IBLAS IBLIS IBLAS IBLIS
( (Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Cirrebes Cirebon 24 Februari 2024 )
Pada Maiyahan bulan Februari 2024 ini, Masyarakat Maiyah Cirrebes ( Cirebon – Brebes ) akan tadabbur pada sebuah tajuk berjudul “Iblas Iblis Iblas Iblis” yang ditulis oleh Mbah Nun 4 tahun yang lalu.
Menjadi sebuah pembelajaran kita bersama di dalam sebuah arus informasi, interaksi sosial, membaca lingkungan sekitar serta mendengar hal-hal yang menjadi sekelumit pikiran di akhir-akhir ini. Setelah melewati sebuah masa di mana dihadapkan dalam sebuah keadaan yang memaksa ingar-bingar politik menjadi sebuah poros yang mampu mengubah hiruk-pikuk dan cara pandang masyarakat.
Ini menjadi bagian penting dalam sebuah pembahasan, karena semua tindak laku kita semua sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari yang namanya politik. Politik tidak hanya urusan pemilihan Presiden, tetapi lebih luas dari itu kita harus memiliki sebuah tak-tik, cara pandang atau siasat dalam segala hal, dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali dalam menyebarkan ajaran agama pun sangat butuh proses tersebut.
Ada beberapa hal menarik yang Mbah Nun sampaikan, sehingga diangkat dalam Maiyahan kali ini. Agar kita bisa memahami hal dasar yang menjadi keruwetan dan akar sejarah sebagai tindak ukur saat ini dan akan datang. Berikut adalah tulisan yang Mbah Nun sampaikan:
Secara internasional kehidupan ummat manusia, di era tradisional maupun modern sekarang ini, sangat mengenal Iblis, dengan berbagai macam sebutan sesuai dengan sejarah budaya yang berjenis-jenis. Iblis dikenal juga sebagai Mormo, Ghoul, Astharot, Beelzebuub, Azazio, Bahemoth, Mammon, Belphegor, Leviathan, Asmodeus, Abaddon, Lucifer. Di dalam tradisi masyarakat Jawa disebut Idajil.
Iblis adalah nama yang diambil dari kehidupan yang bersangkutan. Ia adalah Kanzul Jannah, bendaharawan surga, ketika beribu-ribu tahun ia menjadi pemuka para Malaikat mengabdi kepada Allah, bahkan lebih seribu tahun tinggal di Bumi. Namun begitu ia menolak diperintah oleh Allah untuk bersujud kepada Adam, ia menjadi Iblis. Wajahnya yang rupawan dan bercahaya, diubah Tuhan menjadi sangat buruk dan mengerikan. Juga wataknya, perilaku keyakinannya, nasibnya. Iblis berasal dari kata kerja “ablasa”, mashdar-nya Iblas, subjeknya Iblis, yang berarti kesedihan dan keputusasaan yang amat sangat. Kalau kasih nasihat kepada anak-anak bisa pakai idiom itu: “Kamu itu mbok jangan iblas iblis iblas iblis melulu”. Rasulullah Muhammad menyebutnya Ibnu Murrah. Maknanya sama: keputusasaan abadi karena salah mendasar dalam mengambil keputusan atas kehidupannya. Kaum Muslimin utamanya para Ulama merumuskan Iblis sebagai Almathrud min rahmatillah, makhluk yang diusir dari rahmat Allah.
Iblis berkata kepada Kanjeng Nabi: “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu berasal dariku. Akulah orang yang pertama kali berbohong. Barangsiapa berbohong, dia adalah temanku, dan barangsiapa berbohong kepada Allah, atau melakukan sumpah palsu, dia adalah kekasihku”.
Kita hidup di suatu Negara dengan berkali-kali mengalami Pemerintahan Iblis, yakni dengan “kelaziman” sumpah palsu para Pejabatnya. Sumpah palsu sudah lumrah dan fakta segala zaman, segala era, segala periode Pemerintahan. Iblis, Iblas, perilaku Ablasa adalah kenyataan sehari-hari bangsa kita. Sedemikian rupa sehingga bangsa ini tidak lagi memiliki daya tahan dan strategi antisipasi apapun terhadap tradisi Iblis.
(Redaksi Cirrebes)