PANCARAN-PANCARAN KEGEMBIRAAN PARA AKTIVIS MAIYAH
(Liputan 2 Silatnas Penggiat Simpul Maiyah 2022, Rumah Maiyah Kadipiro, Minggu 11 Desember 2022)
Sejak pagi hari ketika para penggiat Simpul Maiyah tiba di Rumah Maiyah Kadipiro, suasana kegembiraan itu memancar pada wajah-wajah mereka. Betapa tidak, mereka yang berasal dari daerah-daerah yang bermacam-macam jadi bisa ngumpul bareng. Satu simpul mungkin sudah berinteraksi lebih rutin dengan simpul lain terdekat dari lokasi mereka. Tetapi, dalam Silatnas kali ini mereka bisa ketemu dengan hampir semua simpul yang ada di Indonesia, apalagi sesudah selama pandemi Covid-19 agenda Silatnas diliburkan.
Sebelum acara dimulai, mereka menikmati suasana pagi dengan duduk di SyiniKopi, di Pendopo Rumah Maiyah, dan di ruang antara SyiniKopi dan Pendopo. Mereka bercengkerama akrab dan saling mengungkapkan rasa paseduluran. Yang sepuh senang berjumpa adik-adik penggiat generasi baru. Pun sebaliknya, yang muda-muda berkesempatan ketemu dengan para “senior” dari berbagai Simpul khususnya simpul-simpul besar dan tua. Mereka bisa mendengarkan pengalaman beliau-beliau.
Betapa menggembirakan menyaksikan teman-teman semua penggiat berkumpul dalam keadaan sehat wal afiat. Khususnya sangat membikin hati gembira, misalnya, kita bertemu salah satu sesepuh penggiat yaitu Cak Samsul Lampung. Beliau sempat sakit beberapa waktu lalu dan kini sudah pulih kembali. Senyumnya selalu menyertai, seakan mewartakan hati beliau yang selalu gembira dan bahagia. Menyenangkan dan menyejukkan pula bahwa di antara rombongan teman-teman Paparandang Ate Mandar ada cucu Waliyullah Imam Thohir Lapeo yaitu Pak Saikhu. Belum lagi Mas Saiful Padhangmbulan, yang wajahnya senantiasa diliputi senyum yang terbit dari jiwa rendah hati beliau.
Duduk bersebelahan dengan Mas Aditya Wijaya yang mewakili Simpul Maiyah Mafaza Eropa, dia berbisik kepada saya, “Mas, saya ini kan tidak pernah menyombongkan diri. Kali ini saya mau sedikit sombong. Alhamdulillah berat badan saya sudah berkurang 7 kilo.” Lagi-lagi kabar yang menggembirakan dan menyenangkan. Saya pandangi dia, untuk memastikan. Benar, dia sudah lebih langsing. Ditambah lagi dia mengenakan busana blazer, membuatnya tampak seger, sehat, dan modis.
Tentu masih buanyak kabar menggembirakan yang terdistribusikan di tengah obrolan para penggiat Simpul Maiyah pagi itu. Satu yang mungkin dapat kita rasakan, beberapa penggiat senior, maaf, sudah tampak berambut putih (karena memikirkan negarakah, hehehe), namun beliau-beliau tetap terlihat awet muda. Tak terlihat sesuatu yang kendur pada diri mereka. Lihat misalnya sosok Pak Nawi dan Pak Maskun, belakangan malah sangat aktif menggalakkan kembali silaturahmi paseduluran di antara para penggiat atau Jamaah Maiyah Mocopat Syafaat di berbagai titik di DIY.
Beberapa hari sebelum Silatnas, Pak Maskun memfasilitasi pertemuan teman-teman penggiat di Jogja di rumahnya hingga dinihari. Di antaranya untuk membahas update yang akan disampaikan dalam Silatnas 2022 ini. Sangat antusias beliau mendorong teman-teman untuk memaksimalkan paseduluran antar jamaah. Menyenangkan bahwa malam itu, teman-teman yang datang di rumahnya dihidang dengan nasi ayam kremes yang dipesan di warung tetangga depan rumahnya. Itu satu contoh, dan tentunya terjadi pula hal yang sama di simpul-simpul lain.
Acara Silatnas egera dimulai, menjelang pukul 09.00. Mas Fahmi menginformasikan agar teman-teman segera memasuki ruang Pendopo Rumah Maiyah. Tak lupa diingatkan bagi yang belum mengisi daftar hadir atau registrasi, bisa segera mengisi di tempat yang sudah disediakan. Tanpa waktu yang lama, para peserta mengambil tempat duduk lesehan. Mereka bisa sekalian membawa minuman (teh, kopi, atau wedang Secang) juga jajanan yang sudah disediakan. Semua merapat menghadap ke posisi para koordinator sudah duduk. Atmosfer yang terasa adalah santai tetapi rapi dan tertib. Semua masuk di dalam Pendopo. Tak ada yang memencar ke tempat tersendiri atau terpisah. Semua mengikuti pembukaan dan sesi pertama.
Para peserta tampak lebih banyak mengenakan kaos. Beberapa memakai sarung. Satu yang tampak jelas, semua peserta tidak memakai id card yang dikalungkan di leher mereka layaknya peserta mukernas atau munas di hotel-hotel. Dengan duduk lesehan, mereka bisa mengikuti acara dengan suasana yang lebih informal, tetapi menarik tidak satu pun yang lantas tertidur dengan duduk lesehan ini. Mereka full atensi terhadap setiap mata Acara atau tema yang dibahas. Acara dimulai dengan pembacaan surat al-Fatihah dan lantunan bersama dua nomor shalawat yang dipimpin oleh Dik Faqih, putra almarhum Mas Zainul Arifin KiaiKanjeng.
Setelah itu, Mas Zakki sebagai salah satu sesepuh sekaligus sebagai pimpinan sekretariat Progress memberikan sambutan selamat datang kepada semua peserta. Mas Zakki menyampaikan terima kasih atas kehadiran teman-teman, khususnya teman-teman generasi baru serta berharap semoga dalam Silatnas ini teman-teman bisa merangkai dan menyusun hal-hal ke masa depan supaya Maiyah terus memberikan manfaat bagi kita dan masyarakat.
Pada Sesi pertama ini masing-masing Simpul Maiyah diberikan kesempatan untuk berbagi update menyangkut kondisi teman-teman di lokal masing-masing, mulai kegiatan rutinan Sinau Bareng hingga kegiatan-kegiatan di luar rutinan serta berbagai perkembangan lainnya. Sungguh menyenangkan menyimak sharing teman-teman dari simpul-simpul Maiyah. Fokus kegiatan mereka bermacam-macam, mulai dari pendidikan, pertanian, lumbung pangan, konseling, ekologi, hingga kesehatan. Dari semua concern ini, pada sesi sharing session inintampak bagaimana teman-teman penggiat memimplementasikan spirit dan nilai Maiyah.
Salah satu yang mengharukan dan menggembirakan adalah cerita tentang majelis rutinan dari Simpul Lumbung Bailorah Blora. Ketika itu edisi milad Lumbung Bailorah dan digelar di salah satu tempat di pinggir alun-alun Blora. Suasana alun-alun ramai. Banyak muda mudi menikmati malam di sana. Saat majelis rutinan berlangsung, peserta boleh dikatakan tidak banyak. Mungkin hanya penggiat inti dan beberapa jamaah. Tetapi, entah bagaimana, saat rutinan diakhiri dengan shalawat indal qiyam, banyak orang-orang di alun-alun itu yang tiba-tiba merapat dan ikut bershalawat.
Sesi pertama ini menggambarkan cerita masing-masing Simpul Maiyah di mana keistiqamahan dalam berkegiatan dan coba meluaskan manfaat bagi masyarakat sangat konstan adanya. Mereka penuh semangat untuk selalu beraktivitas secara kreatif, produktif, dan penuh manfaat. Mereka adalah para aktivis. Tetapi dari suasana penuh keakraban dan pancaran kegembiraan dari mereka pagi itu, kita bisa mencatat bahwa antara aktivisme dan kewajaran kegembiraan hati bukanlah dua hal yang bertolak belakang.