NGAJENI DHUWIT
(Mukaddimah Majelis Ilmu Suluk Surakartan, Solo, Jumat 24 Februari 2023)
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Sala
Leh-olehe payung montho
Mak jenthit lololobah
Wong mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip goleka dhuwit
Tembang ini tidak asing di telinga kita. Meski sekarang jarang dinyanyikan, tetap saja ingatan liriknya nempel di kepala.
Sampai di sini, tembang tersebut menyinggung soal uang (dhuwit). Orang hidup dianjurkan mencari uang. Pertanyaannya, untuk apa? Sekarang coba kita simak lirik berikutnya.
Dhuwite mung sekethip
Nggo tuku lombok usit
Dipangan dulat-dulit
Kepedhesen jerat-jerit
Uang yang diperoleh, yang hakikatnya berjumlah terbatas (sekethip boleh dimaknai receh) dibelanjakan cabai rawit. Lalu dibikin sambal dan dimakan dengan lahapnya, sampai akhirnya menjerit-jerit kepedasan karena terlena kenikmatannya.
Tembang ini mengajarkan agar dalam membelanjakan uang yang kita miliki, yang sejatinya adalah rezeki dari Tuhan, jangan tanpa manajemen, apalagi tak terkendali demi menuruti syahwat. Karena dampaknya adalah ketidaknyamanan hidup yang sangat di kemudian hari, bahkan sesaat setelah menikmati.
Selayaknya, uang kita ajeni dengan cara memegang, menyimpan, serta membelanjakannya secara bijaksana, dengan manajemen yang mengamankan masa depan.
Mari bertemu untuk ngudarasa, mengulik lebih dalam, dan membeber keluasan, di tempat biasa!
(Redaksi Suluk Surakartan)