DEMOKREASI

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penangungan Pasuruan Edisi Januari 2024)

Semakin hari percakapan politik warga negara semakin bising mengisi teras-teras tetangga, beranda sosial media. Bahkan menjadi ajang kompetisi headline portal-portal berita yang kemudian diamplifikasi oleh rakyat bawah di warung-warung kopi yang sesekali tampak sobekan kertas bertuliskan catatan hutang para pelanggan.

Generasi-Z yang hampir tidak pernah diajarkan ilmu dasar politik menjadi sasaran empuk para pemburu suara karena jumlah anak muda dan pemilih pemula mendominasi kuantitas hak pilih rakyat, namun tidak berbanding lurus dengan kualitas gagasan politik yang dipertontonkan oleh para elit politik. Demokrasi sudah menjadi pilihan dan akan melalui proses kebisingan yang panjang.

Salah satu tokoh juga pembicara yang sempat menghadiri Forum Kenduri Cinta pernah mengutarakan analogi tentang demokrasi bahwa “ibarat buah, demokrasi itu sangat baik bagi tubuh namun hanya lambung yang sehat yang mampu mencernanya”. Kata “Sehat” dalam kalimat tersebut bisa dielaborasi menjadi kejujuran pikiran, kejernihan hati, dan tata laku sikap yang tepat (akhlak). Maka semua itu akan memerlukan perjuangan untuk terus-menerus melatih diri dan ber-kreasi untuk menemukan nilai-nilai kebaikan yang relevan dengan jaman. Oleh sebab itu, mari kita belajar bersama-sama berdemokreasi untuk menjawab tantangan zaman di era mundurnya peradaban dari sisi moral dan etika.

(Redaksi Sulthon Penanggungan)

Lihat juga

Lihat juga

Back to top button