POTRET WISMO, KUKILO, TURONGGO, PUSOKO, WANITO
(Silatnas Maiyah 2022)
Rasanya seperti hari raya. Betapa tidak, setelah sekian tahun lamanya semenjak pandemi, seluruh anak cucu Mbah Nun berjalan jauh menghilir, dan 11 Desember 2022 sepakat untuk mudik ke hulu/ulu ati Maiyah membawa segala macam bundelan untuk bersama-sama diwudari sebagai suguhan yang akan dinikmati bersama dalam gelaran acara SILATNAS MAIYAH 2022 dengan tajuk Menapak Langkah Masa Depan Maiyah.
Ada beberapa magical moment yang terpotret dalam satu frame besar tersebut, antara lain: Potret Wismo, Potret Kukilo, Potret Turonggo, Potret Pusoko, dan potret Wanito, yang dalam khasanah Jawa disebut sebagai Prio Utomo Jowo. Tentunya khasanah ini bisa diperpanjang lagi sebagai Prio Utomo Sundo, Meduro, Bali, Mandar, Kalimantan, Sumatera, dan seterusnya bahkan Nusantara. Demikian:
POTRET WISMO (CUMAWIS lan MOMOT)
Acara SILATNAS kali ini digelar di WISMO Maiyah, KKadipir–Jogja. Sebagai perwakilan tuan rumah yang memfasilitasi segala kebutuhan acara adalah Progress. H-1 sudah mulai terlihat berdatangan para peserta Silatnas dari berbagai kota. Puncaknya pada H-1 jam acara, halaman Rumah Maiyah sudah tampak berduyun-duyun yang hadir memenuhi segala dimensi ruang tersebut. Sembilan puluh persen yang hadir adalah wajah wajah baru yang fresh dan semangat. Sepuluh persen lainnya adalah generasi sepuh yang mlungsungi.
Potret menarik adalah adegan di mana Cak Zakki sebagai tuan rumah tampak duduk di tangga sisi pojok wismo tersebut, menyaksikan keponakan-keponakannya, adik-adiknya, dan seterusnya hadir saling berpelukan, bersalaman, mengabarkan satu sama lain, berbagi rokok, menyruput kopi, menikmati berbagai kudapan jajanan yang disajikan oleh teman-teman yang menunjuk dirinya sendiri untuk ikut rewang-rewang.
Semua aktivitas tampak berjalan alami, semua melibatkan diri dalam kesanggupan peran masing masing. Lingkaran lingkaran kecil otomatis terbentuk sebagai pemanasan atau alam-alaman sebelum lingkaran besar dimulai.
Secara berurutan peserta melakukan regristasi, lalu memasuki ruang utama untuk segera melingkar. Sekitar jam 09:00 acara dibuka oleh Koordinator Maiyah, menyampaikan salam, latar belakang dan kronologis persiapan acara, serta poin-poin penting yang akan diangkat dalam acara tersebut. Disampaikan secara ringkas dan efisien, namun mampu memantik beberapa hal untuk menghidupkan sesi diskusi berikutnya.
Selanjutnya, menjadi tradisi penting Maiyahan adalah Tawashshulan, Munajat, Sholawat, dalam rangka mengetuk pintu masuk acara. Mas Fakih terpilih sebagai pemimpin sesi penting ini. Lantunan syahdu dan merdunya benar-benar mengobati kerinduan jamaah Maiyah atas ayahandanya yaitu alm. Mas Zainul Arifin. Mas Zainul hadir bersama Mas Fakih.
Dilanjutkan dengan sambutan tuan rumah, yang diwakili oleh Cak Zakki. Menyampaikan salam, menyampikan rasa terima kasih, dan mempersilakan seluas-luasnya untuk segera dilaksanakannya gelaran acara tersebut dengan sebaik-baiknya atas segala fasilitas yang ada. Sangat ringkas, dan sangat efisien. Seluruh yang hadir sangat tersambut, sangat terjabat erat.
Potret WISMO ini dalam khasanah Jawa lambangnya adalah rumah. Menjelaskan betapa serba CumaWIS dan MOmot (serba tersedia dan memuat/menampung). Ketersediaan (cumawis) badan untuk membantu dalam tenaga, ketersediaan akal untuk membantu pada wilayah pikiran, ketersediaan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai Rahman. Menampung (momot) keaneka ragaman dengan nurani untuk mengkontribusi perhatian dan kasih sayang secara mendalam, bersedia menerima apa saja dan siapa saja asal adil dan bermartabat. Jadi cumawis itu bobot sosial dan momot itu bobot spiritual.
POTRET KUKILO (AKU IKI LILO)
Masuk ke sesi berikutnya adalah sharing antar simpul. Secara bergantian seluruh simpul yang hadir menyampaikan kabar simpulnya masing-masing, lalu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan bersama-sama dalam lingkaran simpulnya masing-masing. Lengkap tersampaikan baik pada sisi kegembiraan maupun pada sisi kesedihan. Utuh tersampaikan. Menjadi sangat menarik karena masing-masing peristiwa yang tersampaikan sangat variatif, semakin memperkaya khasanah problematika simpul-simpul Maiyah, sehingga otomatis juga semakin memperkaya khasanah solusi atas berbagai macam problematika tersebut. Sehingga secara universal dapat kita simpulkan, bahwa dalam kondisi apapun proses sinau bareng tetap dilaksanakan oleh masing-masing simpul dengan berbagai macam variasi pola kegiatan dan tetap memperhatikan keamanan dan kenyamanan sosial sekitar. Tidak terjebak polaritas banyak atau sedikitnya personel atau polaritas-polaritas lainnya. Semua yang tersampaikan dalam rangka saling menyemangati, dalam rangka saling menginspirasi, tanpa ada kesan umuk. Semangat yang terbangun adalah benar-benar menggambarkan pola bebrayan yang cerdas dan mencerdaskan. Kian menunjukkan karakter masing masing simpul.
11 “Pasukan Kuda”
Potensi atau karakter masing-masing simpul tersebut kemudian oleh Koordinator dan para generasi sepuh dimanfaatkan untuk dilakukannya pemilihan 11 orang yang belakangan saya simpulkan sebagai 11 “pasukan kuda” pilihan yang diseleksi dari wilayah Timur, Tengah, dan Barat. 11 kuda pilihan yang sangat segar bugar, lincah, gesit, tangkas, dan seterusnya. Ke depan mereka akan mengemban tugas yang tidak ringan. Yang siap mengkoordinir simpul-simpul Maiyah yang tersebar di seluruh Nusantara bahkan Eropa. Dan seluruh perwakilan simpul pun sepakat sangat mendukung, dan siap untuk saling bekerja sama. Meskipun sebelumnya sempat terjadi beberapa diskusi yang lumayan hangat, namun itu hanya dalam rangka semakin menguatkan dan menegaskan tujuan bersama.
Pak Kyai Toto
Pak Kyai Toto hadir membersamai pada sore hari. Merespons secara universal kegiatan-kegiatan seluruh simpul dengan bahasa khas Beliau. Juga merespons serta mangestoni atas terpilihnya 11 orang koordinator. “Macul kui yo Maiyahan, ngurusi sampah kui yo Maiyahan, nggatekno urusan pangan kui yo Maiyahan, dan sebagainya,” begitu kurang lebih Beliau menggedor pintu berpikir. Serta memberikan penegasan-penegasan atas tugas-tugas ke depan kepada seluruh jamaah Maiyah. Demikian kurang lebih poin-poin yang beliau sampaikan :
- Membangun kemandirian sesuai potensi masing-masing menuju pada komoditas. Dimulai dari kemandirian berpikir dan kemandirian sikap.
- Optimalisasi Web mymaiyah.id selain berupa informasi reguler masing-masing simpul juga bisa kian dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan simpul, seperti pertanian, pengolahan sampah, dan lain sebagainya.
- Pola yang bisa diterapkan adalah “Ngematke – Nirukke – Nambahi” (Mengamati – Meniru – Inovasi) – (Ki Hajar Dewantoro)
- Terus berani berteriak tentang aneka macam ketidakadilan.
Mas Sabrang
Mas Sabrang juga hadir membersamai. Terbang dari Bali seusai konser Letto langsung mendarat dan melingkar bersama jamaah. Mengucapkan salam, sedikit narasi pembuka, lalu lanjut ke workshop. Tema sangat berkelindan dengan beberapa penegasan dari Pak Kyai Toto. Semakin mempertajam. Dengan pantikan pola literatif komunikasi (5 W + 1 H). Pantikan berikutnya adalah berupa pernyataan dan pertanyaan. Demikian kurang lebih yang tertangkap.
WHY
Kenapa ada Maiyah.
Ada goal-nya.
Dst.
WHAT
Material yang dibutuhkan jelas.
Hubungan antar material juga harus jelas.
Dst.
WHO
Siapa orang-orang yang mempunyai kegelisahan terhadap keadaan.
Siapa inisiatornya, konseptornya, penggiatnya.
Dst.
WHERE
Di mana lokasi kegiatannya.
Optimalisasi publishing di mymaiyah.id
Dst.
WHEN
Kapan dilaksanakan.
Jadwal pelaksanaan.
Dst.
HOW
Bagaimana proses modelnya
Bagaimana alur kerja/alur pikir/flow cart.
Poin yang disampaikan lainnya adalah:
Kontekstual, konseptual, Logika, Fisikal, dan Suistainable.
Respons jamaah sangat beragam. Ada yang setuju dan siap menjalankan konsep terbaru tersebut. Ada yang masih imajiner dan menganggap bahwa konsep yang lama masih sangat baik untuk terus dijalankan. Mas Sabrang langsung memberikan jawaban dengan analogi kasus sederhana. Ada sebidang tanah, satu orang ingin bertani dan satu orang lainnya ingin beternak. Satu dengan yang lainnya tidak boleh memaksakan kehendak. Kuasai dan lakukan apa yang kamu mengerti. Yang kamu belum mengerti jangan dipaksakan untuk mengerti, biar dikerjakan yang mengerti saja. Dengan demikian sebidang tanah tersebut akan melahirkan dua potensi yaitu peternakan yang baik dan pertanian yang baik. Pola lama silakan kerjakan dengan baik, pola baru silakan garap dengan baik. Yang paham pola namun tidak mau melaksanakan justru itu telek. Hahaha …
Bergerak itu sangat berpotensi salah, diam itu berpotensi tidak salah. Namun bergerak lebih baik dari pada diam.
Mak Byak …. NYALA.
Juga poin tentang persiapan menghadapi gelombang politik. “Jangan beri statement apapun tentang politik manapun. Kita tidak sedang memilih orang tapi memilih kriteria”.
Kemudian Mas Sabrang menutup diskusi sembari berjanji akan mengirimkan draft konsep kegiatan di atas kepada seluruh simpul Maiyah untuk digarap bareng-bareng. SIYAP, Mas.
Pak Edi Junaidi
Sesi berikutnya adalah Pak Edi Junaidi atau yang akrab dengan sapaan Pak EJ. Salah satu tokoh aktifis 98 yang kini aktif di Yayasan Kalimasada, sangat akrab dengan jamaah Maiyah. Banyak informasi penting tentang negara ini baik di bidang sosial, ekonomi, politik, pertahanan keamanan, dsb. Benar-benar hal baru dan penting untuk pegangan kewaspadaan bagi jamaah Maiyah. Satu hal misalnya, sebetulnya masih ada tokoh yang baik, namun karena memilih masuk dalam sistem yang busuk maka akan busuk pula nantinya. Dan beberapa informasi penting lainnya yang memilih untuk kita brangkasi sebagai informasi pawon saja.
Potret KUKILO (aku lilo : aku rela) ini dalam khasanah Jawa lambangnya adalah burung perkutut (aku tutut: aku ikut) . Dengan karakter suaranya adalah Lar Keteg Gung (Lar : Terbang, Keteg : Sampai, Gung : Agung). Kesemua jamaah yang hadir menyampaikan dengan sangat indah, tersampaikan dengan sangat indah, dan sama-sama menerima dengan penuh kerelaan. Sami’na wa atho’na atas kandungan nilai.
POTRET TURANGGA, PUSAKA, DAN WANITA.
Potret Turangga (aturing : Pitutur, angga: Badan/Tubuh) pitutur yang mewujud dalam perilaku. Berkata melalui fungsi. Kata yang menembus batas bahasa, budaya, bahkan agama. Bahasa yang sangat Universal. Bahasa Fitrah. Turangga ini dalam khasanah Jawa lambangnya adalah kuda.
Potret Pusaka (Empuning: menempa sesuatu secara lahir batin, Saka: Tiang/Tegak) atau seseorang yang memiliki keahlian dan kematangan lahir batin untuk menegakkan pengabdian/menyangga titah/menjunjung peran kekhalifahan. Pusaka ini dalam khasanah Jawa dilambangkan dengan Keris.
Potret Wanita (wani nata: berani menata, wani ditata: berani ditata). Ini sama sekali bukan semata urusan gender. Ini lebih kepada kesadaran awal manusia dari Rahim Ibu. Sehingga naluriahnya adalah kesadaran kembali pada awal mula, sehingga gairahnya adalah membangun, menata dan merawat segala sesuatu sebagaimana awal mula keseimbangan semesta dicipta. Dalam khasanah Jawa dilambangkan dengan Perempuan/per empu an.
Mbah Nun
Pada sesi akhir atau puncak ini adalah sesi Mbah Nun, yang Alhamdulillah Beliau dibersamai oleh Rama Manu, Pak Muhammmad, dan dua tamu lainnya. Beberapa nomor shalawat dilantunkan bersama sama seluruh jamaah untuk menyambut Beliau memasuki pendopo utama. Shalawat dipimpin Mas Imam Fatawi dan Mas Fakih lengkap dengan tabuhan rebana oleh Pak Dhe KiaiKanjeng. Ritmis, regeng, syahdu, beberapa part sangat membuncah, beberapa jama’ah tak kuasa untuk kemudian pecah dalam isak haru.
Mbah Nun beserta para tamu pinarak di panggung setinggi 2 jengkal. Setelah suasana kembali langsam, Mbah Nun mengusap-usap jamaah dengan salam, dan beberapa pesan penting yang beberapa akhir ini disampaikan secara repetitif di beberapa lingkaran sebelumnya. Di antaranya adalah, Mbah Nun mewanti-wanti dengan keras kepada seluruh anak cucu Maiyah untuk tidak menjadikan Maiyah sebagai golongan atau sejenisnya atau untuk tidak membuat firqah-firqah yang akan mengakibatkan perpecahan-perpecahan.
Kemudian Mbah Nun segera memperkenalkan para tamu yang membersami Beliau, lalu mempersilakan tamu-tamu tersebut untuk menyampaikan beberapa hal penting kepada seluruh jamaah yang hadir.
Pak Muhammad
Adalah seorang pemilik/perawat salah satu pusaka Keris Kyai Sengkelat. Atas beberapa pesan melalui fenomena mimpi atau fenomena lainnya, menyimpulkan bahwa pusaka tersebut sudah saatnya untuk diserah terimakan kepada Mbah Nun. Pusaka yang konon salah satu peruntukannya adalah untuk penanggulangan bencana tersebut dijadwalkan diserahkan malam itu karena tengara-tengara gejolak alam sudah mulai bermunculan. Ringkasnya begitu.
Mbah Nun belum serta merta menerima begitu saja, sebelum prosesi serah terima dilakukan, Mbah Nun berharap Rama Manu mau melengkapi informasi tentang pusaka tersebut atau mau ndunungke apa dan bagaimananya pusaka tersebut. Dan kemudian mempersilakan Rama Manu untuk sesi berikutnya.
Rama Manu
Adalah tokoh penting Maiyah, bahkan tokoh penting peradaban dunia. Seorang ahli Filolog yang menguasai sekian banyak bahasa Nusantara, sekian banyak bahasa India, sekian banyak bahasa Timur Tengah, sekian banyak bahasa Eropa. Serta penguasaan terhadap sekian banyak naskah kuno mulai dari sebelum Masehi. Membuka dengan menyampaikan salam, dengan suara yang lirih namun tetap jelas terdengar. Memulai dengan pelurusan makna Bencana yang berasal dari kata Bancana yang berarti Tipu Daya. Kemudian melanjutkan dengan khasanah karakter pulau pulau di Nusantara. Pulau Bali dan Jawa berkarakter Feminim/Wanita/Ibu/Pertiwi/Perempuan.
Sedangkan pulau lainnya berkarakter maskulin/Bapak/Pria. Informasi yang sangat menarik bagi semua yang hadir, yang memang hadir dari seluruh simpul se-Nusantara. Masing masing yang hadir seolah ditunjukkan salah satu karakter pentingnya masing masing. Cara menyapa yang dahsyat. Kemudian seluruh yang hadir diajak tamasya lebih jauh lagi ke arah hulu peradaban dengan mengendarai khasanah khasanah penting lainnya, antara lain:
- Jana Badra adalah Brahmana pertama kali yang mengajarkan ilmu kebrahmanaan ke seluruh dunia.
- Brahma terbagi menjadi dua, yaitu Brahma Cari (di bidang intelektualitas), dan Brahma Sudra (di bidang skil/ketrampilan)
- Salah satu senjata utama Brahmana adalah golok.
- Keris adalah senjata utama para ksatria. Namun yang lebih mengetahui keilmuan tentang keris adalah Brahmana.
Kyai Sengkelat
- Keris Kyai Sengkelat berjumlah lebih dari satu.
- Salah satu pembuatnya adalah Empu Rama, yang kemudian melahirkan empu empu Jawa.
- Keris Kyai Sengkelat yang paling tua adalah yang disimpan di Keraton Jogja, salah satu penjaga atau perawatnya adalah Rama Manu.
- Identifikasi fungsi bisa dilacak berdasarkan metal pembentuknya. Kebanyakan metal pembentuknya berasal dari perut gunung berapi.
Kemudian Rama Manu menyudahi diskusi. Menutup dengan salam dan mengembalikan forum kepada Mbah Nun. Mbah Nun minta beberapa penegasan lebih lagi kepada Rama Manu, kenapa pusaka tersebut diserahterimakan kepada Beliau.
Rama Manu pun memuncaki informasi, demikian :
- Keris ini mengandung dua tuah penting, yaitu: (kalau penulis tidak salah dengar) Waja dan Waji.
- Waja adalah kandungan kekuatan alam semesta.
- Waji adalah Kuda.
- Penerima keris ini akan mengemban tugas dan tanggung jawab yang besar dan tidak ringan.
- Ketika keris ini dibawa oleh Mbah Nun, kekuatan alam semesta akan membantu Mbah Nun meredakan berbagai macam bencana. Mengurangi sampai seminimal mungkin dampak yang mengerikan.
- Mbah Nun akan menjadi Waji (fungsi tenaga, daya kekuatan, daya tarik. Menanggungjawabi dalam hal membawakan baik itu manusia maupun aset-asetnya).
Mbah Nun nampak berkaca-kaca menerima informasi tersebut. Kemudian menyampaikan pesan singkat kepada seluruh yang hadir, “nek aku kuda, kowe kabeh berarti kaki-kaki kuda yo rek”.
Prosesi serah terima Pusaka keris Kyai Sengkelat dimulai, Mbah Nun mengajak seluruh yang hadir untuk berdiri. Juga meminta Mas Imam Fatawi dan Mas Fakih untuk memulai prosesi dengan Sholawat Jibril. Diiringi tabuhan rebana oleh Pak Dhe KiaiKanjeng. Proses serah terima dari Pak Muhammad kepada Mbah Nun berlangsung sangat sakral. Kemudian Mbah Nun memuncaki prosesi tersebut dengan do’a, “Innamaa amruhuu idzaa araada syaian an yaquula lahuu …..” dan disahut seluruh jama’ah “KUN FAYAKUUN….” “Fasubhaanaladzii malakuutu kulli syai in wa ilaihi turja’uun”.
Acara ditutup oleh Mas Helmi, semua peserta saling bersalaman, berpelukan, bertukar souvenir, dan sebagainya. Beberapa ada yang langsung pulang, beberapa ada yang masih tinggal sejenak.
Bangetayu, 17 Desember 2022