MANUSIA SEBAGAI TANDURANE GUSTI ALLAH

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Juguran Syafaat Banyumas Edisi September 2024)

Acara rutinan Juguran Syafaat edisi ke-138 ini diawali oleh Mas Toto dan Kang Ris dengan memimpin shalawatan yang dilantukan bersama dengan semua jamaah yang hadir. Kemudian Abi menyapa jamaah yang hadir sebelum masuk ke pembacaan ayat suci Al-Qur’an surat Yunus ayat 51-60 yang dibacakan oleh Mas Hedi. 

Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Mas Hedi, Mas Toto membawakan satu shalawat lagi guna selalu menyambungkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tanduran Gusti ini hanya sebuah frasa, subjek utamanya adalah manusia. Maiyah bisa jadi sebagai ruang persemaian untuk kita, dan Maiyah adalah cuaca yang sangat menyejukkan untuk kita semua setelah mengalami perhelatan yang cukup pelik di luar sana. Rendy mengungkapkan bahwa tema pada edisi ke-138 ini sebenarnya merujuk bahwa setiap makhluk di dunia bahkan alam semesta itu pasti ada keterlibatan Tuhan. 

Kita sebagai makhluk yang diberi mandat sebagai khalifah di bumi, apapun yang kita lakukan pun tidak 100℅ atas kehendak kita, bahwa kita diberi beberapa persen untuk mengambil sebuah keputusan untuk melakukan sesuatu hal oleh Tuhan, secara prosentase lebih banyak kehendak Allah daripada manusia. Kita sebagai “Tanduran” Itu sangat perlu pupuk yang baik, cuaca yang baik pula agar bisa tumbuh dengan baik dan bahkan dapat menghasilkan buah yang lebat. Sambung Mas Abi. 

Lihat juga

Mas Rizki menceritakan pengalaman bahwa menciptakan geng motor itu idenya manusia, menciptakan lembaga politik adalah idenya Anies Baswedan, tetapi untuk lembaga pernikahan adalah idenya Allah. Ketika menyebut politik dan nama Anies semua teman teman tertawa dengan lantang.

“Saya dulu pernah menyampaikan bahwa Nabi Adam itu manusia pertama yang diciptakan, dan di surga Nabi Adam sudah punya istri yaitu Siti Hawa lalu diturunkan ke bumi dipisahkan di dua ujung yang berbeda untuk bisa bersama kembali. Bahwa orang yang saat ini belum menikah atau ketemu dengan pasangan kita sebenarnya sudah punya pasangan tetapi masih dipisahkan seperti kisah Nabi Adam dan Siti Hawa. Kalau kesadaran batin kita seperti itu kompas batin kita akan memberikan ke arah mana kita ketemu dengan jodoh kita,” sahut Pak Agus merespons Mas Rizki. 

Lingkungan Sosial mungkin sering menggiring pada pertanyaan “sudah wisuda, kapan nikah? Sudah menikah lalu ditanya kapan punya anak dan seterusnya”. Mungkin diri kita juga sering membanding-bandingkan pula kepada orang lain, padahal kita itu jenis tumbuhan yang berbeda pasti proses tumbuhnya sampai proses panen buahnya pun berbeda waktunya. Demikian Ucap mas Kusworo. 

“Saya melihat teman teman pegiat muda Juguran Syafaat sangat energik sekali. Kalau merujuk pada tanaman/tanduran, varietas yang bermacam-macam tetapi menghasilkan sebuah nuansa yang sangat indah dengan keanekaragmannya,” sahut Mas Riski sekaligus mengapresiasi proses teman-teman pegiat muda.

Dengan hadirnya Pak Agus dan Mas Rizki tentunya membawa kesegaran tambahan buat teman-teman pegiat serta para jamaah yang hadir. Beliau-beliau sangat sibuk dengan semua kegiatannya. Beliau berdua saling bertukar opini yang membuat kecerahan dalam berpikir untuk semua yang hadir di gelaran Juguran Syafaat kali ini.

Maiyah hadir itu memperbaiki dekontruksi cara berpikir dan cara pandang kita agar bisa bersikap lebih baik serta lebih bijak. Pernyataan yang disampaikan oleh Pak Agus barusan kemudian direspons oleh Mas Rizki, “Maiyah itu adalah ekosistem yang sangat baik, dimana saling menumbuhkan satu sama lain. Duduk melingkar, ngobrol santai sambil menikmati kopi serta cemilan yang mungkin secara lahir sama seperti duduk duduk di cafe atau warung kopi manapun tetapi di sini kita bisa menghasilkan kecerahan terhadap kegelisahan batin dan pikiran yang artinya lingkar perkumpulan Maiyah atau biasa disebut Simpul ini adalah media untuk tanaman dan tanduran bertumbuh dengan baik dan keterlibatan Allah dalam menumbuhkan sangat besar, yang dengan sadar atau tidak kita sudah sampai sejauh ini. Saya sangat berkhusnudhdhon bahwa kita semua di bimbing, dituntun, diperjalankan, serta ditumbuhkan oleh Allah seperti halnya tanaman/tanduran yang ditumbuhkan dengan baik oleh Allah.”

Sebelum diskusi lebih dalam lagi moderator memberikan waktu untuk Mas Toto untuk membawakan sebuah lagu dengan judul “Cinta yang tulus”, sebuah lagu ciptaan Alm Gito Rolies, sekaligus sebagai waterbreak untuk moderator dan narasumber.

Sesi diskusi dilanjut kembali setelah waterbreak tadi. Pak Agus menyampaikan bahwa kita harus berorientasi pada nilai tinggi yang nantinya Allah akan memberikan hadiah terhadap apa yang sudah kita perjuangkan dalam nilai tinggi tersebut. Sebagai contoh, teman-teman pegiat mengurus gelaran Juguran Syafaat dengan sangat maksimal yang mungkin tidak ada feedback secara finansial meraka, tetapi dengan kerendahan hati teman teman tetapi memfokuskan Juguran Syafaat sebagai orientasi nilai tinggi maka kita sebagai manusia akan di tumbuhkan dengan baik oleh Allah karena pada atmosfir kesuburan yang tinggi juga, nantinya akan dilipatgandakan oleh Allah. Kalau dalam ilmu matematika disebut eksponensial. Kalau dalam politik kita tidak usah terlalu serius, tidak usah dianggap nilai tinggi, karena dari awal saja meraka sudah salah, ibarat akan mendirikan shalat dalam mengambil wudhu saja sudah tidak sah untuk wudhu. 

Hafizh, salah satu jamaah yang aktif hadir di setiap gelaran JS, mengajukan sebuah pertanyaan, “Bagaimana kita mempersiapkan diri kita sebagai media yang pantas untuk ditanami bibit-bibit apapun oleh Gusti Allah yang sudah disiapkan kepada kita?”

Mas Rizki merespons, “salah satu hal yang menyelamatkan saya dari fase terendah adalah saya pernah mendengar bahwa Allah itu maha bersyukur— kalau dalam asmaul husna itu Asy Syakur, Allah itu berterima kasih banget kepada kita sebagai manusia karena sudah mau sebagai salah satu makhluk-Nya, seperti seorang sutradara yang sangat berterima kasih kepada orang yang mau menjadi aktor dalam filmnya. Kalau menurut dr. Ryu hasan kunci dari keberhasilan adalah kebetulan, sebagai contoh perihal kemerdekaan Indonesia pada saat itu kebetulan Hiroshima & Nagasaki di bom oleh Amerika. Apakah
Amerika mempertimbangkan dengan ngebom 2 kota di Jepang itu karena Indonesia agar merdeka. Tentu saja tidak. Ini dengan kebetulan luar biasa yang Tuhan siapkan untuk Indonesia sehingga bisa merdeka. Ini adalah murni kuasa Tuhan yang diikhtiari oleh semua pejuang Indonesia untuk bisa Merdeka. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah memperbesar kemungkinan dengan melakukan banyak hal untuk bisa berhasil. Saya rasa pembuat tema pada edisi kali ini adalah dalam rangka mengingatkan kembali kita itu aktornya Gusti Allah. Kita itu diciptakan oleh Allah yang Allah itu berterima kasih sekali kepada kita. Dengan kita menyelakan waktu untuk beriktikaf atau bertafakur mendengar ucapan terima kasihnya Allah mudah-mudahan itu bagian dari recovery kita  untuk bisa lebih percaya diri lagi.”

Pak Agus juga ikut merespons, “Kita harus lebih percaya diri lagi terhadap apa yang sudah Allah berikan atau titipkan kepada kita sehingga kita tidak minder jika kita tidak jadi direktur, jadi bupati atau apapun yang dianggap ideal oleh banyak orang. Kita adalah pemeran utama pada kisah perjalanan hidup kita sendiri. Orang lain dalam film perjalanan  hidup kita adalah peran pembantu walaupun itu seorang presiden. Sehingga skenario Tuhan akan mudah tertangkap oleh kita. Semoga Juguran Syafaat bisa sebagai ekosistem yang membuat kita sebagai media yang subur, yang siap ditanami Tuhan dengan hal-hal baru.”

Sebagai pentup diskusi pada gelaran rutinan kali ini Mas Aji memimpin Srokol untuk mengakhri acara malam ini, untuk ketersambungan terhadap Kanjeng Nabi sehingga syafaat, keberkahan dan segala kebaikan selalu menyertai dalam setiap langkah kita sampai di akhirat kelak .

(Redaksi Juguran Syafaat)

Lihat juga

Back to top button