Hikmat dan Gembira, Masyarakat Bojonegoro Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng

Menjelang maghrib kota Bojonegoro diguyur hujan. Sampai saat usai isya’, hujan sudah mulai reda, tetapi ternyata masih menyisakan gerimis yang lembut. Ketika tiba di panggung Sinau Bareng di Alun-alun Bojonegoro, KiaiKanjeng menyaksikan masyarakat dan jamaah sudah duduk lesehan semua dengan bertabur rintik hujan. Sebagian menjadikan alas duduknya untuk melindungi diri dari air hujan, ada pula yang memakai payung, tidak sedikit juga yang memakai mantel.

Pemandangan ketangguhan jamaah seperti ini sudah lama tak kita lihat. Dan untuk soal menghadapi hujan yang turun saat acara, mereka telah dan tetap teruji hingga saat ini. Mereka datang untuk sungguh-sungguh Sinau Bareng. Apalagi mereka juga selalu kangen dengan Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Mereka bersetia dengan niat itu, sehingga mau duduk meski dalam keadaan masih hujan. Melihat itu semua, Mas Islamiyanto langsung menyapa mereka, dan terdengarlah lantang suara mereka merespons. Mas Islamiyanto mengajak mereka bareng-bareng melantunkan pujian dan shalawatan, sembari menunggu kedatangan Mbah Nun, Bu Bupati Anna Mu’awanah beserta Jajaran Forkompimda Bojonegoro naik ke panggung.

“Wani kon ngelokno paringane Gusti Allah?,” tanya Mbah Nun ketika beliau sudah berada di panggung dan menyapa semua masyarakat serta anak-cucu Jamaah Maiyah untuk memastikan bahwa hujan dan gerimis ini bukan masalah atau kendala bagi mereka. “Mboteeenn, ”jawab mereka. Semua perlu disyukuri, maka kemudian Mbah Nun ajak mereka semua bareng-bareng melantunkan Alhamdulillah wasy syukru lillah azka shalati wa salami lirosulillah. Musik KiaiKanjeng mengiringinya dengan enak. Suasana menjadi hangat. Suara apik Mas Islamiyanto dan Dik Faqih melengkingkan ungkapan cinta kepada Kanjeng Nabi melalui refrein nomor Alhamdulillah ini.

Mbah Nun berharap perjumpaan Sinau Bareng dalam rangka Festival Full Moon 2022 Kabupaten Bojonegoro (10/09/22) tadi malam adalah awal dari keamanan, persatuan, dan kesatuan Bojonegoro. Bojonegoro merupakan kabupaten teladan bagi Indonesia. Mbah Nun juga berharap Sinau Bareng ini menandai proses menuju perubahan diri kita yang lebih baik.

Sepanjang acara, Bu Bupati Anna Mu’awanah sangat aktif terlibat dalam Sinau Bareng terutama Mbah Nun juga melibatkan semua jamaah sebagai partisipan aktif Sinau Bareng: menjadi anggota kelompok workshop musik untuk edukasi keindonesiaan yang dipimpin para vokalis KiaiKanjeng, ada yang diminta maju untuk membaca Al-Qur’an, ada pula salah seorang (namanya Qusyairi) yang diminta maju untuk membaca thala’al badru ‘alaina dan tanpa dia ketahui sebelumnya ditanya penguasaannya akan arti kalimat-kalimat dalam nomor thola’al badru ‘alaina, tiga kelompok yang masing-masing terdiri atas tiga orang untuk menjawab paket pertanyaan dari Mbah Nun, dan bentuk-bentuk lain partisipasi.

Bu Anna sendiri ikut mengusulkan nama kelompok game musik yang biasanya nama makanan khas, kali ini beliau usulkan diberi nama dengan menggunakan kata kerja dalam bahasa khas Bojonegoro: genyo (geniyo), nglenyer, dan matoh. Beliau beserta Pak Kapolres dan Pak Dandim juga pasti merespons hasil game musikal tersebut. Malahan Bu Anna juga ikut merespons langsung kepada Mbah Nun ketika beberapa kali Mbah Nun bertanya kepada salah seorang jamaah yang diminta maju untuk menerangkan arti dua ayat dalam surat al-Quraisy yang ayat-ayat surat ini barusan dilantunkan bergiliran antara Mbak Wiwit dari jamaah dan Mbak Nia KiaiKanjeng.

Bu Anna juga request membawakan lagu Padang Bulan. Keterlibatan Bapak-bapak narasumber yang mendampingi Bu Bupati juga terlihat saat Mbah Nun dan KiaiKanjeng menghadirkan Nomor medlei Nusantara dan di akhir acara Medlei Era. Bu Bupati beserta jajarannya semua ikut berdiri, memegang mic, dan bersama-bersama menyanyikan setiap lagu dalam dua medlei tersebut. Dilibatkannya semua elemen dalam Sinau Bareng ini menandai bahwa Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng tidak bersifat satu arah dan satu orang saja yang berperan.

Peran dan porsi dibagi oleh Mbah Nun secara merata ke sebanyak mungkin orang. Dari jamaah hingga Bu Bupati. Malah, seperti sudah kita saksikan bersama dari satu Sinau Bareng ke Sinau Bareng lainnya, sosok seperti Mas Jijid, yang notabene player KiaiKanjeng, juga diminta menjadi pemimpin workshop dan menjadi sangat ikonik perannya dalam memimpin kelompok jamaah yang menjadi rakyatnya. Demikian juga Mas Doni, vokalis yang juga diminta Mbah Nun memimpin dalam game-game keindonesiaan melalaui musik.

Semalam sejumlah nomor dihadirkan KiaiKanjeng. Ada Hijrah-nya Si Bintang Timur Ummi Kultsum di mana ada lantunan thala’al badru alaina, dan nomor ini untuk merespons nama Festival ini yaitu full moon yang berarti bulan purnama, dan pada nomor Hijrah dan lirik Thala’al Badru ‘alaina ini, hijrah Nabi ke Madinah disambut dan digambarkan bagai bulan purnama yang muncul dari balik dua bukit. Mbah Nun mengartikannya sebagai bahwa Nabi Muhammad hadir membawakan Islam sebagai nilai-nilai yang tidak esktrem, melainkan di titik tengah, di titik adil, dan tidak condong kepada salah satu kutub. Ummatan wasathan.

Lagu Tombo Ati juga menjadi salah satu nomor yang dinikmati dalam kebersamaan tadi malam. Dibawakan terlebih dulu dalam beberapa versi daerah, dan nanti ujungnya dibawakan seperti dalam Album Kado Muhammad Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Di sini, Mbah Nun mengingatkan bahwa pesan yang utama dalam Tombo Ati adalah dalam hati manusia sering terdapat penyakit hati yang perlu di-tomboni. Di antara penyakit hati itu adalah hasad, dengki, dan dengki. Menurut Mbah Nun, rasa minder juga termasuk penyakit hati yang harus disembuhkan.

Mbah Nun sendiri melihat kebersamaan Sinau Bareng tadi malam sebagai “malam thoharah” atau ruwatan supaya semua yang hadir dan masyarakat Bojonegoro pada khususnya dihindarkan oleh Allah dari malapetaka dan adzab. Mbah Nun juga mengulang keyakinan beliau dan dinyatakan kepada Bu Bupati dan semua masyarakat bahwa kemajuan Indonesia ke depan bergantung kepada bupati-bupati di seluruh daerah di Indonesia.

Hujan gerimis di yang masih berlangsung di awal Sinau Bareng berlangsung tidak terlalu. Saat Mbah Nun sudah menyapa dan berbicara, satu demi satu muatan Sinau Bareng bergulir, gerimis seperti fade out pelan-pelan dan memberikan kesempatan para jamaah lebih fokus dan hikmat dalam belajar bersama-sama. Alhamdulillah semua enjoy dan aktif dalam mengikuti Sinau Bareng dalam rangka Festival Full Moon 2022 Bojonegoro. Setelah ini nanti kita lanjut memetik ilmu dari sesi workshop tematik menyangkut pemahaman tentang beda antara sejarah, babad, dan dongeng yang dipantik oleh Mbah Nun tadi malam.

Lihat juga

Back to top button