong Kemiri 19 Surabaya, besok malam, Jumat 28 Oktober 2022) untuk lebih khusyuk membahas masing-masing dari apa itu karsa, rasa, dan asa baik dalam lingkup mikro, maupun makro.

Selamat bertumbuh, bersama. Saling menguatkan. Saling menebar salam, menempa rahmat Tuhan menjadi keberkahan untuk bersama dan sesama. Setidaknya ketika badai datang menerpa, kebersamaan dan paseduluran akan membantu untuk tidak tercabut dari akar kemanusiaan. [Tim Tema BangbangWetan]

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button