Dari Pertemuan Ahli Kanker Sedunia 

Apa yang didapat dari pertemuan besar ini?Sebuah perhelatan besar yang melibatkan para ahli kanker anak di seluruh dunia. Lengkap dengan pendukungnya. Ada paguyuban orangtua penderita kanker di seluruh dunia, dan lengkap dengan para survivor (penyintas)-nya yang datang dari berbagai belahan dunia. Baik dari negara maju maupun dari negara berkembang. Ada juga ahli-ahli radiologi, ahli bedah onkologi, psikolog, NGO (non governmetal organization) atau kalau bahasa kita adalah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)  bahkan sampai ahli statistik, mereka semua ambyur dalam pertemuan akbar tahunan itu.

Helatan itu adalah sebuah pertemuan ahli kanker anak sedunia. Kali ini pertemuan berlangsung di Barcelona, Spanyol. Beberapa kawan yang berkesempatan hadir sangat beruntung, bisa berkumpul dengan ahli-ahli kanker anak dunia. Ada sebagian dari mereka dibiayai karena tulisan/penelitian yang diajukan berhasil menarik panitia seksi ilmiah untuk dipresentasikan dalam presentasi oral. Tampil di podium, menyampaikan hasil penelitiannya dalam waktu 10 menit dan kemudian ada sesi tanya jawab. Ada juga yang menampilkan poster, atau penelitian mereka dimasukkan dalam jurnal online.

Lalu apa imbasnya pertemuan ini dalam mengobati “guru-guru” (pasien) saya? Apa untungnya? Jauh-jauh datang ke belahan dunia yang lain mengorbankan tenaga, pikiran, waktu dan biaya?

Jawabannya adalah banyak manfaatnya! Beberapa aspek dari pertemuan ini, menurut saya adalah membuka jaringan! Seperti pendapat seorang ahli neuroonkologi anak dari Memphis, AS. Kala bincang-bincang si ahli itu, yang bernama Qoddumi Ibrahim, bilang, “Ayo.. jangan cuma ngendon di dalam ruangan ilmiah.., kalah cuma dengerin uraian mereka, kita bisa baca di jurnal.”

“Mari kita membuat networking, ini yang tak bisa kamu lakukan kalau kamu hanya mendengarkan di dalam ruangan, atau dengan pertemuan virtual,” sambungnya. 

“Buatlah networking sebanyak-banyaknya, maka kamu akan rasakan manfaatnya. Kita sama-sama belajar, dan kalian tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah yang ada.”

Saya tertegun mendengar pendapatnya. Saya camkan dan saya renungkan kata-katanya. Saya diskusikan dengan teman-teman yang ada di situ. Itu sangat benar dan sangat tepat. Lalu saya bertemu dengan Scott Howard, guru dan mentor saya waktu saya nyantrik di RS St. Jude, sekaligus sahabat saya, saya utarakan pendapat Qoddumi tadi. Scott mengiyakan bahkan menggarisbawahi.

Banyak masalah dalam mengelola kanker anak di negara saya ini. Mulai dari infrastrukturnya, sumber daya manusianya, sistem, sarana bahkan dukungan dari para pemangku kebijakan. Padahal Mas Menteri saya baru saja berujar tentang bagaimana caranya agar pasien-pasien ini tidak lari ke luar negeri dalam mengupayakan pengobatan. 

Lhooo Mas menteri harus korek masalahnya dari hal yang paling riil. Masalah yang ada di lapangan. Kita petakan dulu, lalu kita analisis dan baru kita cari jalan keluarnya. Di mana positioning kita, apa kekuatan kita, apa kelemahan kita. Ini yang sedang kita kerjakan, di samping membenahi aspek-aspek teknis medis yang juga tak kurang peliknya.

Yaah, pasien yang secara finansial mampu, pasti akan mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhan para puteranya. Contohnya saja, dalam kunjungan ke rumah sakit khusus kanker anak di Barcelona, rumah sakit kanker anak terbesar ke dua di Eropa, saya mendapat kabar bahwa ada dua anak dari Indonesia yang mencari kesembuhan di situ. Anak itu adalah penderita Retinoblastoma (kanker mata). Kanker ini apabila semakin dini kita menemukan kemudian mengobati, maka kesembuhannya akan semakin besar. Kita bisa menyelamatkan penglihatannya, menyelamatkan nyawanya, dan juga sekaligus menyelamatkan pembiyaan pengobatannya.  

Saya lalu ngobrol dengan kawan yang tahu tentang pasien itu. Dia bilang ‘bukan kita tidak mampu, bukan kita tidak bisa. Alatnya ada, ahlinya ada, ruangannya ada. Obatnya yang tidak ada. 

Maka saya manggut-manggut saja. Mencoba memahami apa yang terjadi di negeri ini. Jangankan obat untuk salah satu model pengobatan yang canggih ini, lha wong obat untuk maintenance, menjaga agar sakit leukemia seorang penderita tidak kambuh saja sering lenyap. Padahal obat itu merupakan obat vital, bahkan masuk dalam essential drug list dari WHO. Sehingga, terpaksa para orang tua anak-anak itu bergerilya mencari obat tersebut. ada yang punya saudara di Malaysia atau Singapura, mereka bisa mengirimkan dari sana. Atau menenteng membawa pulang. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mendapatkannya dari pasar gelap. Miris kan….?

A6-EPQ

12:22

 

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button