KANJENG SUNAN KALIJAGA DI ZAMAN MODERN
Di sela-sela saya melihat Carry 1.0 saya yang ngadat dikarenakan dinamo starter-nya yang sedikit bermasalah, saya sambi dengan mendengarkan Kado Kepada Kanjeng Nabi. Di halaman GOR Wilis Kota Madiun (4 Oktober 2023), melalui kanal Youtube caknun.com
Selain ikut berbahagia karena di bulan Maulid ini Nabi Muhammad dilahirkan, saya juga rindu dengan Pakde-Pakde KiaiKanjeng, ingin mendengarkan suaranya, teaternya, dan tentu guyonannya.
Dibuka dengan bacaan Al-Baqarah “Allāhu waliyyullażīna āmanụ yukhrijuhum minaẓ-ẓulumāti ilan-nụr, wallażīna kafarū auliyā`uhumuṭ-ṭāgụtu yukhrijụnahum minan-nụri ilaẓ-ẓulumāt, ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn”
Cahaya Nur-nya terasa turun dibumi Kota Pendekar kala itu, Mas Helmi Mustofa moderator mempersilahkan Ketua SPKA untuk memberikan sambutan, dan yang menarik di sini Ketua SPKA Pak Edi Suryanto mengatakan bahwa Mbah Nun adalah Sunan Kalijaga Modern. Beliau mengatakan sejak lama mengetahui Mbah Nun. Lulusan UGM ini juga mengenal Mbah Nun sejak era Reformasi.
Cara dakwah Kiai Kanjeng dan Mbah Nun memang Khas dan lengkap, selain sholawatan dan pembacaan wirid kadang ada juga pembacaan puisi, mini teater, bahkan nyanyi-nyanyi.
Hal ini mirip dengan cara dakwah Sunan Kalijaga waktu itu. Menurut beberapa kisah, Raden Mas Said waktu menjadi bagian dari Walisanga. Beliau menyebarkan Agama Islam dengan cara mengadakan Pentas Wayang, Kenduren, dan Suluk-suluk bernuansa Islam-Jawa.
“Allohumma sholli ‘ala sayyidina Muhammadin tibbil quluubi wa dawaa-iha Wa ‘aafiyatil abdaani wa syifa-iha” Sholawat Tibbil Qulub menggema di GOR Wilis, mengobati hati kita yang rindu kepada Rosulullah dan tentu juga kepada Guru kita semua Simbah Muhammad Ainun Nadjib.
Jamaah Maiyah Asal Trawas, Perbatasan Mojokerto Pasuruan.