MENSYUKURI 9 TAHUN MENTARI FAJAR

(Catatan Milad ke-9 Mentari Fajar Lumajang) 

Milad Mentari Fajar Lumajang Jawa Timur yang ke-9 kali ini dilaksanakan dengan sederhana. Acara yang diadakan di rumah Saudara Iga dimulai dengan Tawashshulan dan dilanjutkan dengan syukuran ‘pitik ingkung’ beserta lauk lainnya. Setelah beristirahat sejenak, Sinau Bareng berpindah tempat di teras rumah.

Sesuai yang telah disampaikan oleh Mbah Dil beberapa waktu lalu, kita seyogianya mulai menggali apa saja ucapan Mbah Nun yang berkaitan tentang Rasulullah. Khususnya dalam bulan Maulid ke depan ini. Sinau Bareng kali ini dimoderatori oleh Edwin. 

Edwin bertanya kepada Cak Solihin, “Selama menemani Mbah Nun apa nilai yang paling melekat pada Cak Kin?”

Cak Kin bercerita bahwa awalnya adalah  membaca Secangkir Kopi Jon Pakir, Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, sampai dibelani ke toko buku untuk membaca buku-buku Simbah yang  lain. Dari situ didapati nilai-nilai dari buku Simbah. 

Pertama, penjelasan Simbah dalam menggali nilai tentang Rasulullah sangat mudah diterima, dijelaskan dengan sederhana. Satu penjelasan itu bisa memahamkan semua orang dan bisa diterima orang banyak. Awal mulanya karena saat Ustadz Yasin ponakan Mbah Hamid  bertemu Simbah, “Ayo Cak sampe tutuk endi cinta e marang Rasulullah”. Sejak saat itu Simbah mulai menulis tentang Rasulullah.

Kedua, Simbah adalah manusia, jangan jadikan idola, jangan jadikan hijab untuk mencintai Rasulullah. Simbah nggedekno atine sopo wae, mencontoh Rasulullah yang nggedekno atine sahabat-sahabatnya.

Menapaki manusia Nilai

Selanjutnya moderator beralih ke sodara Iga, bertanya apa manusia nilai itu. Menurut Iga, manusia nilai meliputi banyak aspek, nilai positif atau negatif, tergantung yang memilih. Rasulullah sendiri adalah manusia nilai yang positif. Yang memberikan Pedoman hidup dan kemandirian. Menyebabkan diri punya prinsip yang merdeka, berani bersikap. Contoh, di dunia kerja berada di bawah tekanan, harus punya pendirian. Perubahan yang dirasakan Iga selama memegang nilai yaitu agak ngeyel, berani bersikap.

Berikutnya adalah penjelasan dari Novan. Nilai itu ada positif  dan negatif. Semua manusia harus bisa membedakannya. Harus belajar kedua-duanya. Minimal harus tahu nilai sesuatu hal. Biar tidak salah. Belum tentu yang dilihat dari Utara benar dari selatan juga sebaliknya.

Kalau menurut Firman, awalnya tahu Maiyah atau Simbah adalah saat  teman bercerita tentang Simbah. Simbah jika menerangkan sesuatu sangat asyik. Mulai itu llah jadi timbul penasaran, mulai mencari-cari di YouTube video yglang panjang-panjang berhari-hari sekitar setahun. Salah satu kata Simbah yang diingat yaitu “meskipun sedikit atau setetes diambil hikmahnya”. 

Banyak kata-kata Simbah yang membekas, tersimpan dalam otak sampai ke hati. Firman juga pernah bermimpi tentang Simbah. Kemudian suatu ketika bertemu Rozaq jualan nasi jagung, mendengar suaranya Mbah Nun dan KiaiKanjeng di sound system warungnya. Akhirnya saling diskusi dengan  Rozaq. Tambah Firman, meskipun tidak disebut manusia nilai, sebenarnya manusia itu bernilai.

Iman menyebutkan setiap orang punya nilai sendiri². Manusia tahu sebenarnya nilai baik dan buruk. Yang terjadi sekarang sepertinya sulit menjadi manusia nilai. Apalagi menjelang pilpres. Juga di dunia kerja, sulit mempertahankan nilai. Sering bertabrakan dengan nilai yang berseberangan drngan kita. Saangat ingin diri ini mempunyai kemerdekaan sendiri. 

Berkaitan dengan pilpres, sesorang pemimpin harus punya nilai Shidiq Amanah Fatonah dll. “Nek gak  iso ngandani minimal ga nambahi rusake”.  Menurut Iman dikuatkan nilainya minimal di keluarga. Karena sesungguhnya praktek di birokrasi, jauh dari nilai yang kita pahami. Kita tidak punya kekuasaan untuk mengubah.

Kata Faris manusia nilai ini yaitu bagaimana cara kita menjadi manusia yang bermanfaat. Ada kebaikan kedamaian kasih sayang. Sedangkan menurut Lutfi, manusia nilai itu manusia yang bermanfaat untuk orang lain, mempunyai prinsip. Maiyah itu dibuat pegangan, “Nek lali yo cekelan maneh. Ojo katut-katutan. Sebisa mungkin membantu sesama. 

Berlanjut ke penjelasan Cak Hadi, manusia nilai itu Rasulullah, jadi contohlah Rasulullah. Dagang contoh Rasulullah harus jujur. “Ga bisa plek nyontoh yo memper-memper lah.”

Kalau dari Pak Yuda, nilai itu sesuatu yang diinginkan orang banyak. Kalau secara ilmu, yang orisinil adalah ilahiah. itu yang paling bernilai. Saat ini di dunia ada pergeseran nilai. Panduan untuk umat dimanifestasikan oleh Rasulullah. Seiring perkembangan jaman nilai itu berubah. Nilai kebaikan bergeser karena peradaban berubah jadi nilai yang bersifat Kapitalis yaitu uang. Perlu latihan menjadi manusia bernilai supaya kembali ke rel. Manusia nilai, manusia pasar, manusia istana sama bagusnya, asal tidak timpang tindih. Sesuai qadla qodar, sesuai maqomnya. Manusia pasar ya bagus asal sesuai maqomnya  Manusia Istana ditempatkan sesuai porsinya ya bagus. Berpegang gondelan Kanjeng Nabi, nggak bisa terlalu ideal.  Kalau nggak bisa mengubah dengan tangan ya pakai lisan, kalau tetap nggak bisa ya pakai hati. Minimal sebagai muslim ada prinsip yang benar tetep benar, yang salah ya salah, asal jangan ikut-ikutan. Kita siapkan generasi berikutnya.

Tanggapan dari Edwin, saat ini nilai negatif dikesankan positif contoh LGBT. 

Pak Ndut menjelaskan, semampunya bisa bermanfaat untuk orang lain. Kalau bekerja niat jangan hanya mencari untung, tapi juga memberi manfaat buat Orang lain.

Sedangkan menurut Mas Amha, manusia nilai itu terkait dengan habluminannas, hablumminallah dan alam. Terkait nilai kepada Allah, manusia dan alam. Alam harus kita jaga, jika kita menjaganya maka alam akan menjaga kita. Rasulullah lah yang menjadi teladan manusia nilai.

Selanjutnya Widad bercerita bahwa sudah lama mengenal sosok Simbah, tapi baru mengenal Maiyah tahun 2015 yaitu waktu tidak sengaja menge-klik video Simbah. Video tentang hukum mencium Hajar Aswad, Simbah berkata  jangan sampai mencium Hajar Aswad tapi menyikut kanan kiri. Berkaitan dengan tema Menapaki Manusia Nilai, menapaki sendiri artinya menyelidiki, sedangkan menyelidiki ini prosesnya bisa berbulan-bulan. Kita harus melihat sudut pandang nilai. Menilai sesorang jaman sekarang  jangan bilang haram dahulu terhadap sesuatu, dilihat dulu dari sudut lain. Burung nangkring di tahan yang kering bukan karena tidak takut dahannya patah tapi percaya pada kemampuan terbang. Urusan akhlak itu ketat tidak boleh ditawar, kanjeng nabi ga aneh-aneh. Dalam urusan nilai tidak usah ruwet mikirnya. Kembalikan ke asal lagi, yaitu kembali ke syariat, nggak usah duwur-duwur.

Menurut Cak Inung, manusia nilai itu sebagai koreksi terhadap diri kita sendiri. Kita bisa lebih bernilai jika kita bisa mengoreksi diri kita sendiri. Dalam hal berbuat baik tidak usah macem-macem. Akan bahaya jika kita menilai orang lain. Bahaya jika menganggap golongan lain itu lebih jelek.

Kalau dari Cak Khoirul Ambulu, MAIYAH Itu berkumpulnya beberapa orang,  walaupun Cuma 4 orang juga maiyah.  Kita harus senantiasa husnudzan dg manusia & Allah, jangan jadi manusia malas, tidak bersyukur sehingga waktunya terbuang-terbuang. Kita mengingat cinta kita pada simbah & marja’² di maiyah. Salah satu hal yang bernilai adalah mengajak istri ke acara Maiyah. 

As’ad mengutarakan awal mula bisa bertemu karena tidak sengaja. Di sini bertemu karena satu frekuensi mengenal Mbah Nun. Menapaki manusia nilai itu artinya menapaki manusia yang beriman. Membicarakan hal-hal yang manfaat seperti saat ini juga bermaiyah.  Bermaiyah itu hubungan dengan hati yang sefrekuensi. Di sini kita termasuk orang-orang pertengahan fungsinya menjadi tengah-tengah orang yang Mursal dan mursalin. Nyantri dengan qolbu, berhubungan dengan mahabbah dengan bahasa yang tidak bisa dipatenkan. Karena nilai setiap orang berbeda-beda. Bahasa cinta yang tinggi yaitu kecintaan pada sesuatu yang benar. Cinta ini dibuktikan dengan amal yang baik. Ketika kumpulan seperti  ini kita bisa dekat dengan surga dan neraka. Amal perbuatan baik dan buruk yang bisa menghakimi adalah Allah. Semoga kita bisa menjaga iman. 

Yudi Probolinggo, menapaki manusia nilai caranya yaitu dengan  meningkatkan nilai mahabbah.

Sedangkan menurut Cak Bram, di sini frekuensinya nyambung dengan teman-teman. Akhirnya bisa menemukan inilah tempatnya. Kalau di kumpulan lain biasanya menilai dari segi uang  dan jabatan. Kalau di Maiyah tidak. Manusia yang berhak menilai adalah Allah, kita tidak berhak menilai dari sudut pandang manapun. Nilai yang diberi seseorang tergantung dari pikiran kita bukan hati. Kita Sebisa mungkin menghadirkan nilai yang terkandung dalam Sholat ke dalam kehidupan sehari-hari.

Moderator Edwin menanggapi  bahwa Cinta sejati tidak memandang baik buruk. Di Maiyah ini kita bisa menjadi satu dari berbagai kalangan.

Beralih ke Rozaq. Menurutnya, menjalani manusia nilai itu kedalam, kembali ke diri sendiri. Bagaimana kita mengambil contoh Rasulullah manusia paripurna. Kita sering terjebak karena hobi mempelajari di luar diri kita, sering membicarakan orang lain, tidak usah menilai orang lain. Simbah mengajari cara berpikir di luar umumnya orang sampai menemukan yang pener. Walaupun bukan basic santri, orang pertengahan diajak menapaki jalannya Kanjeng Nabi. Kita bersyukur mendapat barokah diberi pedang berupa pikiran, kalau kurang ilmu fiqih bisa bertanya dengan santri pondok. Sekali lagi perlu mengerem hobi membicarakan orang lain.

Edwin berkata kita di sini membicarakan hal yang bagus, nanti sampai rumah berkutat dengan kesibukan dan sebagainya dan akhirnya kadang lupa. Bagaimana solusinya.

Mbak Wulan berkata makanya sangat perlu berdoa Tsabbit qolbi ala diinik dan Yaa Muqollibal Qulubi wal Abshor (Wahai yang membolakbalikkan hati dan pandangan)  Yaa Muhawwilal Haali wal Ahwal Hawwil Haalana Ila Ahsanil Ahwal (Wahai yang mengubah keadaan dan segala kondisi Ubahlah kondisi dan keadaan kami menjadi paling baiknya keadaan.) Doa adalah afirmasi terus-menerus.

Ditanggapi oleh Rozaq, berarti solusinya adalah istiqamah berdoa tentang pola pikir dll. Menurut As’ad, Apapun yang dilakukan awali dengan bismillah. Kembali ke Edwin, kesimpulannya: kekuatan rohaniah ilahiah kekuatan doa yang paling penting. Semua dari Allah, kita hanya bisa pasrah ke Allah. Rasulullah sudah mengajarkan doa-doa  untuk menguatkan hati kita.

Terakhir dari Cak Kin, sedikit apapun kebaikan selalu bersyukur, jadi tidak sempat maido,  apalagi mengeluh.

Demikian Sinau Bareng kali ini. Semoga bermanfaat dan berkah ilmu, diberi  rezeki kefahaman. Amin.

Lumajang 10 September 2023

(Redaksi Mentari Fajar)

Back to top button