BAHAGIA DALAM SEMUA KONDISI
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Gambang Syafaat Semarang, Sabtu, 27 Mei 2023)
Mukaddimah ini akan membicarakan tentang pertumbuhan. Pada kondisi seperti apakah seharusnya kita tumbuh? Kondisi ideal apakah yang memungkinkan sesuatu tumbuh secara optimal? Kita bisa meminjam analogi tanaman untuk melihat kondisi ini. Tanaman akan tumbuh dengan baik, subur, gemuk, dan menjulang jika kondisinya mendukung. Ia cukup air, cukup nutrisi, dan cukup cahaya. Tanaman butuh bahagia agar dirinya tumbuh dengan kondisi terbaiknya.
Pada kondisi manusia tidak sedikit kita saksikan justru anak-anak yang tumbuh pada kelengkapan fasilitas tidak berkembang. Instingnya untuk bertumbuh melemah. Ia menjadi anak-anak manja yang tidak bisa lepas dari orangtuanya. Ketika subsidi dari orangtuanya berhenti, mereka bingung tidak tahu cara bertahan hidup dan mencari makan untuk menghidupi dirinya sendiri.
Manusia sangat berpotensi terjebak pada kondisi demikian, tidak seperti hewan liar. Usai lepas dari susuan mereka sudah mencari pakannya sendiri. Ketergantungan kepada induknya teramat sedikit.
Kembali pada analogi tanaman. Kondisi sulit juga akan membentuk tanaman menjadi lebih keras dan kuat. Pohon jati yang kuat berasal dari kondisi tanah yang keras. Jati yang tumbuh di tanah kapur dan berbatu kualitasnya lebih keras. Memang ia tidak tumbuh besar tetapi ia lebih kuat. Demikian juga dengan manusia. Terramat banyak contoh manusia-manusia tumbuh menjadi manusia besar dan peradaban besar, karena himpitan keadaan yang menderitakan.
Penderitaan bukan lawan dari kebahagiaan karena yang menderita itu belum tentu tidak bahagia. Pohon jati yang tumbuh pada tanah yang keras tadi mungkin menderita tetapi belum tentu tidak bahagia. Ia menikmati prosesnya yang lambat hingga memadat dan kuat. Kebahagiaan adalah menemukan keasyikan dalam kondisi apapun.
Mas Sabrang pada sebuah kesempatan mengenalkan istilah ”’stressor’, Pada diri manusia ada hal-hal eksternal yang mencoba berkomunikasi dengan diri. Sesuatu yang eksternal itu bisa menyenangkan, ada pula yang ‘kita kira’ menghambat dan menderitakan. Sesuatu yang menderitakan itu kita sebut dengan ‘stressor’. Hal yang mungkin membuat diri kita stress. Ia adalah tekanan hidup yang berasal dari apa saja misal pasangan, negara, teman, dan lain-lain
‘Stressor’ ini terhadap diri kita akan memiliki dua potensi. Pertama, benar-benar membuat diri kita stress; kedua, membuat diri kita tumbuh dan kuat. Orang bermain game itu mencari stress, tetapi karena pemain memiliki pemahaman bahwa ini hanya permainan maka stressnya berkurang.
Stressor itu seperti batu keras pada tumbuhan jati itu. Ia bisa membunuh, bisa pula menguatkan tanaman. Demikan pula kondisi Maiyah dalam perjalanannya. Ia mungkin mendapatkan tekanan dan hambatan. Hambatan itu selayaknya membuat semakin kuat, dan bukan sebaliknya.
Contoh lain, Nabi Muhammad bersama para sahabat dalam berjuang tidak kurang-kurang hambatannya. Mulai saat beliau berjuang sendiri, dikejar, dilempar batu hingga berdarah, hingga peperangan, para sahabat wafat. Tentu saja kaum muslimin menderita karena itu, tetapi mereka tetap bahagia, kenapa? Karena mereka bersama Nabi, karena mereka memiliki keimanan yang total. Mari berbahagia dalam segala kondisi.
Demikianlah Mukaddimah untuk Gambang Syafaat yang akan dilaksanakaan di Musium Ronggowarsito Semarang pada tanggal 27 Mei 2023, tepat dipanjatkanya doa 70 tahun Mbah Nun. Acara kali ini memang dirancang khusus untuk menyukuri dan mendoakan beliau. Semoga sehat dan terus menemani anak-anak Maiyah. Beliau yang mengajak kita berbahagia dengan segala lingkungan dan suasana di dunia Maiyah. Demikian.
(Redaksi Gambang Syafaat)