YANG PERLU DILAKUKAN DI MUSIM HUJAN
Dalam beberapa hari terakhir di musim penghujan ini, hujan dengan curah cukup tinggi terjadi hampir merata di Indonesia dari pagi hingga malam. Di beberapa daerah bahkan hujan deras ini disusul dengan banjir yang menggenangi jalan-jalan atau kampung seperti terjadi di Bojonegoro dan Cepu. Selain banjir, di daerah lainnya terjadi tanah longsor seperti di Malang baru-baru ini.
Untuk menjalani hari-hari di musim hujan, MyMaiyah.Id menyapa Mas Andika Yopi, Mas Ghofur Muhammad, dan Mas Aditya Wijaya. Ketiganya adalah aktivis Simpul Maiyah Mafaza Eropa. Mas Yopi pernah belajar Planologi di Jerman, sedang Mas Ghofur studi tentang pertanian dan pranatamangsa di Belanda. Sementara, Mas Aditya studi tentang Water Resources Management (Manajemen Sumberdaya Air). Ketiga bidang studi beliau-beliau jelas bertalian erat dengan alam dan lingkungan hidup. Kita ingin mendengarkan saran dari Mas Yopi, Mas Ghofur, dan Mas Adit.
Tentang apa yang perlu kita lakukan di musim hujan ini, Mas Yopi lebih mengarah kepada kita perlu lebih memperhatikan posisi kita tinggal. Artinya apa potensi dan risiko yang ada di sekitar kita. Ini pada scope terkecil kita, yaitu “kewaspadaan” terhadap kondisi alam di sekitar rumah kita. Misalkan di sekitar rumah kita ada aliran sungai, kita perhatikan pola perubahannya, bibir-bibir sungai, adakah potensi longsor. Kemudian perlu dicermati pula sampah-sampah, apakah sampah-sampah tersebut menyumbat sungai dan saluran-saluran, dan sebaiknya sampah-sampah jangan sampai masuk ke sungai atau saluran air, tetapi dialihkan ke penampung yang akan me-recycle-nya.
Senada dengan Mas Yopi, Mas Ghofur menekankan perlunya daerah rawan untuk dipetakan dan dimitigasi, dan dipetakan pula daya lenting (ketangguhan sekaligus kepegasan) masing-masing kelompok masyarakat di daerah tersebut. Dengan kata lain, setiap titik perlu melihat dan mempelajari konteks kerentanan (shock, trends, dan seasonality) setiap wilayah atau kelompok, di mana daya lemah maupun daya lentingnya.
Sementara itu, Mas Adit mengatakan memang apa yang perlu kita lakukan berkaitan dengan hujan ini sebenarnya beragam tergantung topografi dan kondisi tanahnya. Sebagai contoh, kalau di wilayah Yogyakarta paling baik adalah memakai resapan air. Ini yang disebut zero run off, yaitu meminimalkan air yang masuk saluran air (selokan) dan sungai. Air ditetapkan di tanah dalam satu rumah atau kawasan. Jika skalanya besar, terdapat retention pond di sungai, atau daerah yang didedikasikan untuk banjir seperti tampungan sementara. Tetapi, kalau untuk daerah padat , sangat bisa memakai sistem retensi di bawah tanah.
Mudah-mudahan apa yang disampaikan Mas Yopi, Mas Ghofur, dan Mas Aditya di atas dapat menginspirasi teman-teman jamaah Maiyah di berbagai daerah dalam menghadapi masa-masa musim hujan ini.