JALAN SUNYI MARJA’ MAIYAH KAMI

Simbahku, Simbahmu, Simbah Kita Semua

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis pengalaman saya mengenal Simbah. Baru kali ini berani saat ulang tahun beliau ke-72.

Awal mula saya mendengar nama Simbah adalah ketika SMA, saat Pak Lek saya yang asli Semboro Jember, namum domisili Blitar, Mudrick Al Hikam, di sela pengembaraannya sering mampir di Pedan Klaten. Beliau menceritakan tentang perkenalannya dengan Cak Nun atau Simbah. Tentang pertemuan-pertemuan dengan Simbah di Surabaya, tentang pergerakan Simbah di Kedungombo, hingga persembunyian Simbah ke Madura.

Lek Mudrick, yang alumni Tremas, juga mengenalkan saya pada pergumulan Simbah di Malioboro. Walau masih sekolah namun saat itu Simbah sudah pandai menulis puisi, berdeklamasi, hingga tulisan Simbah terbit di koran dan majalah. Sehingga dari cerita Lek Mudrick, saya mulai membeli buku esai dan puisi Simbah.

Saat kuliah di Jogja pertengahan 1990-an, semakin banyak buku dan tulisan Simbah yang saya baca. Apalagi setelah keluar Album Kado Muhammad berlanjut album KiaiKanjeng yang lain hingga Album Kesejukan, kamar kos dihiasi suara Simbah dan Pakde-pakde KiaiKanjeng.

Lek Mudrick jugalah yang awal mula mengajak saya untuk melingkar di Mocopat Syafaat, saat itu masih di depan mushala. TK Alhamdulillah belum ada. Kemudian sering berangkat Mocopat Syafaat dengan kawan-kawan kuliah hingga menjelang lulus kuliah.

Mengenal lebih dalam tentang Simbah saat kuliah ketika sering ngobrol dengan Mas Yono (alm.), anaknya Budhe, yang sejak muda di Jogja, sebelum pulang menetap di Semboro Jember.

Ketika saya lulus kuliah, masih sering berangkat Mocopat Syafaat dengan kawan-kawan pejalan Maiyah Klaten. Mengenal Simbah lebih diperdalam lagi saat sering sering ngopi bareng Kang Wahyudi Nasution di Ndalem Pak Bei.

Simbah bagi saya adalah guru yang mengajarkan mengenal Allah Swt., mengenal Rasulullah Saw., kehidupan dan belajar bersikap dengan mensinergikan akal dan hati. Di Mocopat Syafaat maupun saat Sinau Bareng di tempat-tempat sekitaran Klaten, saya seringkali rela berdesakan untuk mencium tangan Simbah, selayaknya takdzim saya dengan Beliau.

Ketika beliau melantunkan tarhim atau QS. Surat An-Nuur ayat 35 seringkali seperti terbawa ke “alam lain.”Saat ini saia lebih sering mengikuti Mocopat Syafaat, Padhangmbulan maupun Tawashshulan melalui live streaming, terkadang masih merapat ke TKIT Alhamdulillah atau Rumah Maiyah Kadipiro.

Ketika Simbah harus ber-uzlah, kecintaan dan kerinduan saya tidak berkurang. InsyaAllah. Harapan saya dan mungkin juga Sedulur Maiyah, semoga Simbah segera mengakhiri uzlah jalan sunyi. Simbah semakin sehat bugar bagas waras kembali dan menemani serta memberikan cahaya cahaya ilmu dengan wejangan dan tulisan-tulisan ke anak cucu Maiyah.

Mbah Nun, saya kangen Panjenengan. Mbah Nun, kami kangen Panjenengan.

Klaten, 27 Mei 2025.

Lihat juga

Back to top button