BANGBANG WETAN MEMPELAJARI TAHAP KEDEWASAAN MANUSIA
Semalam (Minggu, 8/1/23), sehari setelah Padhangmbulan Jombang, berlangsung Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya. Setelah dari Padhangmbulan, Mbah Nun dan Mas Sabrang hadir pada kesempatan Bangbang Wetan kali ini yang digelar di Pendopo Taman Budaya Cak Durasim. Jl. Genteng Kali, No. 85, Genteng, Surabaya.
Selain Mbah Nun dan Mas Sabrang, hadir pula Pak Suko Widodo (dosen UNAIR), Pak Zaenal Arif (Direktur Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia), Pak Darmaji (dosen Matematika ITS), dan Pak Amin Widodo (dosen Departemen Teknik Geofisika ITS).
Tema BangbangWetan tadi malam adalah ”Balagha Asyuddahu” yaitu momen ketika seseorang tiba pada tahap kedewasaannya secara sempurna. Merespons tema ini, Mbah berpesan bahwa di dalam setiap keputusan yang kita ambil, sebaiknya kita mempertimbangkan dulu baik buruknya, benar salahnya, serta indahnya tidaknya. Sebab, salah satu ciri orang dewasa adalah kepiawaiannya menata masalah yang dihadapinya. Selain itu, tanda orang yang tua adalah dari kepiawaian menata permasalahan itu mereka mampu memilih keputusan yang lebih bijaksana.
Sementara itu masuk ke soal kedewasaan, Mas Sabrang memaparkan tiga level realitas yang dialami manusia yaitu: realitas fisik (pengalaman fisik), realitas akal (pengalaman intelektual) serta realitas spiritual (pengalaman spiritual).
Realitas fisik adalah pengalaman yang dialami manusia secara fisik. Contohnya adalah ketika laki-laki mengalami mimpi basah. Realitas akal adalah pengalaman intelektual yang dialami manusia. Contohnya ketika kita ngomong dan mendengarkan pemaparan narasumber di Maiyahan. Itu merupakan aktivitas intelektual.
Realitas spiritual adalah pengalaman yang tidak bisa diraih secara fisik maupun intelektual. Contohnya adalah pengalaman spiritual Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Nabi Ibrahim bukan mencari apa dan siapa, tetapi di setiap langkah Ia menemukan bahwa ini bukan tuhan, itu bukan tuhan, sampai pada ujungnya Ia menemukan Tuhan yang sebenarnya.
Selanjutnya Mas Sabrang berbicara mengenai garis kedewasaan manusia. Menurut Mas Sabrang, salah satu tanda orang dewasa adalah jika dia sudah bisa mencuplik salah satu sifat Tuhan yaitu Maha Mencipta.
Mas Sabrang menjelaskan garis dewasa dengan menggunakan pendekatan tiga realitas manusia yang sudah diuraikan sebelumnya. Pertama, kedewasaan fisik terjadi jika manusia mampu mengkreasikan secara fisik (menikah dan berhubungan suami-istri) sehingga bisa melahirkan anak.
Kedua, kedewasaan akal terjadu jika realitas akalnya sudah bisa mengkreasi dia untuk independen di dalam mengambil keputusan. Contohnya, bila ada orang lain marah, kita tidak ikut marah. Ketiga, kedewasaan spiritual adalah mengakui hal yang tidak diakui secara akal dan fisik. Salah satu tolak ukur kedewasaan spiritual adalah jika kita mampu menjadi orang yang rendah hati.
Paparan Mas Sabrang mendapat respons dari Mbah Nun. Beliau mengemukakan bahwa ilmu Maiyah itu sebenarnya adalah aktivasi ilmu ruh. Peristiwa ilmu ruh di Maiyah menurut Mbah Nun tak ubahnya pengalaman keilmuan Nabi Khidir di dalam Al-Kahfi ayat 65: Fa wajadā ‘abdam min ‘ibādinā ātaināhu raḥmatam min ‘indinā wa ‘allamnāhu mil ladunnā ‘ilmā. (Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.)
Demikianlah sedikit petikan dari banyak hal yang telah didiskusikan dan diselami dalam Majelis Ilmu Bangbang Wetan Surabaya tadi.