UPGRADING AWARENESS

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Maiyah Dualapanan Bandar Lampung edisi September 2023)

Pada fase hidup manusia melalui dua proses yang harus senantiasa menyertai, pertama yaitu proses bertambahnya jumlah dan ukuran sel dalam tubuh yang disebut fase pertumbuhan. Pertambahan jumlah sel mengakibatkan jumlah bertambahnya jaringan dan organ tubuh yang kian membesar. Kemudian kedua, proses pematangan dari sel tubuh menuju kedewasaan yang disebut dengan fase perkembangan, yang ditandai dengan kematangan fisik, perubahan kecakapan, emosi dan pikiran menuju kedewasaan.

Dua fase tersebut bagi manusia sebagai ahsanul khuluqo yaitu sebaik-baiknya ciptaan merupakan suatu keharusan. Di saat kondisi fisik yang kian berfungsi dengan baik harus dinahkodai oleh kesadaran akan peran akan eksistensi yang diemban dalam menjalani kehidupan. Sebagai seorang muslim yang menjadikan Rasulullah sebagai role model utama di atas yang lain dalam menjalankan hidup, dalam salah satu fase hidup beliau ketika berusia 4 tahun beliau sudah dipersiapkan dan dijaga kemurnian dan kesadaranya agar senantiasa dalam keadaan selaras bukan hanya fungsi fisik melainkan fungsi ruhaniah untuk mengemban tugas kenabian sebagaimana dikisahkan: ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menggembalakan kambing milik keluarga Halimah binti Abi Dzuaib dari Kabilah as Sa’diyah, tiba-tiba beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi dua malaikat, lalu keduanya membelah dada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengeluarkan bagian yang kotor dari hatinya. Peristiwa ini telah dijelaskan oleh Anas bin Malik dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim. Juga telah dijelaskan sendiri oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

… فَبَيْنَمَا أَنَا مَعَ أَخٍ لِي خَلْفَ بُيُوْتِنَا نَرْعَى بِهِمَا لَنَا إِذْ أتَانِي رَجُلاَنِ – عَلَيْهِمَا ثِيَابٌ بِيْضٌ- بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوْءٍ ثَلْجًا ثُمَّ أَخَذَانِي فَشَقَّا بَطْنِي ثُمَّ اسْتَخْرَجَا قَلْبِي فَشَقَّاهُ فَاستخْرَجَا مِنْهُ عَلَقَةً سَوْدَاءَ فَطَرَحَاهُ ثُمَّ غَسَلاَ قَلْبِي وبَطْنِي بِذَلِكَ الثَّلْجِ حَتَّى أَنْقَيَاه ُ…

“Ketika aku sedang berada di belakang rumah bersama saudaraku (saudara angkat) menggembalakan anak kambing, tiba-tiba aku didatangi dua orang lelaki-mereka mengenakan baju putih- dengan membawa baskom yang terbuat dari emas penuh dengan es. Kedua orang itu menangkapku, lalu membedah perutku. Keduanya mengeluarkan hatiku dan membedahnya, lalu mereka mengeluarkan gumpalan hitam darinya dan membuangnya. Kemudian keduanya membersihkan dan menyucikan hatiku dengan air itu sampai bersih”

Dari ulasan diatas dapat ditarik beberapa asumsi, yaitu
1. Kesiapan jasmaniah harus selaras visi eksistensial akan keberadaan sebagai manusia untuk menjalankannya.
2. Kesiapan ruhaniah berfungsi untuk mengarahkan peran jasmaniah dalam mengisi ruang kehidupan agar senantiasa berada dalam visi eksistensial yang diemban.

Lihat juga

Kemudian sebagai pribadi Maiyah yang selama ini telah dibekali metodologi, peralatan berpikir dan menganalisa atas berbagai realitas yang ada tentu akan selalu memiliki penemuan-penemuan yang baru (dalam dunia penelitian disebut novelty) baik dalam kesendirian atau saat perjumpaan dengan sesama pejalan maiyah dalam bingkai proses pembelajaran bersama. Salah satunya yang kami alami di simpul Maiyah Dualapanan saat rutinan pada rabu malam atau tanggal 28 malam pada tiap bulan berjalan.

Suatu ketika tepat pada pertengahan malam salah seorang saudara kami menjabarkan analisa “utak atik gatuk” atau hari ini familiar disebut dengan cocokologi, katanya “kalian sadar tidak beberapa waktu terakhir ini Mbah Nun dalam sinau bareng dan berbagai kesempatan selalu mengatakan bahwa beliau ingin menuliskan nilai-nilai yang terkandung dalam surah Al-Fatihah, bahkan beliau ingin rasanya menuliskan 1000 tulisan yang diambil dari ummul kitab tersebut, karena kasihan mungkin akan dipadatkan menjadi jumlah yang sama dengan jumlah surat di dalam Al-Qur’an yang berjumlah 114, dan saat ini baru ada 68 tulisan (tertanggal 6 juli 2023) yang artinya masih kurang 46 tulisan yang belum beliau tuliskan untuk kita, anak cucu maiyah dan umat manusia” obrolan tersebut kami sadari sebagai bentuk optimisme dan sangka baik beliau serta untuk menghibur kami yang saat itu dalam keadaan sedih saat mengetahui Mbah Nun sedang dalam kondisi harus istirahat.

Suasana malam itu sangat khusyuk dan larut dalam utak atik gatuk tersebut yang kalau boleh ditambahkan berkaca dengan kisah nabi saat berusia 4 tahun dengan menggunakan dua asumsi diatas. Jangan-jangan untuk menuju 46 tulisan sisanya Mbah Nun sedang dipersiapkan baik jasmaniah maupun ruhaniah untuk menjalankan peran tersebut sebagai bekal bagi anak cucu maiyah dan generasi selanjutnya.

Jika maiyah merupakan satu kesatuan tubuh maka tiap anak cucu Maiyah seumpama sel-sel yang terus bertumbuh membesar dan mulai memiliki fungsi kehidupan senantiasa menebarkan kasih sayang untuk seluruh alam dengan selalu diarahkan untuk larut dalam kesadaran akan kehadiran segitiga kehidupan di maiyah, yaitu Allah, Nabi Muhammad dan makhluk hidup.

Bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi salam, penggiat Maiyah Dualapanan edisi september 2023 mengambil tema “Upgrading Awareness” dalam kesempatan tersebut mengajak para sedulur, anak cucu Maiyah dan generasi penerus untuk mentadabburi nilai-nilai Maiyah sebagai bekal kehidupan menjalankan visi eksistensial kehambaan yang diembankan pada umat manusia, pada forum sinau bareng Maiyah Dualapanan yang akan dilaksanakan pada 28 september 2023 pukul 20.00 WIB, di panggung terbuka halaman SMP SMA Al Husna kompleks Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, Kemiling, Bandar Lampung

(Redaksi Maiyah Dualapanan)

Lihat juga

Back to top button