RUANG TUMBUH

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Lingkar Maiyah Sedulur Pasuruan Edisi Januari 2024)

Negara berflower, begitu para netizen menyebut kondisi negeri ini. Jejak-jejak sejarah memberikan tafsir bahwa dulu  bangsa ini adalah bangsa yang maju peradabannya. Namun, selepas dari berabad kolonialisme, negeri ini seolah layu sebelum berkembang. Masyarakatnya seolah kehilangan jati diri, hanya menjadi followers negara-negara yang dikata maju.

Ekonominya compang- camping, dinamika politiknya ngeri, peta jalan pendidikannya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

Tahun 2045 digadang-gadang sebagai masa emas, di mana generasi produktif mendominasi komposisi penduduk negeri. Pertanyaannya, tunas-tunas yang bersemi akankah tumbuh sebagaimana yang dinanti?

Pendidikan adalah atmosfer, begitu kata para tokoh pendidikan. Sudahkah atmosfer negeri ini memberikan segala yang dibutuhkan generasi untuk bertumbuh?

Jika memang iklim dan cuaca hari ini tidak mendukung generasi untuk tumbuh optimal, mesti ada upaya untuk menyediakan ruang tumbuh bagi mereka. Namun, semua adalah pilihan. Kita bisa saja menyerahkannya pada mekanisme seleksi alam, dengan konsekuensi bahwa kita sendiri yang akan menjadi mangsa dari rantai hukum rimba.

Ini bukan pandangan sinis atau pesimistis, melainkan sekadar upaya mimpi manis agar Tuhan memberi senyum manis. Jika sepakat, mari merapat, mari kita melingkar dan saling belajar.

(Redaksi Lingkar Maiyah Sedulur Pasuruan)

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button