LADEN DAN NGLADENI DI OMAH PADHANGMBULAN

Teman-teman Omah Padhangmbulan pada Sabtu, 6 Mei 2023 berkumpul di lokasi Pengajian Padhangmbulan. Tujuan pertemuan itu, selain halal bii halal, “kosong-kosong”, saling meminta maaf, juga untuk melakukan muhasabah dan merefleksi diri masing-masing dalam berkhidmah.
Acara dipandu oleh Cak Hanafi (Paseban Mojokerto). Lantunan wirid Padhangmbulan, Hasbunallah, dan Maulan Siwallah mengawali pertemuan malam itu.
Lek Ham menegaskan kembali tentang perlunya melakukan perubahan secara kontinu dan konsisten.
“Padhangmbulan adalah Ibu Maiyah. Di sini kita menimba ilmu, memperbaiki kualitas hidup, serta berkomitmen melakukan perubahan agar apa yang kita kerjakan hari ini dan esok lebih baik dari hari kemarin,” tutur Lek Ham.
Oleh karena itu, menurut Lek Ham, jangan melupakan filosofi orang menimba di sumur yang pandangannya melihat ke bawah. Ia bersikap tawadlu’. Kalau ada semacam indikator hasil pembelajaran selama ngaji di Padhangmbulan, salah satunya adalah sikap rendah hati, santun, ngajeni orang lain, baik sebagai manusia dan hamba Allah Swt.
Juga dalam rangka melakukan refleksi diri, Saifullah, mengajukan pertanyaan: “Apa yang mengikat paseduluran teman-teman di Omah Padhangmbulan? Adalah kesadaran tentang laden dan ngladeni.”
“Kita meneladani Ayah Muhammad-Ibu Halimah dan putra-putri Beliau soal laden ngladeni. Jadi, muhasabah kita adalah apakah kita telah melakukan perubahan menuju kualitas yang lebih baik saat laden ngladeni di Padhangmbulan?” tanya Saifullah.
Dalam tema yang sama Cak Farid menegaskan bahwa Ayah dan Ibu tidak mewariskan harta, tetapi meninggalkan perjuangan. Laden ngladeni, wa bil khusus di Pengajian Padhangmbulan, selain merawat lembaga pendidikan mulai PAUD, TK, MI, dan SMK Global adalah bentuk perjuangan untuk melanjutkan jariah Ayah dan Ibu.
Konteks laden ngladeni dalam Pengajian Padhangmbulan, bagi teman-teman Omah Padhangmbulan, memiliki sudut pandang yang berbeda, demikian ungkap Mas Pram. “Saya tidak merasa diamanahi. Yang saya sadari dan menjadi niat sejak awal adalah saya mengamanahi diri saya untuk melakukan pengabdian di Pengajian Padhangmbulan,” jelas suami Mbak Yuli.
Sudut pandang ini membawa konsekuensi. “Kalau sudah tanggal pelaksanaan Pengajian Padhangmbulan, saya menyediakan satu hari penuh untuk laden lan ngladeni,” jelas Mas Pram. “Beberapa pekerjaan yang lain untuk sementara off dahulu.”
Acara ditutup dengan shalawat ‘indal qiyam dan doa. Ibarat baterai malam itu teman-teman Omah Padhangmbulan diisi ulang. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.[]
(ASS/Redaksi Omah Padhangmbulan)