RISALAH FUSUQ

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Ma'syar Mahamanikam Samarinda Edisi September 2025)

Momentum bulan kelahiran Muhammad bin Abdullah selalu membawa kegembiraan. Pun empat belas abad setelahnya. Kelahiran manusia kekasih Allah SWT. Manusia yang merupakan perwujudan cinta yang seimbang. Mewujudnya kelembutan cinta kasih dalam perilaku kemanusiaan. Contoh paripurna sebagai modal utama menjalani kehidupan. Maiyahan Ma’syar Mahamanikam terlaksana pada 27 Rabi’ul-Awal 1447 H/20 September 2025 M masih dalam suasana yang dikenal dengan bulan Maulid.

Di bulan kelahiran Rasulullah SAW kali ini kita akan belajar bersama bagaimana keharmonisan dalam bersosial dibangun oleh Rasulullah SAW. Komposisi apa yang membentuknya? Dari hadits berikut kita akan memulai belajar bersama. Dari Annas dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. (Hr. Al-Bukhari 13). Pada perkara cinta tidak bisa disepelekan, tersebut dalam hadits ini menjadi penentu sempurna dan tidaknya iman seseorang. Menjadi kecenderungan bagi manusia merasa nyaman dalam kesempurnaan. Kongkritnya dalam berpakaiaan, cobalah datang ke perjamuan dengan pakaian yang koyak. Risih, malu, dan minder akan dirasakan. Dalam pakaian keimanan rasakan sendiri jika tidak sempurna.

Jika ingin menakar cinta yang salah koordinat, tolok ukurnya bisa dilihat ke kehidupan Rasulullah SAW. Tidak dilakukan Rasulullah SAW dan kita melakukan maka bisa dipastikan kita menjalani cinta semu. Sudah tentu penghayatan, apresiasi, dan kreatifitas tidak berjalan beriringan dengan yang Allah SWT maksudkan. Sepertinya cinta, padahal buta arah. Mencintai tapi tak terjadi tepukan keharmonisan.

Setiap ekspresi cinta Rasulullah SAW selalu terukur, tidak pernah tidak tepat diaplikasikan ke siapa, berapa lama, dan wujudnya seperti apa. Cara Rasulullah SAW memperlakukan sahabat tidaklah pernah sama. Para sahabat pun sebagai penerima cinta kasih Rasulullah SAW merasakan kewajaran. Cinta yang benar dan hakiki para sahabat ke Allah SWT dan Rasulullah SAW perwujudan cinta bergandengan.

Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik. (Ali Imran[3]:14)

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (At Taubah[9]:24)

Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al Qashash[28]:77)

Lantas bagaimana kehidupan manusia sebelum kelahiran Rasulullah SAW? Apakah manusia selalu salah dalam menempatkan cinta? Apa sudah bisa dipastikan salahnya cinta berimbas pula kepada salah kecenderungan dan dalam berekspresi? Akankah terjadi cinta bertepuk sebelah tangan? Lantas apakah era sekarang setelah Rasulullah SAW tidak di tengah kita, kembali salah dalam menempatkan cinta? Pada edisi September 2025 melingkar bersama men-Tadabburi tiga ayat di atas. Mengambil posisi kesadaran sebagai manusia Indonesia yang sedang belajar dan tak pernah berhenti belajar, memahami pesan-pesan Al-Qur’an yang diturunkan Allah SWT sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia, termasuk kita semua.

(Redaksi Ma’syar Mahamanikam)

Lihat juga

Back to top button