MEREKA DENGAR, LALU INGIN IKUT
Menjelang Maghrib sore kemarin, tiba-tiba saya diundang oleh Pak Nawi untuk bersilaturahmi ke rumahnya di dusun Bantarjo Donoharjo Ngaglik Sleman. Di sana rupanya sudah ada Pak Maskun dan Lek Tripan. Baik Pak Nawi, Pak Maskun, maupun Lek Tripan semuanya adalah Jamaah Maiyah Mocopat Syafaat Yogyakarta. Bedanya mungkin di angkatan masuknya saja.
Pak Nawi mulai duduk sebagai jamaah di Mocopat Syafaat pada 2003, Pak Maskun mungkin kisaran tahun itu juga. Lek Tripan kemungkinan besar sesudahnya. Tapi, kalau diukur dari tahun sekarang, ketiganya bisa dipastikan sudah “sepuh” alias kakak kelas mbarep bagi jamaah Maiyah Mocopat Syafaat generasi sekarang. Dulu, di lingkaran Mocopat Syafaat lahir kelompok atau grup shalawat yang mengacu kepada KiaiKanjeng, salah satunya bernama Kanjeng Maklum yang lahir pada 2010, dan rutin berkegiatan hingga 2018. Pak Nawi dan Pak Maskun aktif di Kanjeng Maklum.
Rupanya sore itu, Pak Nawi, Pak Maskun, dan Lek Tripan (dan sebenarnya masih ada lagi beberapa tapi belum bisa hadir) sedang ngumpul buat nerusin pertemuan Keluarga Mocopat Syafaat pada Minggu 20 November 2022 di Rumah Maiyah Kadipiro. Iya, Pak Nawi, Pak Maskun, dan Lek Tripan adalah penggiat paseduluran jamaah Maiyah Mocopat Syafaat (KMS). Nah, yang mau saya ceritakan bukan tentang rembug beliau-beliau sore dan bakda magrib itu. Biarkan Lik Tripan yang akan menuliskannya. Tetapi, yang saya mau ceritakan adalah justru tentang ketika kami mau pamit pulang.
Baca: Bersama Mengasyiki Percepatan Dunung
Pas mau pulang itu, Pak Nawi bilang bahwa habis ini di rumahnya mau ada shalawatan ibu-ibu. Benar saja, ketika saya menuntun motor keluar dari teras rumahnya, terlihat sejumlah ibu-ibu sudah datang di samping rumah. Wah ini pasti ibu-ibu yang mau shalawatan di rumah Pak Nawi itu. Saya penasaran. Rupanya sudah sejak 2018 kumpulan ibu-ibu ini mengadakan shalawatan atau hadroh. Kegiatan ini sempat terhenti karena pandemi Covid-19, dan mulai pertengahan 2022 ini jalan kembali. Pak Nawi sendiri yang menemani dan melatih. Ceritanya bagaimana, atau gimana awalnya mengajak ibu-ibu itu?
“Saya nggak ngajak Mas,” katanya. “Mungkin tanpa sengaja saya ngiming-ngimingi nikmatnya bershalawat sembari tetabuhan terbang/rebana. Ketika itu, kalau lagi kangen kepada Kanjeng Nabi dan Mbah Nun serta KiaiKanjeng, saya bersama istri dan anak-anak suka shalawatan dan terbangan sendiri “sak anane”/seadanya di dalam rumah. Ibu-ibu itu ternyata mendengar suara shalawatan dan tetabuhan kami, dan pingin bisa seperti itu juga. Lalu saya tawarkan latihan bersama, dengan syarat tidak untuk dipentas-pentaskan, dibangga-banggakan, dan dibanding-bandingkan dengan yang lain tapi murni untuk dinikmati bareng-bareng. Kalau ada orang lain ingin ikut menikmati bisa bergabung latihan, dan sesekali latihan bersama di rumah salah seorang yang memintanya,“ tutur Pak Nawi.
Kini kelompok shalawatan dan hadroh ibu-ibu di rumah Pak Nawi ini berjumlah sekitar 25 orang anggota, berasal dusun Bantarjo Donoharjo dan dusun Pengen Sardonoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta. Rutin mereka berkumpul untuk shalawatan dan latihan pada setiap hari Jum’at Malam Sabtu pukul 19.30 hingga 21.30 WIB. Mereka belajar melantunkan shalawat-shalawat KiaiKanjeng, dan ada pula yang coba Pak Nawi dan Ibu-Ibu itu belajar susun sendiri. Jadi, Pak Nawi yang sehari-hari bekerja di salah satu Puskesmas di Kota Yogyakarta, punya kegiatan lain yaitu rutin shalawatan bersama ibu-ibu ini seminggu sekali.
Itulah sedikit oleh-oleh saya dari silaturahmi ke rumah Pak Nawi kemarin petang, dan yang menarik, baru saya sadari kemudian, bahwa mengapa Pak Nawi mengundang saya. Ternyata, aslinya karena saya diundang untuk makan bersama. Menunya aduhai. Sayur ikan Patin masakan sang istri. Plus lauk tempe garit goreng, dan kerupuk intip. Makin cocok karena siangnya saya belum sempat makan. Sebuah timing yang pas, kan? Pak Nawi memang tidak bisa makan enak sendirian tanpa mengundang tetangganya (: saya). Ini patut diteladani. Hehe. Maka begitu datang, agenda pertamanya adalah langsung menikmati makan dulu. Alhamdulillah.
Yogyakarta, 3 Desember 2022