PUNCAK KEBENARAN, KEBAIKAN, DAN KEINDAHAN ADALAH KESUCIAN

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Padhangmbulan Jombang, Rabu, 5 April 2023) 

Pernyataan yang menjadi judul tulisan ini disampaikan Mbah Nun pada Pengajian Padhangmbulan, Rabu (5/04/2023), di Mentoro Sumobito Jombang. Kesucian menjadi puncak sekaligus landasan bagi kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Kesucian itu sejati dan abadi. Mbah Nun menyampaikan hal itu di depan jamaah Padhangmbulan sebelum Abah Anshori menyerahkan kemudi kapal bertuliskan “Nusantara Sejati”.

Penyerahan kemudi kapal kepada Mbah Nun bukan tanpa alasan. Prosesi itu menandai selesainya pembangunan Pendapa Mak Kaji Rohmah. Kemudi kapal “Nusantara Sejati” akan dipasang di salah satu sudut pendapa. “Allah telah mengatur sejak lama bahwa kemudi ‘Nusantara Sejati’ akan berada di Padhangmbulan untuk nyetiri Indonesia yang sejati,” tutur Mbah Nun.

Yang tidak kalah menggembirakan adalah malam itu para jamaah tampak sumringah dan gembira. Antusiasme juga terlihat ketika dua kelompok saling memberikan respons atas pertanyaan Mbah Nun. Dua kelompok bukan hanya menjawab pertanyaan—antar kelompok mereka saling menyampaikan argumentasi atas respons dan jawaban itu. 

Berikut ini beberapa poin ilmu yang dapat dicatat dari Pengajian Padhangmbulan:

  1. Puncak kebenaran, kebaikan, dan keindahan adalah kesucian. Yang berkah adalah yang suci. Suci itu sejati. Suci itu abadi. 
  2. Pengajian Padhangmbulan yang berlangsung selama lebih dari tiga puluh tahun adalah berkat hidayah dari Allah karena kita menjaga kesucian. Suci artinya kita menghadiri Pengajian Padhangmbulan tidak karena didorong pamrih dunia, pamrih politik, pamrih ekonomi seperti menginginkan kekayaan atau jabatan. Kalau kita tidak suci kita tidak akan berkumpul di majelis ini.
  3. Ada tiga kesadaran dalam setiap aktivitas yang kita jalani. Pertama: khusyuk. Pada kesadaran ini Allah hadir dalam aktivitas yang kita jalani. Kedua: asyik. Kesadaran ini tidak mengharuskan atau bahkan membolehkan Allah tidak hadir. Ketiga: pringisan atau cengengesan. Yang terakhir ini adalah kesadaran mayoritas kebudayaan modern saat ini.
  4. Mbah Nun dan KiaiKanjeng beserta kreativitas musik dan lagunya tidak bisa tidak khusyuk. Oleh karena itu, sejatinya, musik dan lagu KiaiKanjeng adalah karya Allah Swt.
  5. (Album) “Wakafa”, dengan demikian, tidak berurusan dan tidak berkaitan dengan politik, presiden, Pilpres atau sejenisnya. “Wakafa” adalah urusanku, urusan Anda, dan urusan kita semua kepada Allah. 
  6. Maiyah memang kompatibel dengan orang-orang kecil, rakyat jelata, masyarakat bawah, karena salah satu tugas Mbah Nun adalah ngancani mereka. Maiyah tidak sefrekuensi dengan kelas elite yang tengah berebut kekayaan dan jabatan.
  7. Hidup sesungguhnya bukan memilih beberapa pilihan. Tidak ada pilihan lain karena satu-satunya pilihan adalah beriman kepada Allah Swt.
  8. Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal merupakan kesadaran dasar bahwa apa pun dan bagaimana pun keadaan kita—sedih-bahagia, sukses-gagal, sehat-sakit, kaya-miskin—sesungguhnya tidak mengurangi rasa syukur kita kepada-Nya. Tidak ada alasan untuk tidak bahagia, karena Allah Swt. menyediakan bahan-bahan untuk berbahagia dengan sangat melimpah ruah.
  9. Kalimat thayyibah selalu cocok dibaca pada situasi apa pun dan bagaimana pun. Itu semua bergantung pada konsep kesadaran diri kita saat merespons peristiwa atau kejadian. 
  10. Saat merespons setiap keadaan kita harus memiliki kecepatan berpikir untuk menemukan konsep diri yang tepat bahwa kita senantiasa yakin dan bersangka baik (husnudhon) kepada Allah Swt.
  11. Kita harus berlatih melakukan upaya transenden secara terus menerus agar lepas dari jebakan atau kungkungan materialisme.
  12. Kita perlu menjaga keyakinan (iman) bahwa: Yang benar telah datang, dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap (Al-Isra’: 81). Kita belum sepenuhnya memahami bagaimana Allah Swt. menjalankan mekanisme keadilan-Nya. Namun, hal itu tidak mengurangi kadar iman kita bahwa kebatilan pasti hancur bersama datangnya kebenaran.

Tentu masih banyak poin keilmuan yang dapat dicatat. Pengajian Padhangmbulan yang bersamaan dengan bulan Ramadhan 1444 H terasa khusyuk, padat ilmu, padat getaran rasa syukur kepada Allah Swt. Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal.

Jombang, 6 April 2023

Lihat juga

Back to top button