Penyembuh Kemanusiaan
Mukaddimah Ma'syar Mahamanikam Januari 2023
Sembuh, keniscayaan yang memang dituju manusia kala sadar dengan sakit yang dirasa. Setiap rasa
sakit yang dirasa manusia di jasmani atau di rohani membuat manusia semakin berkembang dalam
proses pengenalan terhadap semesta kemanusiaan khususnya di ruang kesehatan. Sakitnya jasmani
cenderung lebih mudah didiagnosis. Membuat manusia dengan cepat memiliki mekanisme yang
harus ditempuh untuk mencapai kesembuhan. Pada pilihan mekanisme mengandung konsekuensi
yang menjadi patut untuk dilaksanakan. Sementara sakit rohani tidak membawa dampak pada
metabolisme tubuh. Menjadikan sakit rohani yang tentunya berkaitan hubungan vertikal dengan
Tuhan cenderung lebih sulit manusia mendiagnosis.
Di Telen-Kutai Timur, terdapat habitat buaya sepit di sungai Telen. Keberadaannya tidak lantas
membuat penduduk sekitar enggan melakukan aktivitas di sepanjang tepian sungai. Manusia dan
buaya sepit hidup berdampingan namun tidak saling mencelakai. Di Telen ada sebuah keyakinan
diajarkan dari orang-orang tua bahwa buaya sepit tidak menerkam manusia, buaya sepit hanya
menerkam hewan. Menariknya jika ada manusia yang diterkam artinya di mata buaya sepit manusia
tadi adalah hewan. Artinya kenahasan yang menimpa si manusia itu adalah akibat ulahnya sendiri
karena telah menggugurkan kemanusiaannya. Hebat makhluk Tuhan, buaya sepit ada perangkat
pendeteksi kadar kemanusian manusia. Terkadang manusia sendiri tidak atau mengabaikan
perangkat pendeteksi kadar kemanusiaan.
Ada penyakit kemanusiaan ada mekanisme untuk penyembuhan kemanusiaan. Mekanismenya
tersurat pada surah Al Fussilat Katakanlah, "Al Qur’an ini bagi orang-orang yang beriman adalah
petunjuk (dari kesesatan) dan penawar (dari kebodohan)”. Langkah pertama beriman secara individu
dan sosial karena dengan adanya dukungan sosial peluang mendapat peringatan lebih besar. Kedua
nikmatilah petunjuk dengan kesadaran. Petunjuk ada kalanya bertentangan dengan nalar, disaat
inilah sangat perlu kesadaran bahwa petunjuk itu perlu kita terima dengan dada lapang pikiran
tenang dan hati tenteram bukan kepongahan. Ketiga teguklah penawarnya sekalipun memilukan.
Sebagai edisi pembuka maiyahan Ma’syar Mahamanikam tahun 2023 mari menakar seberapa persen
kadar kemanusiaan diri masing-masing. Ditakar dengan proporsional disetiap ruang lingkup
kehidupan berkemanusiaan masing-masing. Dengan prosesi belajar bersama berpadu suguhan
prasmanan ilmu dan kesadaran sebagai makhluk manusia harus berperikemanusiaan. Baik kepada
sesama, tidak merenggut hak-hak manusia lain, dan membuat kerusakan. (Redaksi Mahamanikam)