AL MISHBAAHU FII ZUJAAJAH

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Telulikuran Damar Kedhaton Gresik, Senin 13 Februari 2023)

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [QS. An-Nur ayat 35]

Demikianlah salah satu bentuk kemesraan Allah Swt. dalam memberikan petunjuk kepada manusia. Selain mengetengahkan hudan dengan narasi yang muhkamat, yang sudah jelas kandungannya, Allah Swt. juga menawarkan petunjuk melalui ayat-ayat yang mutasyabihat. Pada jenis ayat yang kedua ini, kerap kali Allah Swt. menggunakan tamtsil, sebuah permisalan atau perumpamaan.

Perumpamaan yang dihadirkan ayat Al-Qur’an itu dapat dipandang sebagai upaya mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang lebih materiil. Dengan segala keterbatasan kita sebagai makhluk, tentu kita sangat terbantu ketika mendapati gambaran ihwal ghaib dengan perumpamaan benda-benda yang bisa kita jangkau secara inderawi. Lebih dari itu, aneka ayat yang memuat tamtsil, termasuk ayat tentang cahaya di atas, tak sulit mendorong rasa takjub kita atas keindahannya. 

Namun, tak pelak, ikhtiar dalam memahami kandungan ayat yang oleh Allah sengaja disajikan secara samar-samar itu, membuahkan tafsir yang beragam. Boleh jadi, antara tafsir yang satu dengan yang lain, tidak sama bahkan bertentangan. Dan, sudah barang tentu posisi kita tidak sedang ingin mengedepankan upaya mempertarungkan antar tafsir. Dengan kerendahan hati dan sikap tahu diri, jikalau tersaji keragaman, kita memilih mensyukuri dan menikmatinya, seraya terus berharap limpahan petunjuk-Nya.

Dulur, sebagai jamaah yang telah menikmati berbagai keindahan pohon-bunga-buah di kebun Maiyah, ayat 35 dari Surat An-Nur di atas tentu sudah cukup karib. Di berbagai kesempatan Mbah Nun acap kali melantunkannya, menawarkan ilmu dalam menggali kandungannya, dan juga termaktub di bagian ayatul mafatih pada Tawashshulan. Salah satu kalimat kunci yang beliau tawarkan adalah pencapaian yakaadu zaituhaa yudhii’u wa lau lam tamsashu naarun dipersyarati adanya manajemen dialektika yang benar antara al mishbah  dan zujaajah.

Lihat juga

Sebagai ikhtiar menerjemahkan amanah Sinau Bareng untuk membangun pertumbuhan diri, dengan “mata pelajaran semester pertama” ialah Aktivasi Ruh, mari kita gelar perjamuan niat baik men-tadabburi Al Mishbaahu fii Zujajah, dengan terlebih dulu membekali diri dengan pengetahuan apa itu misykat, mishbah, zujajah, syajarotin mubarokatin, laa syarqiyyah wa laa gharbiyyah, dan sebagainya, untuk mengarungi samudera keindahan makna tamtsil-nya, demi meneguhkan kewaspadaan kita dalam menjalani peran kemakhlukan kita. 

Mari melingkar kembali pada majelis ilmu Telulikuran edisi 73 pada: Senin, 13 Februari 2023, Pukul 20.23 WIB, Di Komplek Makam Mbah Wira’i Dsn. Tlogobedah, Ds. Hulaan, Kec. Menganti, Gresik.

(Redaksi Damar Kedhaton)

Lihat juga

Back to top button