KENISCAYAAN JALIN SINERGI
Kolaborasi adalah kunci. Pentingnya menjalin sinergi menjadi topik mulai dari obrolan warung kopi di pojok desa hingga forum lintas negara. Situasi ketidakpastian yang sudah berlangsung begitu panjang, dan entah masih berapa panjang lagi ke depan menghadirkan hidayah berupa meningkatnya rasa saling membutuhkan satu sama lain di antara kita.
Sebuah platform jalin sinergi yang saya ikuti bernama ASEAN Access. Platform ini ikut ambil bagian dalam side event G20 di Bali baru-baru ini. Platform kolaborasi yang dapat diakses melalui aseanaccess.com dan match.aseanaccess.com ini adalah sebuah wahana untuk mempertemukan wirausaha dan stakeholder atau mitra strategis dalam rangka peningkatan kapasitas usaha yang sedang digeluti. Melalui wadah ini pelaku usaha dibantu untuk bertemu dengan buyer, distributor, investor, mentor maupun supplier dari lintas negara di Kawasan ASEAN. Platform ini dikoordinir oleh Komite ASEAN untuk UMKM (ACCMSME) bekerja sama dengan Kantor Promosi Dagang Thailand (OSMEP) dan lembaga Jerman GIZ.
Meskipun kita berada di era informasi yang supermasif, tetapi nyatanya platform semacam ASEAN Access ini amat diperlukan keberadaannya. Terbatasnya waktu membuat kita hanya memiliki sedikit kesempatan untuk melakukan observasi dan pengenalan yang spesifik terhadap calon mitra kerjasama kita. Melalui platform semacam ini, kita dibantu untuk menemukan klasifikasi dan kategorisasi yang spesifik atas kebutuhan mitra kolaborasi yang sesuai dengan milestone pencapaian yang sedang kita tempuh kerjakan.
Aseanaccess.com bukanlah satu-satunya platform untuk jalin-sinergi. Di luar sana ada banyak sekali platform dengan pola fasilitasi, karakter, dan value yang dibawa masing-masing. Untuk dapat menjangkau dan memanfaatkan berbagai platform kolaborasi yang hari ini ada mesti diperhatikan hal-hal berikut ini:
Pertama, kesediaan untuk open mind, berpikir terbuka terhadap pengetahuan baru, pengalaman baru dan pergaulan yang baru. Sikap ini menjadi modal dasar untuk menjadi pribadi yang berkembang serta siap berinteraksi dengan karakter kepribadian dan pola komunikasi yang mungkin sama sekali berbeda dengan kita.
Kedua, kesediaan menempa diri sendiri terlebih dahulu. Memastikan kita sudah mengoptimalkan sumber daya dari diri sendiri dan tim internal yang kita miliki. Sehingga proses kolaborasi yang terjalin adalah relasi yang sejajar. Sudah ada kapabilitas yang kita bangun dengan optimal terlebih dahulu. Ajang kolaborasi menjadi batu loncatan untuk peningkatan selanjutnya.
Ketiga, sikap percaya diri. Banyak platform mempersyaratkan kurasi dan seleksi untuk bisa bergabung di dalamnya. Apabila kita masih terkendala oleh sikap mental inferior, akan sulit bagi kita untuk menyampaikan gagasan dan kapabilitas yang kita miliki secara komunikatif. Seringkali bukan sebab kita under-rated, tetapi tidak optimalnya proses komunikasi dikerjakan.
Keempat, setiap kita memiliki tahapan dan kurikulum keberhasilan masing-masing. Selalu perbaiki dan sempurnakan dari waktu ke waktu tanpa terganggu oleh rute, kecepatan, dan percepatan orang lain.