UNTUK BANGSA YANG TERKEPING-KEPING
M A I Y A H. Untuk Bangsa yang Terkeping-keping
Kalau sampai akhir hayatmu, bahkan sampai kelak matinya cucumu, belum ada kepemimpinan yang menjamin sandang panganmu, keamanan rumah tangga dan nyawamu, maka apakah masih berarti bagimu kalau kukatakan bahwa masih ada yang bernama Tuhan, Yang kumohonkan kepadaNya agar rejekimu terpelihara, ketenteraman hidupmu terjaga, masalah-masalahmu disediakan jalan keluarnya. Maka inilah Maiyah, llingkaran kebersamaan kita semua.
Kami hadir dengan lagu kami, dan kami menerima lagumu. kami hadir sebagai suku dan warna kulit kami, dan kami menerima suku dan warna kulitmu. Kami hadir dengan jenis wajah dan pikiran yang berbeda denganmu, namun kami menerima wajah dan pikiranmu
Kita satu bangsa, berdekatan satu sama lain, namun terkeping-keping saling tak percaya, saling curiga, saling mengincar untuk saling menjegal . Maka inilah, maiyah kami kepada bangsa yang malang ini. Kita satu bangsa, tangan bergandengan, namun hati terpecah belah. Hampir tak ada kerelaan bersama, yang kita hidupi adalah ketidakrelaan satu sama lain. Maka inilah maiyah kami kepada bangsa yang terpuruk ini
Tahsabuhum jamii’an wa quluubuhum syattaa, tak ada hari depan yang kita bangun Kecuali dialektika penghancuran, kebersamaan untuk curang dan menang sendiri. Maka inilah maiyah kami kepada bangsa yang terlalu lama sengsara ini. Kami berkumpul melingkar belajar memunggungi dunia, belajar memburu dan mencintai sesuatu yang paling rasional untuk diburu dan dicintai. Kami berkumpul melingkar mendendangkan lagu-lagu pilihan yang jelas urusan dunia akhiratnya, yang memabukkan kami kepada asal muasal dan akhir tujuan hidup kami. Kami berkumpul melingkar menyanyikan syair-syair yang memandu hidup kami dari kepalsuan dan kesementaraan
Kami berkumpul menciptakan lingkaran kebersamaan antara hamba-hamba yang dilemahkan oleh pelaku-pelaku kekuasaan dan keuangan. Kami berkumpul merapatkan lingkaran kebersamaan antara hamba-hamba yang dilalimi oleh kebohongan dan kemunafikan kaum mutakabbirun. Kami berkumpul memadatkan kesatuan antara hamba-hamba yang diremehkan dan kini mengerti bahwa diremehken, antara hamba-hamba yang ditindas dan kini mengerti bahwa ditindas, antara hamba-hamba yang direndahkan dan kini mengerti bahwa direndahkan, antara hamba-hamba yang dibuang dan kini mengerti bahwa dibuang oleh cara berpikir. Dan rancangan-rancangan pembangunan para Fir’aun yang bergiliran.