HAUL KE- 2 MARJA’ MAIYAH KH. AHMAD MUZAMMIL

Dalam waktu yang relatif beriringan kita semua ditinggalkan para Marja Maiyah kita. Allah memanggil Syaikh Nursamad Kamba pada 20 Juni 2020. Pada tahun yang sama, 7 September 2020, Allah memanggil Bunda Cammana. Setahun kemudian pada 26 Mei 2021 Allah memanggil KH. Ahmad Muzammil. Dan kurang lebih 100 hari yang lalu, pada 20 Januari 2023, Allah memanggil Mbah Ahmad Fuad Effendy. Semoga Allah senantiasa memuliakan beliau-beliau semua.

Sesudah hadir di Padhangmbulan Jombang pada Selasa 2 Mei 2023, dan Bangbang Wetan Surabaya Rabu 3 Mei 2023, tadi malam Kamis 4 Mei 2023, Mbah Nun hadir dalam acara Haul Ke-2 meninggalnya KH. Ahmad Muzammil di Pondok Pesantren Rohmatul Umam di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Yogyakarta. 

Acara bersama Mbah Nun ini berlangsung secara internal untuk para santri Ponpes Rohmatul Umam sekitar 80-an orang, para wali santri, dan para alumni dan sejumlah tamu undangan. Bu Nyai Ahmad Muzammil beserta anak-anak beliau menyambut dengan penuh rasa ta’dhim dan rasa syukur atas kehadiran Mbah Nun. Bahkan Ayahanda KH. Ahmad Muzammil yang saat ini berusia 83 tahun juga hadir bersama keluarga dari Bangkalan Madura. 

Hujan yang sangat deras merata mengguyur Yogyakarta dan sekitarnya sejak sore hingga maghrib, bahkan juga sesudah itu di beberapa titik, di kawasan Kretek Parangtritis kemudian disusul dengan padamnya listrik. Sampai acara selesai listrik belum menyala. Namun, situasi ini tidak menjadi kendala, malahan justru menjadikan suasana lebih dekat. 

Di ruangan utama di sisi makam KH. Ahmad Muzammil yang menjadi tempat acara alhamdulillahnya masih ada emergency LED yang menyala sehingga tersedia penerangan meski terbatas. Semua santri, alumni, dan wali santri duduk melingkar, dan Mbah Nun duduk di tengah-tengah mereka. Mata acara hanya dua yaitu shalawatan oleh para santri dan menimba ilmu kepada Mbah Nun “Daripada di kota lampu terang tapi hati gelap, mending di sini gelap tapi hati terang. Malam ini di Pondok Rohmatul Umam ini, hati kita terang semua,” kata Mbah Nun dengan cepat mengambil ilmu atas mati listrik tadi malam serta sesudah mengajak semua hadirin membaca Al-Fatihah untuk KH. Ahmad Muzammil. 

Suasana acara berlangsung sangat enak, akrab, dekat, dan mengalir penuh ilmu. Semua para santri mulai dari jenjang SD hingga SMA semuanya khidmat menyimak interaksi dengan Mbah Nun. Tidak ada yang ramai ngobrol sendirian. Malahan beberapa santri yang masih usia 9 tahun dan 11 tahun sangat partisipatif ketika diminta oleh Mbah Nun untuk menjawab pertanyaan, membaca Ayat suci Al-Qur’an dan mencicipi praktik pembelajaran takdib pada mata ilmu kesabaran dan hidup mengalir. Para alumni dan wali santri pun demikian. Mereka tak ingin menyia-nyiakan kesempatan istimewa menimba ilmu dari Mbah Nun. Semua menyerap apa-apa yang disampaikan, yang kemudian terbukti mereka mendalami lewat tanya jawab. Bahkan Bu Nyai Ahmad Muzammil sendiri juga turut bertanya ihwal tantangan pendidik di era sekarang dalam kaitannya dengan harapan orang tua siswa yang kadang tidak sejalan dengan prinsip yang diterapkan para pendidik. 

Para santri muqim di Ponpes Rohmatul Umam ini berjumlah 80-an yang datang dari banyak daerah termasuk dari Luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Sedangkan santri yang mengikuti sekolah formal dari PAUD hingga SMA di Ponpes Rohmatul Umam kira-kira berjumlah 300 orang yang dari daerah Kretek dan sekitarnya. 

Salah satu pesan yang disampaikan Mbah Nun untuk para santri khususnya adalah mereka sedini mungkin hendaknya segera bisa menemukan kecenderungan, hobi, atau fadhilah mereka pada suatu bidang atau skill yang itu merupakan kehendak dari Allah untuk diri mereka, dan setelah menemukan segera dipelajari, dilatih, dikerjakan, dan diperjuangkan. Namun, untuk sampai pada pesan ini dan beberapa pesan lain seperti ”milikilah motivasi untuk punya shadaqah besar dalam hidup ini”, Mbah Nun mengajak para santri belajar dari hal ”sederhana” yaitu dunia dan sunnatullah tanaman tetapi dilihat secara mendasar dengan pendekatan kelengkapan pandang dan afdhaliyat (prioritas). Hal yang ternyata kita sering luput untuk memiliki kelengkapan pandang seperti dicontohkan Mbah Nun tadi malam. Pada liputan selanjutnya, akan kami sajikan poin-poin lebih detail apa-apa yang disampaikan Mbah Nun tadi malam.

Lihat juga

Back to top button