RUANG MANUSIA BAHAGIA
(Mukaddimah Majelis Ilmu Ma'syar Mahamanikam Samarinda edisi Oktober 2023)
Qulnahbiṭụ min-hā jamī’ā, fa immā ya`tiyannakum minnī hudan fa man tabi’a hudāya fa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanụn
Kami berfirman : “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. Al-Baqarah : 38
Tidak ada alasan untuk tidak bahagia. Bagaimana bisa tidak bahagia. Diciptakan sebagai manusia saja sudah merupakan kebahagiaan. Menjalani kehidupan sebagai manusia juga kebahagiaan. Kita diciptakan lengkap dengan bahagia. Bahagia melekat pada diri kita. Tidak ada hal yang tidak membuat bahagia. Semua layak jadi alasan bahagia.
Jika susah pasti tidak mengikuti petunjuk atau mengikuti petunjuk yang salah. Petunjuk itu penting, sebagai aturan, cara kerja berjalannya sistem. Semua petunjuk untuk apa saja bisa kita cari, pelajari, sesuaikan untuk yang baru atau yang mahir. Internet telah mengubah segalanya, segala petunjuk bisa dicari kapan saja dimana saja. Tinggal suasana kebatinan saja, bahagia atau biasa saja merespon petunjuk.
Juga, jika belum menemukan bahagianya atas suatu hal, mungkin hanya belum ditemukan sudut pandang lebih luas untuk menemukan titik bahagianya. Untuk menemukan sudah pandang itu kita perlu ruangan, ruangan luas. Seluas Rahmat Allah Swt. kepada seluruh mahluk.
Pada konteks itu sesungguhnya Mbah Nun sedang menegaskan bahwa jamaah Maiyah adalah manusia yang mengamankan sekaligus menyelamatkan lingkungan mereka. Tidak mencuri, tidak menjarah, tidak merampok, tidak membunuh, karena selama mengikuti Maiyahan kemanusiaan mereka diajeni, optimismenya dibangkitkan, hatinya dibahagiakan. Manusia yang hidupnya bahagia tidak akan berbuat yang tidak-tidak. https://www.caknun.com/2021/adakah-alasan-untuk-tidak-bahagia/. Diakses pada 22 November 2021.
Dari paragraf di atas, bahwa di mana saja Majelis Masyarat Maiyah berlangsung terbentuk ruang manusia bahagia. Pun di Ma’syar Maiyah Mahamanikam, percikan kearifan Mbah Nun dalam sistem segitiga cinta Allah Swt-Rasulullah-hamba tetap dijaga, diajarkan, dicontohkan. Di tengah hiruk pikuk politik, ekonomi, sosial, kebudayaan hari-hari ini di bumi pertiwi yang agaknya bisa memicu tidak bahagia, susah, was-was, dan kadang memicu kemarahan jika dimaknai dengan tanpa petunjuk dari Allah Swt. Mari kita buatkan ruang. Ikhtiar maiyahan edisi-52 Oktober 2023 melingkar, meruangi apa saja untuk tetap bisa bahagia.
(Redaksi Mahamanikam)